Chereads / Pangeran Arsana / Chapter 2 - Hutan Terlarang

Chapter 2 - Hutan Terlarang

"Tolong!!! Tolong!!! Tolong!!! Tolong aku!" teriak seseorang dari hutan menuju sungai.

Semua prajurit yang mendengar teriakan itu bergegas lari menuju sumber suara yang letaknya berseberangan dari sungai yang berarus deras, sebagian prajurit yang berada dibibir sungai akhirnya berlari terlebih dahulu. Betapa terkejutnya semua prajurit saat mendapati Pangeran Aksara yang terkena jebakan hewan dan mengharuskan dirinya bergelantung dengan kaki terbalik diatas sana. Semua prajurit bergotong royong menurunkan pangeran Aksara yang sudah kehabisan suara, rupanya disinilah Pangeran Aksara yang dicari selama ini.

"Pangeran Arsana dimana?" tanya seorang prajurit yang mendapati salah seorang pangerannya kembali menghilang.

"Bukankah tadi bersama kalian?" tanya sebagian prajurit yang bertugas mencari Pangeran Aksara dibibir sungai.

"Iya, tapi kami memutuskan untu kembali ke istana dan mencari bantan untuk mencari Pangeran Aksara" jawab prajurit yang sedari tadi bersama Pangeran Ansara.

"Apa jangan-jangan" kata seorang prajurit menduga-duga.

"Jangan-jangan apa?" tanya prajurit lain.

"Sudahlah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Sekarang kita bagi tugas saja. Kalian kembali ke istana dan bawa pulang Pangeran Aksara, kita kembali mencari pangeran Ansara" seru seorang prajurit sementara memimpin komando.

"Baik, kami akan kembali dan membawa bala bantuan setelah memulangkan Pangeran Aksara" jawab prajurit.

Sebagian prajurit berpencar mencari Pangeran Arsana, sebagiannya lagi bergegas menuju istana membawa Pangeran Aksara. Langkah kaki kuda seirama mengantam tanah yang menimbulkan debu menggulung mengiringi kumpulan prajurit membawa Pangeran Aksara, setiap orang yang lewat kini mengelu-elukan kehebatan Pangeran Aksara dengan seekor rusa dengan anak panah diperutnya. Namun, bukannya merasa bangga dengan hasil tangkapannya, Pangeran Aksara malah merasa khawatir dan penuh penyesalan, semuanya jelas tergambar diraut wajahnya yang tidak bersemangat.

"Ijin menghadap raja, Pangeran Ansara hilang sewaktu mencari Pangeran Aksara" ucap salah seorang prajurit bersimpuh didepan singgasana raja.

"Bagaimana bisa Pangeran Ansara hilang?" tanya raja yang terkejut mendengar berita tersebut.

"Aku akan jelaskan semuanya ayah" kata Pangeran Aksara berjalan memasuki ruangan.

"Aku yang bersalah, aku pergi masuk kedalam hutan untuk mengejar rusa yang aku panah sembari menghindari Kak Ansara yang mengawasiku. Maafkan aku ayah" ucap Pangeran Aksara yang kini bersimpuh disebelah prajurit tadi.

"Sudahlah, kalian bangun sekarang. Semuanya sudah terjadi, ini saatnya kita mencari Pangeran Ansara. Panglima Yudra, kerahkan semua prajurit untuk mencari Pangeran Ansara. Bila perlu kita susuri hutan terlarang" seru Raja Aiden kepada salah satu panglimanya.

"Baik yang mulia" jawab Panglima Yudra yang kemudian berjalan meninggalkan ruangan.

"Ayah, aku ikut mencari Kak Ansara" kata Pangeran Aksara meminta ijin ayahnya.

"Tidak, pangeran. Untuk kali ini tolong dengarkan kataku" jawab seorang prajurit yang dibalas anggukan Raja Aiden.

Pangeran Askara yang merasa bersalah memutuskan masuk kedalam kamarnya dan terus meratapi kesalahannya. Matanya berkaca-kaca menahan tangis yang seharusnya jatuh namun ia tahan karena terlalu malu mengakui kesalahannya dengan menangis, matanya terus menatap kelar jendela melihat kawanan prajurit yang keluar area kerajaan untuk mencari Pangeran Ansara. Ratu Aster yang mendengar kabar hilangnya Pangeran Ansara akhirnya jatuh pingsan dan segera dibawa keruangannya, tubuhnya yang lemah membuat dirinya mudah tak sadarkan diri, apalagi mendengar putra sulung sekaligus penerus tahta kerajaan hilang. Putri Avana dan Putri Amarily tentu ikut terkejut mendengar kabar hilangnya kakak sulung mereka terlebih lagi ibundanya yang jatuh pingsan membuat kedua putri membagi tugas. Putri Amarily bertugas merawat Ratu Aster yang sedari tadi menangisi putra sulungnya dan Putri Avana ditugaskan melihat keadaan Pangeran Aksara yang sedari tadi mengurung diri dikamarnya.

Putri Avana yang ada didepan kamar Pangeran Aksara bingung merangkai kalimat yang tidak akan membuat Pangeran Aksara bertambah murung, dengan secangkir susu dan sepiring kue Putri Avana memberanikan diri memasuki kamar Pangeran Aksara yang tertutup rapat.

"Tok! Tok! Tok! Aksara! Boleh kakak masuk?" tanya Putri Avana mengetuk pintu dengan ujung sepatunya.

"Aksara! Kakak masuk" ijin Putri Avana lagi yang memutuskan masuk terlebih dahulu sebelum mendapat ijin dari adik bungsunya.

Dilihatnya sebuah gundukan tertutup selimut dengan rambut bersisa dibagian atasnya. Putri Avana tahu betul bahwa adiknya merasa bersalah atas hilangnya Pangeran Ansara, namun dirinya merasa malu untuk mengakuinya didepan saudaranya. Dengan lembut Putri Avana usap bagian kepala Pangeran Aksara yang tidak sepenuhnya tertutup selimut. Dirinya kemudian duduk sambil meletakan susu dan biscuit yang ia bawa diatas meja belajar Pangeran Aksara.

"Dulu. Saat Kak Avana masih kecil, mahkota Kak Ansara hilang karena Kak Avana buang kedalam hutan terlarang. Saat itu Kak Avana marah karena ayah dan ibu selalu menyuruh Kak Avana bermain dengan Kak Ansara, sedangkan kakak hanya ingin bermain dengan perempuan didesa. Namun, Kak Avana sadar bahwa pasti Kak Avana akan dimarahi ayah dan ibu jika tahu Kak Avana membuang mahkota Kak Ansara. Kak Avana berusaha masuk kedalam hutan terlarang untuk mencari mahkota itu, namun Kak Ansara menghalangi Kak Avana dan membawa Kak Avana kembali ke istana. Kakak kira Kak Ansara akan melaporkan Kak Avana ke ayah dan ibu, kakak lari ke kamar karena takut akan hal itu. Namun, betapa terkejutnya kakak saat melihat Kak Ansara sedang dihukum menggunakan rotan oleh ayah. Rupanya Kak Ansara berkata bahwa dirinya membuang mahkotanya karena sudah tidak suka dengan mahkota berlapir berlian yang dibawa ayah saat pergi ke kerajaan selatan. Baik bukan Kak Ansara?" jelas Putri Avana sambil sesekali melirik adiknya yang masih tetap berada dibawah selimutnya.

"Baiklah, kakak pergi. Jangan lupa susunya diminum dan habiskan biskuitnya juga" kata Putri Avana yang kemudian keluar dari kamar Pangeran Aksara.

Pangeran Aksara yang menengar cerita Putri Avana menjadi lebih baik dan tersadar betapa sayangnya Pangeran Arsana kepada dirinya. Rasa bersalahnya yang dalam berubah menjadi bait-bait doa yang ia panjatkan untuk keselamatan Pangeran Ansara.

Disisi lain, disebuah dunia yang lain. Pangeran Ansara tersadar akibat cahaya yang silau menyudutkan matanya yang membuat dahinya mengernyit. Matanya yang masih silau bersuaka terbuka dan menyusuri setiap sudut, dilihatnya beberapa pohon yang menjulang tingga dengan cahaya matahari yang menerobos dari sela-sela daun yang berjarak.

"Aku dimana? Prajurit! Prajurit!" seru Pangeran Ansara yang sepenuhnya tersadar.

"Dimana semuanya?" batin Pangeran Ansara kebingungan.

Pangeran Ansara mencoba mengingat-ingat kejadian yang dialaminya yang membuat dirinya berada disana. Sebuah ingatan tentang dirinya yang menemukan mahkota kecil milik dirinya yang telah beberapa tahun hilang, dipungutnya mahkota itu dan berlalu mencari adiknya. Hingga tanpa disengaja dirinya tergelincir dan masuk kedalam jurang yang membuatnya tak sadarkan diri lalu membuatnya tersadar ditempat yang menurutnya sangat berbeda dengan dunianya. Sedang asiknya berpikir mencari tahu jalan mana yang dapat dia ambil menuju istana, Pangeran Ansara malah mendengar suara tangisan seorang perempuan yang terdengar sangat sedih dari ujung barat sana. Rasa penasarannya yang tinggi membuatnya pergi menuju sumber suara tersebut. Namun, dirinya malah dikagetkan dengan sosok perempuan berbusana serba putih dengan lingkaran hitam dimata yang membuatnya terkejut.

"Aaaaa! Hantuuu!!!" seru keduanya bersamaan.