Chereads / Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 14 - Terbentuknya Trajutrisna Bag. V

Chapter 14 - Terbentuknya Trajutrisna Bag. V

Siang itu di Pendopo Istana Trajutrisna. Para Ksatria dari berbagai Wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Para Putranya Bersama Raden Sitija.Berikut Prabu Baladewa beserta Seluruh jajaran Pandawa.Prabu Matsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden Guritno (Gatotkaca).

Raden Sitija membuka gulungan yang terbuat dari kulit Rusa.Gulungan Yang sudah digambari denah Penyerangan.Yang Akan Mereka Lancarkan kearah Arak arakan menuju Kerajaan Giyantipura.

"Sugeng Rawuh (Bahasa Jawa:Selamat Datang) para Uwak,Paman, Kakang serta semua Dimas yang Berada disini…"kata Raden Sitija menyatukan kedua telapak tangannya.

Tak lupa sembari menundukkan Kepala. Dan langsung dibalas oleh Semua yang Hadir di dalam ruangan itu.

"Ini adalah Rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.Hamba meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana Pasukan.Birudana Pertama akan menghambat Arak arakan Prabu Bomabomantara.Dan Birudana Kedua menuju Giyantipura.Mendekati Dua sasaran Kita Semua.Sedangkan Hamba dan Adi Guritno akan mengambil celah dimana sasaran ketiga berada.Kita akan menawan ketiga Sasaran ini. Kita bawa kearah Wirata hanya sementara..."Kata Raden Sitija kepada Semua yang Hadir Di Tempat Itu.

"HMM…LALU SIAPA YANG NAKMAS TUNJUK MENJADI DUA BIRUDANADIPATINYA...,NGGER SITIJA...!!"kata Raden Werkudara.

"Paman Werkudara,Adi Samba,Adi Wilmuka,Paman Udawa,Paman Seta,berada di Birudana kedua.Mendekati sasaran Prabu Krentangyana dan Patih Kismaka.Uwak Kakrasana,Kakang Wisata, Adi Arya Gunadewa bertugas menghadang pasukan Prabu Bhomabomantara.Diawasi oleh Adi Guritno. Nantinya Setelah itu, Kita akan berkumpul kembali di kerajaan Wirata..."Jelas Raden Sitija kembali.

"Baiklah Kalau Begitu...,Ngger."Kata Prabu Baladewa.

"Hamba akan mendekati kaputren Giyantipura. Guna mencari keberadaan Dewi hyangyanawati.Jika ada saran lebih baik,Atau Mungkin ada masukan dari Semua Paman -paman,Kakang-kakang,atau para Dimas.mungkin...?"Tanya Raden Sitija Kepada semua yang berada diruangan itu.

Dan Semua Yang Hadir menggelengkan kepala Kepada Raden Sitija.Kemudian Mereka Semuanya Mengangguk -anggukkan Kepalanya.

"Berarti rencana ini akan Kita jalankan 14 hari lagi.Terima kasih atas kepedulian Semua Uwak,Paman -paman, Kakang -kakang, dan para Dimas "kata Raden Sitija sambil menghormat kepada semua yang hadir di pertemuan pendopo istana itu.

"Rencana yang betul -betul matang, Ngger."kata Resi Seta.

"Baiklah...,Kami akan membantu."

"Setelah ini silahkan para Kakang, Dimas,dan Nakmas untuk beristirahat sejenak."kata Narendra Sri Khrisna mengakhiri pertemuan.

Lalu semua Ksatria yang berada disitu segera melangkah menuju tempat peristirahatan yang tersedia di Trajutrisna.

...….......................

Sore itu para Pekerja di istana Trajutrisna sudah mulai menuju tenda -tenda guna beristirahat. Raden Sitija duduk termenung di tangga istana ditemani oleh Sang Ayah Narendra Khrisna.

"Kelihatannya Kau gelisah,Ngger.Ada apa...?"Tanya Sang Narendra Dwarawati Kepada Putranya.

"Tidak ada apa -apa, Kanjeng rama..."Jawab Sang Putra Raden Sitija kepada Sang Ayahandanya.

"Apa Kau memikirkan Istrimu,Ngger..?"

Raden Sitija Menjawab Dengan tersenyum kepada Sang Ayahanda sambil mengangguk pelan.

"Ngger,Aku paham.Kau sekarang menjadi seorang Suami.Kau memikirkan dan menyayangi Istrimu.Itu sudah jadi Garis Takdir SangHyang Wenang.Dan itu memang kewajiban Kita sebagai seorang Suami.Tapi disini,Kita harus mengorbankan kepentingan Pribadi Kita,Ngger.Untuk menjaga agar kepentingan golongan Kita, Yang harus Kita dahulukan dan Kita Utamakan.Aku tahu,Ngger. Kau dibesarkan dilingkungan Para Dewa.Tapi inilah Dunia sebenarnya.Kamu dulu yang tidak pernah mengenal Manusia.Sekarang Kamu berada disekitar Juga Diantara Mereka.Suatu sa'at nanti dimana Kamu dianggap Bukan Siapa -siapa oleh Mereka.Jadikanlah bahwa Kamu merasa ada bagi Mereka,Ngger Putraku.Lakukanlah Sedikit Saja Perbuatan Yang Bermanfaat Pada Sedikit Diantara Mereka, Ngger.Walaupun sebagian diantara Mereka hanya melihat Kamu,Putraku.Dengan Memandangmu sebelah Mata..."Jelas Sang Ayahanda kepada Putranya Sambil Merangkul Pundaknya Kemudian Mengusap -usap Punggung Sang Putra.

"Sudahlah…,Ngger.Sebentar lagi Hari akan gelap..."kata Sang Narendra yang mau beranjak dari situ.

Kemudian Beranjak Kembali Menepuk Pundak Sang Putra.Tiba-tiba Tanah didepan tangga itu menyembul keluar menjadi Lumpur. Sang Narendra pun berdiri diikuti oleh Raden Sitija.

Dari dalam tanah Lumpur itu keluar Sosok Lelaki gagah Bersisik Kehijauan Seperti Seekor Ular.Sisik Ular Itu Perlahan Memudar. Membentuk Pakaian hampir sama seperti Raden guritno. Tapi bentuk warnanya yang berbeda. Baju Kutang yang dikenakan berbentuk Sisik hewan melata. Hanya Tetap menggunakan lambang bintang kejora didadanya. Seperti Baju Kutang Yang Dikenakan Raden Guritno (Gatotkaca).

"Apakah Kakang Mau melupakan Adikmu ini,Kakang Sitija...?"kata Sang lelaki Kepada Raden Sitija.

Sambil Menyatukan Kedua Telapak Tangannya. Memberikan Hormat Seraya Menundukkan Kepalanya kepada Sang Narendra Dan Raden Sitija.

Raden Sitija pun tersenyum lalu menghampiri Dang Lelaki. Kemudian memeluknya sembari memegang kedua lengan Kekarnya.

"Adi antareja...,Lama tidak berjumpa denganmu?"

"Nanda antareja..."kata Sang Narendra.Membalas Salam Hormat Dari Sang Lelaki.

Yang Tak Lain Adalah Raden Antareja, Keponakannya.Raden antareja adalah Ksatria dari Jangkarbumi. Putra Sulung Raden Werkudara dan Dewi Nagagini. Dari Ras Wangsa Naga.Juga cucu dari Batara Anantaboga. Raden Antareja segera bersimpuh dihadapan Sang Narendra Khrisna dengan menyatukan kedua telapak tangannya kembali.Tapi dengan segera Sang Narendra membangunkannya.

"Ma'afkan Hamba Uwak, Anak yang kurang sopan ini.Datang tanpa menghormat pada yang Lebih Tua terlebih dahulu..."kata Raden Antareja tersenyum kepada Sang Uwak.

Sang Uwak juga Tersenyum Kemudian Memeluk Tubuh Keponakannya. Seraya Menepuk Punggungnya.

"Tidak apa -apa,Ngger.Nakmas Antareja …"

"Uwak dan Kakang Sitija,Ada yang ingin Hamba tunjukkan pada Uwak Dan Kakang di luar Istana ini..."Kata Raden Antareja Kembali. Kemudian Raden Antareja menggandeng lengan tangan Kakak sepupunya dan Uwaknya berjalan menuju keluar Istana Trajutrisna.

Sesampainya diluar Istana ternyata Kedatangan Mereka. Kedatangan yang Sudah Ditunggu Oleh Para Ksatria Yang Juga Semua Keponakan dari Sang Narendra. Raden Guritno,Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Antasena beserta Raden Srenggini sudah menyambut Mereka.Hanya Raden Wisangkantha yang memberi salam sedangkan yang lainnya hanya menganggukkan Kepala.

"Kakang...,Lihatlah diluar Istana."kata Raden Antareja Kembali kepada Sang Kakang.

Raden Sitija melihat Para Pasukan Dewa berkumpul disana.Para Pasukan berjumlah hampir lebih dari jutaan.Seperti yang Apa yang diceritakan Mahasenopati Prabakesha.Sebagian Pasukan naga Daksinageni yang belum mendarat terbang berputar -putar mengelilingi angkasa.Raden Sitija Tersenyum ketika melihat ratusan Hewan melata Raksasa juga berada disekitar situ. Ular,Biawak dan juga Buaya yang berukuran besar.Ditunggangi oleh Pasukan dari dua Negara Kisiknarmada dan Jangkarbumi.Mereka Semua membaur dengan Para Pekerja Istana. Baik dari kalangan Manusia maupun Ditya.Tampak agak jauh Patih Prabakesha dan Ditya Pancatyana melambaikan tangannya pada Raden Sitija.Dan Raden Sitija pun tersenyum membalas lambaian tangan kedua Pamannya dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

"Inilah Pasukan yang akan mengantarkan Takdirmu dari Sanghyang Wenang. Menjadi Sosok Mahasenopati bumi,Kakang…"kata Raden Wisangkantha Kepada Kakang Sepupunya.

Raden Sitija pun mengangguk sembari tersenyum sembari menghormat pada Keenam Adik Sepupunya. Malam semakin bertambah ramai di Istana Trajutrisna.Semua saudara berkumpul dalam kebersamaan.

.......................

Kaputren Giyantipura tampak sibuk menata persiapan guna acara Lamaran. Acara Yang akan dilaksanakan sebentar lagi.Walaupun tampak begitu meriah Diluar Istana.Tapi tidak dengan Gadis Cantik berusia belasan tahun yang duduk di istana kaputren.Wajah Gadis cantik itu sembab seperti sering menangis. Ditemani oleh Abdi Dalem yang menghiburnya sambil memijit -mijit Lengan dan Kakinya.

"Biyung…?"Tanya Gadis Cantik kepada Abdinya.

"Ya…,Ngger. Cah Ayu..."Kata Wanita tua yang memijit kakinya.

"Apa dulu Biyung waktu lamaran.Merasakan seperti ini...?"Tanyanya Lagi.

"Maksudnya,Cah ayu...?"Jawab Sang Abdi Heran kepada Junjungannya Sang Gadis Cantik.

"Aku sakit hati dengan Kanjeng Rama,Biyung.Masa Aku dipaksa menjadi selir Prabu Narakasura,Biyung.Prabu Narakasura Itu Teman Kanjeng Rama,kan...?"tanya Sang Putri Kembali.

"Iya…, Ngger Cah Ayu.Tapi Gimana,Cah Ayu.Biyung sendiri bingung.Kasihan, Cah ayunya.Tapi Kanjeng Sinuwun itu Orangnya Keras.Sabar...Ya…,Cah Ayu..."kata Sang Biyung sambil memijit seluruh kaki Sang Gadis.

"Kalo saja ada Ksatria gagah yang memberanikan diri membawa lari Aku.Aku akan mengab-"belum sempat Sang Gadis melanjutkan omongannya.

Tiba -tiba ada Prajurit Istana berteriak di depan Kaputren.

"ADA PENYERANGAN...ADA PENYERANGAN...!"

Wanita yang dipanggil Biyung pun dan para Abdi yang tadi memijit Sang Putripun bingung.

"Sebentar, Cah Ayu.Ada ribut-ribut apa diluar...?"Kata Sang Biyung Cemas kepada Junjungannya.

"Biyung,Aku Ikut..."Rengek Sang Putri.

"Jangan dulu...,Ngger Cah Ayu.Biar Biyung lihat kedepan dulu.Cah Ayu disini saja.Ayooo...!"kata Wanita tua itu mengajak teman abdi dalemnya menuju keluar Kaputren.Sang Putri terduduk kembali Sendiri di kursi Kaputren.

Tanpa disadari ada Tangan meraih pundak Sang Putri. Sang Putripun Terperanjat kaget dan menoleh kearah Siapa yang memegang pundaknya.Ternyata Seorang Pemuda tampan dan gagah sudah berhadapan dengan Dirinya.

"SIAPA KAMU,KAKANG…LANCANG SEKALI, KAKANG BERANI MEMASUKI KAPUTREN INI…JAWAAABBB...?,PEN…"Teriak Sang Putri.

Tapi Sang Pemuda Segera Membungkam Bibirnya. Dengan menggunakan Jari Telunjuknya Yang Ditempelkan Pelan Kepada Bibir Indah Sang Putri. Sang Pemuda Tersenyum Sambil Menggeleng -gelengkan Kepalanya Pelan.

"Aku mendengar, Apa yang Kanjeng Putri katakan tadi.Perkenalkan Namaku Sitija dari Ekapratala..."kata Pemuda tampan Tersenyum sembari menyatukan kedua telapak tangannya. Sang Pemuda menghormat kepada Sang Putri.

"Apa keperluanmu,Kakang...?"Tiba -tiba Hati Sang Putri Tergerak.

Sang Putri mulai Memelankan Suara Pertanyaannya kepada Sang Pemuda. Yang Tak Lain Adalah Raden Sitija.

"Ssstt…Aku mau membawa Kanjeng Putri Hyangyanawati.Kearah Wilayah yang bernama Trajutrisna..."Kata Raden Sitija lirih sambil Tersenyum Kemudian mengulurkan telapak tangan kanannya kepada Sang Putri.Seperti tak sadar tapi dalam keadaan melihat.Telapak Tangan Sang Putri Yang Bernama Dewi Hyangyanawati pun membalas uluran tangan Raden Sitija.Raden Sitija menggandeng Dewi Hyangyanawati melangkah kembali ke Halaman Kaputren.Raden Sitija lalu bersuit keras.

Tiba- tiba dari atas langit muncul Seekor Burung Elang Raksasa.Burung Elang Yang Tak Lain Adalah Paksi Wilmuna. Paksi Wilmuna Kemudian terbang menukik dan menghampiri Mereka berdua.Sang Paksi mendarat dengan mengepak -epakkan Kedua Sayapnya. Raden Sitija memapah Sang putri keatas punggung Paksi Wilmuna.Kemudian Raden Sitija menyusulnya.Ketika Mereka hendak terbang,

Sang Biyung dan Teman -teman abdinya masuk ke Kaputren.Sang Biyung Terperanjat kaget dan kembali keluar sambil berteriak.

"TOLOONNGGG...KANJENG PUTRIIII …DICULIIIKKKK...!!!"Teriak Sang Biyung Meminta Pertolongan Kepada Para Punggawa Istana.

Raden Sitijapun menyentak pelan tali kekang Paksi Wilmuna.Seketika Burung itu terbang keudara dan melesat mengepak -epakkan Sayapnya.

Sementara itu diluar masih terjadi keributan.Para Prajurit dan Para Abdi Dalem Istana kebingungan berlalu lalang. Kericuhan itu dimulai dari Pintu Gerbang Istana. Ternyata Birudana Pasukan Trajutrisna sudah hampir bisa membobol pertahanan Pasukan Giyantipura.Resi Seta dan Raden Werkudara mengamuk seperti banteng liar. Kuku Pancanaka dan Ajian Narantaka seperti kilatan sinar yang menyobek, menyayat dan memenggal apa saja yang ditemuinya.Banyak Mayat Prajurit,Hulubalang bergelimpangan tak utuh. Semua Bagian badan yang Mayat Mereka yang tercerai berai.Kepala dan Tubuh Mereka berserakan di dalam Istana Giyantipura. Setiap Lantai Dan Ruangan Istana Tercium Bau Amis Darah.Hanya tersisa Abdi Dalem yang ketakutan bersembunyi di sela -sela meja.Dan Sebagian Mencari Tempat Bersembunyi Didalam Lemari istana. Tampak Seseorang Berpakaian Seperti Raja Berjalan Terseok -seok Mendekati Singgasananya.Dialah Ayahanda Dewi Hyangyanawati.Yang Bernama Prabu Krentangyana.Prabu Krentangyana berusaha Berjalan tertatih -tatih sambil memegangi perutnya Yang Bersimbah Darah. Hingga Isi dalam Perutnya yang terburai keluar.Raden Werkudara mendekatinya pelan. dengan Mata merah penuh emosi.

"He...he...hhe...,Apa Kau senang dengan keadaan ini ABILAWAAA...,Benar kata Orang...KAAUUU...SEORANNNGGG JJJAAGGGAALLL...ABILAWAAA…!"kata Prabu Krentangyana sembari tertawa sambil menahan sakitnya.

"APA YANG KAU KATAKAN, KRENTANGYANA. DIMANA NYALIMU WAKTU KAU HABISI MERTUA DAN ISTRIKUUU...?!"Kata Raden Werkudara.

"Itu Wajar...,Karena Kau jarang berkunjung.Kemari ABILAWA...Hha...Hha...Istrimu,Meski menjadi Mayat.Tetap menggairahkan.Ha…Ha…Ha…!"Sambung Sang Prabu sambil memuntahkan darah segar Yang Keluar dari Mulutnya.Dan …

"PRAAKKKKKK...!!!"Terdengar Suara Sesuatu Yang Pecah.

Ternyata Kaki Raden Werkudara sudah menginjak kepala Prabu krentangyana hingga pecah.Darah Muncrat Otak,Mata Kulit Kepala Sang Prabu Berhamburan tercecer Di lantai Istana.Tidak hanya itu Raden Werkudara seperti hilang akal sehatnya. Tubuh Prabu Krentangyana Seketika Mengejang -ngejang Meregang Nyawa.Raden Werkudara Yang Semakin Geram Meraih Kaki kanan Prabu Krentangyana. Kemudian membanting -banting tubuh Prabu Krentangyana sampai hancur tak berbentuk dan berserakan di lantai istana. Pemandangan mengerikan,Bagi Siapapun yang melihat. Raden werkudara terengah -engah Tubuhnya yang Bermandi banyak darah dari Musuh -musuhnya. Raden Werkudara kembali berjalan kearah Pasukannya.Disambut oleh Raden Samba, Raden Udawa, Raden Wimuka dan Resi Seta.Beserta sisa -sisa Pasukan Birudana yang Mereka bawa.

"Ayo...,Adi Werkudara.Kita segera menuju Wirata...!"kata Resi Seta Kearah Adik Sepupunya.

Ketika Raden Werkudara sampai pintu Gerbang Istana.Ucapan Sang Kakang dibalas dengan anggukan oleh Raden Werkudara.

...........

Raden Sitija dengan Dewi Hyangyanawati melintasi Pemandangan Wana Goa Siluman. Sang Putri merangkul pinggang dan merebahkan Kepalanya didada bidang Raden Sitija. Seperti ada perasaan aneh yang keluar dari dalam hati Sang Putri.Raden Sitija menoleh dan hanya tersenyum melihat kelakuan Sang putri.

Sampai tiba tiba ada Sosok yang melesat mendekati Mereka Berdua.Sosok yang tak lain adalah Raden Guritno. Raden Guritno Membawa Dua badan Manusia yang dibopongnya dengan Kedua tangannya.

"KAKANG...SITIJA...!!"Teriak Raden Guritno Kearah Raden Sitija.

"IYA …,ADI GURITNO...ADA APA....?"

"WUADUHHH BIYUNG,KAKANG...KAMU LAGI SEDANG APA…?"kata Raden Guritno sambil Menyeimbangkan Posisi Terbangnya Mendekati Paksi Wilmuna.

"EHHH…ITU SIAPA YANG KAMU BOPONG DUA ORANG ITU, ADI...?"

"INI ADALAH MAYAT KAKANG WISATA DAN KAKANG GUNADEWA,KAKANG…!"

"Kakang Sitija, Apakah Dia Temanmu…?"tanya Dewi Hyangyanawati pada Raden Sitija.

"Ini Adik sepupuku...,Raden Guritnoa Atau Gatotkaca.Bisa terbangkan Adikku Kanjeng Putri...?"

"Tapi…, Dia tadi bilang.Itu Mayat, kan…Kakang Sitija...?"Tanya Sang Dewi Hyangyanawati Penasaran.

"Siapa bilang Mayat...,HEIII ADI GURITNO …ITU ORANG PINGSAN, KAN…IYAA?"Tanya Raden Sitija sambil mengedip edipkan sebelah Matanya Kepada Raden Guritno.

"WADUUHHH BIYUNG...,KAKANG.SUDAH NANTI SAJA CERITANYA...AKU TUNGGU NANTI SAJA DI KERAJAAN WIRATA.BAWA KANJENG PUTRI KEARAH TRAJUTRISNA ATAU MANDHURA.Kalo kena Yang Namanya Perempuan.Semua Saamaa...!"sambung Raden Guritno sambil Menggeleng -geleng Kepala lalu melesat mendahului Paksi Wilmuna.