Meskipun terdesak, Raja dan Sin Liong masih sanggup mengimbangi gempuran 4 orang tokoh hebat itu. Belum ada satupun yang terluka karena Raja maupun Sin Liong menghindari adu pukulan langsung. Panglima Gagak Hitam yang terkenal tidak sabaran menggeram marah. Angin pukulannya berubah. Kali ini mengandung hawa dingin menggiriskan yang disertai kemunculan sesosok bayangan di belakang tubuhnya. Sosok yang besar dan menakutkan.
Citra terkesiap. Panglima Gagak Hitam mulai memainkan sihirnya. Dia harus segera campur tangan. Apalagi saat dilihatnya 3 Datuk Hitam melakukan hal yang sama. Menyisipkan ilmu sihir dalam setiap pukulannya.
Kontan saja Sin Liong melemah. Penggunaan ilmu hitam dan sihir sangat berpengaruh bagi pertahanan dirinya. Sudah dua kali pukulan seorang dari Datuk Hitam menghantam pundak dan dadanya. Sin Liong merasakan nyeri teramat sangat menjalari dadanya. Raja menyadari hal ini. Dia mendorong kuat-kuat tubuh Sin Liong menjauh dari arena pertarungan dan segera mengambil alih semua lawan.
Dorongan Raja sangat kuat. Sin Liong terguling-guling hingga depan mobil. Citra yang sudah turun bersama Kedasih segera memapah pemuda itu dan menyandarkannya ke bumper mobil. Sin Liong terluka cukup parah. Dia tidak bisa melanjutkan pertarungan dalam kondisi seperti ini. Citra mengangsurkan gelas air minum yang di dalamnya telah dibubuhi ramuan penyembuh luka dalam. Pemuda itu langsung menenggaknya sekaligus. Dadanya sakit sekali. Dia mencemaskan keadaan Raja yang sekarang bertarung seorang diri. Kedasih dengan raut muka khawatir mengurut bahu Sin Liong perlahan-lahan untuk mengurangi rasa sakitnya.
Citra berdiri dan kembali mengamati jalannya pertarungan. Dia tidak perlu ikut campur menangkal segala sihir atau ilmu hitam. Raja punya kemampuan sangat tinggi untuk menghadapi hal-hal tersebut. Citra hanya tidak yakin apakah Raja sanggup bertahan dari gempuran ilmu-ilmu kanuragan 4 orang yang sangat lihai itu.
Ketidakyakinan Citra terbukti salah. Raja bisa mengimbangi mereka semua. Dia tidak atau belum berubah menjadi Harimau. Tapi tanpa disadarinya, Cincin Umpak Mataram yang tersemat di jari manisnya memberikan kekuatan tambahan yang tidak main-main. Tenaga murninya berlipat ganda dan pandang matanya lebih awas terhadap setiap serangan yang datang. Jauh lebih awas daripada saat pertarungan sebelumnya ketika dia terluka oleh pukulan Puteri Merapi.
Panglima Gagak Hitam terheran-heran. Rasanya setiap kali bertarung dengan pemuda reinkarnasi ini, dia selalu mengalami peningkatan kemampuan. Kali terakhir berubah menjadi Harimau, dia sengaja menghindar karena semua sekutunya terluka. Dan sekarang pemuda ini mampu mengimbangi mereka berempat tanpa berubah dulu menjadi Harimau hitam yang ganas itu. Panglima Gagak Hitam menyumpah-nyumpah dalam hati. Sekaligus juga mulai jerih secara diam-diam. Dia berharap bala bantuan yang diharapkan segera datang. Tugas dari Mada mulai terasa sangat berat.
Dan bala bantuan itu datang tepat saat salah satu dari 3 Datuk Hitam menjerit nyaring diiringi tubuhnya yang terpelanting ke belakang. Pukulan Raja menghantam keras perutnya.
Raja melompat mundur jauh ke belakang karena 3 pukulan sekaligus menyasar bagian mematikan tubuhnya. Diikuti oleh sambaran kuat sebuah pukulan mengerikan yang berasal dari ekor ular!
Raja memang berhasil mengelak dari 3 pukulan Panglima Gagak Hitam dan dua orang Datuk Hitam. Tapi pukulan tak terduga dari ekor ular itu menyerempet pundaknya. Raja menyeringai kesakitan. Pukulan ini sungguh dahsyat. Beruntunglah tubuhnya sudah dikuatkan berkali lipat oleh Cincin Umpak Mataram. Kalau tidak, dia tentu sudah terkapar dengan bagian tubuh remuk.
Citra menutup mulutnya menahan jeritan. Raja terdesak dan mulai terkena pukulan dan tokoh menakutkan dalam firasatnya tadi benar-benar sudah tiba di arena pertarungan.
Kedasih menatap gelanggang dengan mulut ternganga. Jarinya menunjuk sambil berkata terbata-bata kepada Citra.
"Kata…katamu Nyi Blorong kemungkinannya kecil untuk tidak ikut campur Putri. Ta..tapi dia datang juga melukai Raja."
Citra hanya mengangguk lemas. Dia maju selangkah. Putri manjing itu berniat habis-habisan membantu Raja dengan kemampuan yang dimilikinya.
Raja memegangi bahunya yang terasa tidak enak dan memperhatikan lawannya yang baru datang. Seekor ular besar, malah teramat besar, seukuran batang nyiur berada di sana memandangnya dengan matanya yang bulat dan cantik! Ular itu berkepala manusia. Manusia yang cantik jelita dan mengenakan mahkota!
Raja menoleh ke arah Citra dengan pandangan bertanya. Citra mengangguk pasti. Hmm, Nyi Blorong juga turun gunung di pihak lawan rupanya. Raja bersiap. Matanya mulai memerah karena amarah.
Teriakan keras melengking mendahului berkelebatnya ekor ular besar itu menghantam tubuh Raja yang pasti hancur berkeping-keping jika tidak segera menghindar. Dan Raja memang tidak menghindar. Dia harus menunjukkan kemampuannya untuk membuat jerih lawan. Setidaknya itu akan mempengaruhi mereka secara psikis.
Raja memutar cincin di jarinya tanpa disadarinya. Menyambut pukulan ekor ular itu dengan tamparan yang terlihat biasa saja. Ekor ular dan tangan Raja beradu. Teriakan keras melengking yang mengguncang keheningan hutan kembali terdengar. Kali ini lengking itu adalah lengking kesakitan dari Nyi Blorong yang merasakan ekornya terbakar hawa panas yang luar biasa akibat tamparan pemuda itu.
Tidak cukup sampai di situ saja. Raja meraung keras saat menerjang ke depan. Kedua cakar mautnya menghajar 2 Datuk Hitam yang tidak menyangka secepat itu serangan datang. Untunglah cakar itu tidak telak mengenai dada dan muka mereka karena Panglima Gagak Hitam berusaha menahan serangan Raja yang telah berubah menjadi Harimau dengan Tombak Kyai Turun Sih.
Meskipun tidak telak dan tidak sampai mengancam nyawa, 2 Datuk Hitam mengalami luka cukup serius. Keduanya terpental ke belakang dengan darah segar mengalir di mulut, hidung dan telinga. Tanpa banyak bicara ketiga Datuk Hitam itu terhuyung-huyung pergi dari tempat pertarungan. Mereka tidak sanggup melanjutkan. Jikapun dilanjutkan mereka tidak akan bisa banyak membantu dan bahkan kemungkinan besar akan tewas mengenaskan.
Panglima Gagak Hitam menggerung marah. Dia memandang ke arah Nyi Blorong yang tubuhnya perlahan-lahan menyusut dan kembali ke wujud manusianya. Seorang wanita cantik jelita yang lemah gemulai namun pandang matanya nampak bengis dan mengancam Raja. Panglima Gagak Hitam girang. Nyi Blorong jauh lebih berbahaya dalam wujud manusianya dibanding saat menjelma ular besar. Ilmu hitamnya yang sangat mengerikan hanya bisa dikeluarkan dalam wujud manusia seperti ini.
-********