Sudah satu minggu lamanya Pangeran Arsana hilang dihutan terlarang, semua prajurit masih saja berupaya mencari Pangeran Arsana hingga masuk kedalam hutan terlarang. Beruntungnya beberapa prajurit yang masih kedalam hutan terlarang dapat keluar kembali dalam keaadaan baik-baik saja, sejak saat itulah keseraman hutan terlarang tak lagi ditakuti oleh warga. Berita hilangnya Pangeran Arsana juga terdengar oleh Raja Nala, sahabat Raja Aiden yang berencana menjodohkan Pangeran Arsana dengan putrinya, Putri Anora. Dengan beberapa oleh-oleh yang dibawa, kini Raja Nala beserta keluarganya sampai di kerajaan Bramala. Raja yang rupanya tengah sakit akhirnya menemui tamu agungnya diatas ranjang dengan tubuh yang masih lemas.
"Bagaimana keadaan mu raja?" tanya Raja Nala menemui Raja Aiden.
"Raja Nala, maafkan aku tidak bisa menemui dirimu. Aku hanya terlalu lelah memikirkan putra sulungku yang hilang" jawab Raja Aiden dengan suara yang lemas dan sesekali kesusahan bernafas.
"Tenang saja tuanku, aku membawa panglima-panglima hebat yang akan membantu prajurit mu menemukan menantuku. Sekarang, minumlah obat yang dibuat oleh tabib kerajaanku" kata Raja Nala dengan seorang pelayan yang membawa semangkuk obat untuk Raja Aiden.
Raja Nala yang sudah menyapa sahabatnya kini berjalan meninggalkan ruangan Raja Aiden, dirinya berjalan sambil menikmati hawa sejuk disekitar kerajaan sambil sesekali tersenyum kepada pelayan atau prajurit yang berpapasan dengannya.
Disisi lain, Putri Anora yang rupanya dekat dengan Putri Avana terlihat asyik bercengkarama dengan Ratu Aster, Putri Avana dan Putri Amarily. Namun, Pangeran Aksara yang tidak suka dengan kedatangan tamu keraajaan memutuskan mengurung dirinya dikamar dengan terus melukis beberapa pemandangan yang ia bayangkan jika dirinya berburu ditempat itu. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah kilatan emas dari gambar yang dilukisnya. Buru-buru ia tutup kanvas itu dengan kain putih yang ia miliki sebagai penutus lukisannya agar tak kotor terkena debu.
"Apa itu tadi?" batin Pangeran Aksara yang masih terkejut.
Dirinya duduk diujung ranjang mewahnya dengan terus memandangi lukisan itu. Setelah cukup lama dirinya mengamati hingga ditumbuhkannya lagi rasa berani dalam dirinya untuk memastikan kembali bahwa dirinya hanya salah melihat. Betul saja, ketika dirinya membuka kain penutup. Dirinya tidak melihat apapu, Pangeran Aksara yang kelelahan pun merasa tenang. Dirinya memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu sembari menunggu waktu makan malah yang disertai pesta penyambutan datangnya Raja Nala dan Putri Anora.
Putri cantik dengan bibir kecil dan tebal, wajahnya yang mungil dengan kening lebar serta mata yang cantik dengan manic berwarna coklat tua. Memang tidak salah Raja Aiden menjodohkan Pangeran Arsana dengan Putri Anora yang terkenal akan kecantikan dan keanggunan dirinya. Namun, hal yang tidak diketahui oleh banyak orang. Bahwa Putri Anora tidak benar-benar mencintai Pangeran Arsana, dirinya hanya takut oleh ayahnya yang mengancam akan membunuh ibunya jika dirinya tidak menuruti perintah ayahnya, Raja Nala.
"Tapi ibu, aku tidak mencintai Pangeran Arsana. Aku ingin bersekolah" kata Putri Anora sebelum dilakukannya pertunangan dirinya dengan Pangeran Arsana satu tahun yang lalu.
"Ibu mohon nak, hanya kamu yang bisa menolong keluarga kita" kata ibunya dengan terus membujuk putri sulungnya untuk bertunangan dengan Pangeran Arsana.
"Tapi, bolehkah kami tidak bertunangan dahulua? Aku ingin kita saling mengenal dahulu" jawab Putri Anora dengan wajah yang memelas.
"Baiklah, akan ibu sampaikan kepada ayah mu dan ibu ratu" jawab ibunya yang hanysa seorang selir kerajaan. Putri Anora adalah seorang putri yang lahir dari seorang pelayan yang diangkat menjadi selir kerajaan karena istri atau ratu dari Raja Nala tidak bisa mengandung seorang anak. Dirinya memiliki kuasa atas Kerajaan Gada karena dirinya merupakan putri satu-satunya dan penerus kerajaan Gadha setelah ayahnya gugur karena wabah penyakit yang menyerah Kerajaan Gadha bertahun-tahun silam. Ratu Andari, kasih sayang yang luar biasa yang diterimanya dari kedua orang tuanya membuat dirinya menjadi seorang ratu yang keras kepala. Satu hal yang tidak boleh dilakukan jika ingin hidupnya selamat yaitu tidak membantah sepatah kata pun yang keluar dari perintahnya. Dirinya menikahi Raja Nala hanya untuk melengkapi hidupnya sebagai ratu dan mensukseskan kerajaannya yang terus berkembang seperti yang diharapkan ayah dan ibunya saat masih menjadi raja dan ratu. Kepintarannya dalam mengembangkan kerajaanlah yang membuatnya merelakan Raja Nala memiliki selir, asalkan selir itu melahirkan seorang anak yang dapat membuatnya bekerjasama dengan Kerajaan Bramala yang terkenal masyur dan kaya raya.
"Paduka ratu, bolehkah saya masuk?" tanya Putri Anora meminta ijin untuk masuk kedalam ruangan Ratu Andari.
"Masuklah Putri Anora" jawan Ratu Andari mengijinkan Putri Anora memasuki ruangan.
"Ada perlu apa dirimu datang ke kamar ku pagu-pagi buta seperti ini?" tanya Putri Andari yang penuh dengan riasan meskipun matahari belum sepenuhnya menampakkan diri.
"Mohon ampuni hamba, hamba tidak ingin menikah diusia yang masih muda. Hamba masih ingin menimba ilmu, paduka" pinta Putri Anora yang kini bersimpuh dihadapan Ratu Andari.
Tangannya yang putih mulus tertutup kain kini menampakkan diri, disentuhnya pipi Putri Anora yang tanpa cacat dengan menempuk-nepuk sedikit keras sebagai peringatan bahwa kini Ratu Andari mulai marah dengan permintaan Putri Anora yang sangat tidak mungkin dikabulkan oleh Ratu Andari.
"Baiklah jika itu mau mu, lalu jari mana lagi yang harus ibu mu korbankan untuk koleksi cincinku?" tanya Ratu Andari dengan ketus matanya menatap Putri Anora dari dekat.
"Tidak, ratu. Jangan, aku akan menuruti permintaan mu. Tapi aku mohon, aku tidak ingin bertuangan. Aku ingin mengenalnya terlebih dahulu, lalu kami akan langsung menikah" kata Putri Anora yang kini bersujud dihadapan Ratu Andari. Putri Anora yang mendapat isyarat untuk keluar dari kamar Ratu Andari pun bergegas keluar dari kamar itu dengan tanda tanya dihatinya. Apakah kali ini permintaannya akan dituruti atau ia harus merelakan salah satu jari ibunya untuk Ratu Andari yang sangat obsesif terhadap perhiasan. Ratu Andari yang belum siap berdandan pun melanjutkan persiapannya dengan membuka kota berisi beberapa perhiasa gelas, kalung bahka cincin yang diletakkan pada jari-jari yang berbeda dengan bentuk dan ukuran yang berbeda pula.