Chereads / Princess yang Terbunuh / Chapter 2 - Wasiat Palsu?

Chapter 2 - Wasiat Palsu?

Kevin menuju dapur dan memasak makanan, dia lapar karena tenaganya terkuras malam ini setelah bertarung dengan istrinya di atas ranjang. Ia menikmati makanan instan yang hangat karena cuaca di luar begitu dingin, ponselnya tiba-tiba berdering.

"+625638****"

Is calling...

"Halo? Bagaimana?"

"Sidik jari anda tidak akan terdeteksi, saya sudah menghilangkan jejak anda. Sepenuhnya saya bisa memastikan, bahwa tidak akan ada orang lain yang mengetahui kalau anda lah di balik kecelakaan yang menimpa keluarganya Felix."

Pria paruh baya itu tersenyum lagi, keberuntungan selalu berpihak padanya setiap kali menyelesaikan kesenangannya.

"Oke, bonus kamu udah masuk ke

rekening. Senang bisa bekerja sama dengan kalian."

"Siap, Tuan."

Rencana jahatnya untuk menjadi penguasa dari kerajaan Felix sepertinya sudah semakin dekat, Tuhan berbaik hati juga berpihak kepadanya untuk bisa menggantikan yang sudah tiada untuk menjadi pemimpin bagi rakyat. Tersenyum miring sembari menyeruput wine kesukaannya, rasanya sudah tidak sabar untuk menduduki tahta tertinggi di kerajaan Felix.

Seorang anak perempuan cantik sedari pagi hanya mengurung diri di dalam kamar, tanpa berniat untuk pergi ke manapun itu. Rasanya begitu hampa semenjak ditinggal oleh ke dua orang tuanya, namun ia menyadari bahwa ia tidak boleh terlalu larut di dalam kesedihan karena itu bisa membuat orang tuanya bersedih juga di alam sana.

Sampai saat ini pencarian masih terus berlangsung, mengingat ibunya yang belum ditemukan bahkan sepanjang aliran sungai dan juga jurang tempat di mana mereka kecelakaan juga masih ditelusuri. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa untuk keselamatan ibunya, walaupun banyak orang yang mengatakan kemungkinan untuk selamat dari kecelakaan tersebut sangat tipis, akan tetapi tidak ada salahnya untuk terus berdoa dan terus berharap yang terbaik.

"Ibu, di mana?" gumamnya.

"Princess? Ayo kita makan dulu," ajak si mbok setelah memasuki kamar anak perempuan berusia 17 tahun tersebut.

"Aku tak selera makan," ucapnya membuat hati si mbok ikut miris.

Si mbok memahami betul apa yang dirasakan oleh Princess Leonor, tentunya tidak mudah kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu yang bersamaan. Apalagi di usianya yang masih bisa dibilang sangat muda, harus menghadapi kenyataan pahit yang tak pantas didapatkannya.

"Princess? Ayo makan dulu, setelahnya kita pergi ke lokasi di mana raja dan ratu kecelakaan. Siapa tahu ada berita baik begitu kita sampai di sana," bujuk si mbok seketika membuat anak perempuan satu-satunya dari kerajaan Felix membalikkan badannya.

"Benarkah? Aku boleh pergi ke sana? Aku boleh ikut mencari ibu?" tanya Leonor.

"Princess, tidak boleh ikut dalam pencarian kita datang ke sana hanya untuk memantaunya saja, karena saya yakin para pengawal juga tidak akan mengizinkannya," jelas si mbok membuat Leonor menghela nafasnya.

"Baiklah." Leonor akhirnya bersedia menghabiskan roti bakar buatan si mbok.

Dikawal dengan begitu ketat dan jumlah personilnya yang puluhan, membuat Princess Leonor yang melihatnya sudah tak heran lagi. Karena sedari kecil ia sudah dibiasakan untuk beradaptasi dengan banyaknya pengawal yang selalu menjaganya ke mana-mana, sadar dirinya adalah putri mahkota satu-satunya di kerajaan Felix, membuatnya tak bisa berbuat banyak selain mengikuti dan menuruti apa yang orang tuanya katakan.

"Selamat siang, Princess?" sapa seorang pengawal yang ditugaskan untuk menjadi pemimpin dalam pencarian ratu Mayang.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Leonor.

"Maafkan kami Princess, karena sampai detik ini kami masih belum bisa menemukan jasad Ratu Mayang. Tapi kami tidak akan menyerah begitu saja dan kami akan terus melakukan pencarian sampai ketemu, sekali lagi maafkan kami karena bekerja memakan waktu yang cukup lama," sesalnya.

"Tidak papa, yang penting kalian terus melakukan pencarian sampai ibu saya ketemu," perintah Leonor.

"Baik, Princess." Pengawal tersebut membungkukkan badannya sebagai tanda permintaan maaf, baru setelahnya ia kembali melanjutkan tugas.

Mental yang belum begitu matang dan belum siap lahir batin namun sudah diuji dengan cobaan yang membuat hatinya benar-benar remuk, kehidupan Princess Leonar seketika berubah menjadi suram dan semuanya seperti hampa.

Bergelima harta pun tidak ada gunanya kalau ia tidak bersama dengan orang-orang yang dicintainya, istana kerajaan, properti, bahkan tahta tertinggi di kerajaan sebentar lagi akan jatuh kepadanya, semua itu benar-benar tidak ada artinya untuknya bahkan bisa dikatakan Leonor tidak mengerti apapun apalagi mengurus kerajaan beserta rakyatnya.

"Hari sebentar lagi akan berganti malam, alangkah lebih baiknya kalau kita kembali ke istana," ujar si mbok.

"Tidak, aku tidak ingin kembali ke istana aku ingin tetap di sini sampai ibuku ketemu," tolak Leonor.

"Princess? Tempat ini berbahaya kalau Princess tetap berada di sini, kita serahkan semuanya kepada pengawal dan juga kepada pencari yang bertugas untuk menemukan Ratu Mayang," bujuk si mbok sembari mengelus rambut dari anak perempuan cantik yang duduk di sampingnya.

"Baiklah." Leonor lagi-lagi harus menurut.

Dalam perjalanan pulang kembali menuju istana, Leonor masih terus kepikiran akan jadi seperti apa nanti ke depannya jika kerajaan dipimpin tanpa mendiang orang tuanya. Setiap langkahnya penuh dengan ketakutan dan kerisauan.

"Paman Kevin?" heran Leonor begitu sudah sampai di pekarangan istana melihat mobil milik pamannya sudah terparkir di sana.

Leonor baru menyadari bahwa dari hari pertama orang tuanya mengalami kecelakaan, baru hari ini paman dan bibinya menampakkan batang hidungnya di hadapannya. Namun dirinya tidak mau ambil pusing dan berpikir positif kalau paman dan bibinya siapa tahu sedang sibuk di luar kota.

"Princess? Dari mana saja kamu? Kenapa jam segini baru kembali ke istana?" tanya Bibi Anjani sembari menghampiri keponakannya dan langsung berhambur memeluknya.

"Aku dari lokasi kecelakaan orang tuaku, sampai sekarang ibu belum ditemukan," jawab Leonor sembari membalas pelukan bibinya.

"Kamu yang sabar sayang, semoga secepatnya Ratu Mayang bisa segera ditemukan dan jasadnya bisa segera dimakamkan berdampingan dengan mendiang Raja Felix," ujar Anjani sembari mengelus punggung keponakannya untuk menenangkannya.

Kevin tersenyum miring dari kejauhan melihat istrinya yang memberikan kasih sayang palsu kepada sang keponakan, kalau bukan karena ada maksud dan tujuan tertentu tidak mungkin mereka datang ke sana secara baik-baik.

"Ada yang ingin kami bicarakan dan ini sangat penting sekali, bisa kita duduk dan mengobrol sebentar?" celetuk sang paman.

"Apa tidak bisa besok saja? Aku benar-benar lelah dan ingin beristirahat," ucap Leonor.

"Tidak bisa, kami harus secepatnya menyampaikan hal ini. Karena ini berkaitan dengan kerajaan Felix," bujuk Kevin akhirnya membuat Princess Leonor menganggukan kepalanya.

"Ada apa?" tanya Princess.

"Kami harus menyampaikan wasiat dari mendiang orang tua kamu, yang kemungkinan kamu belum pernah diberitahukan sebelumnya," ujar Kevin membuat Leonor mengerutkan keningnya.

"Wasiat apa?" heran Leonor karena paman dan bibinya yang baru saja datang tiba-tiba sudah membahas wasiat.