Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kisah Bangku Dan Rok Abu-Abu

🇮🇩Jenna_Park
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.5k
Views
Synopsis
Bara api, untuk para muda mudi telah bangkit. Apakah kalian siap berpetualang di dunia baru? Katanya masa SMA adalah yang paling indah. Entahlah, apakah aku harus yakin atau tidak akan hal itu. Menurut ku masa SMA seperti kedipan mata, terlalu cepat. Tapi menurut ku kisah ini tidak cukup buruk. Rasanya seperti awal dan akhir, ah... Perasaan ini tidak asing. Oh iya! Rasanya seperti permen kapas.
VIEW MORE

Chapter 1 - (1) Di antara langit

Tik... Tik... Tik...

Suara jam terdengar, rasa baru yang membuat ku bersemangat. Wanita itu membuka matanya dan melihat sekeliling. Tak lama aku bangun dari tempat tidur.

Rasa kantuk terbang begitu saja tanpa perlu ku usir. Mungkin ini adalah kekuatan hari pertama masuk sekolah. Tanpa membuang waktu wanita itu menuju kamar mandinya. Bersih-bersih dengan nyanyian paginya.

"Ayolah, tuan putri waktu mu telah habis" teriakan itu terdengar dari luar. Sepertinya ibu telah memperingatkan gadis itu beberapa kali. "Ini aku sudah selesai,kok" ucapnya dengan senyum gembira.

Gadis itu bergegas menuju ruang makan, dan menyantap roti panggangnya. Seperti biasa, masakan ibu adalah yang terbaik. Manis, gurih ini adalah perpaduan yang sangat mesra. Tanpa menyisakan sedikit pun makanan. Gadis itu bergegas pergi agar tak terlambat.

"Eh... Kau hampir saja meninggalkan bekal makan siangnya" ucap ibu sambil mencubit pipi ku. Gadis itu terlihat cemberut, dan melambaikan tangan. Begitu lah awal perjalanan dimulai.

Entah kenapa aku merasa setiap orang yang aku lewati seperti menyemangati ku. Ku harap ini adalah awal yang sangat baik. Setelah mendengar banyak cerita, akhirnya aku masuk kisah utama. SMA adalah awal dari masa muda yang menyenangkan.

Ku harap aku akan mendapatkan banyak teman kali ini. Sedikit terjadi masalah di masa SMP, entah kenapa tak ada yang mau berteman dengan ku. Tapi tak apa, aku yakin suasana baru akan membawa kisah baru.

Aku akan menggores kisah baru di sekolah baru ini. "Hati-hati, dan jangan lupa untuk mendapatkan teman baru" ucap ayah, yang telah mengantarkan ku. Ayah selalu mengantarku kemanapun, dia takut gadis kecil nya hilang.

Semua siswa ternyata sudah mulai berbaris, sepertinya aku sedikit telat. Gadis itu segera mencari barisannya. Dia asal masuk menuju barisan terdekat. "Oh!" Tanpa sengaja dia tersandung oleh salah satu kaki di depan nya.

Gadis itu memejamkan matanya, karena sudah tau akan sesakit apa nanti. Lebih lagi akan sangat malu, "kenapa harus di hari pertama sih". Sebuah tangan melingkar di antara perutnya. Gadis itu menghadap kesamping. Seseorang telah menyelamatkan rasa malunya.

Perlahan aku melihat urat tebal di pergelangan tangannya. Tangan kekar itu membuat ku terdiam. Aku segera berdiri dan meminta maaf. Ketika aku melihat tangan dan perlahan menuju wajah nya. Buah apel milik nya membuat ku ingin berteriak.

'Martio Bramantara' itulah yang tertulis di tag namanya. "Maaf Kak Tio, aku gak se-" belum selesai aku menyelesaikan kata. Lelaki itu telah menatapku tajam. "Mata kamu butanya, kalau aku tidak ada. Apakah kamu mau jatuh begitu saja?" Jawabnya dengan marah.

"Kata-katanya yang penuh amarah itu, apakah sedang mengkhawatirkan ku?" Pikiran gadis itu menyelimutinya. "Tio! Cepet, bawa kardus nya... guru-guru udah pada nunggu tuh!" Teriak seorang wanita. Sepertinya dia kakak kelas ku juga, apakah yang mereka bahas benda ini?

Jelas lelaki itu mengkhawatirkan makanan yang hampir aku hancurkan. Wajar saja dia terlihat panik tadi, aku terlalu banyak berfikir. Akhirnya kak tio pergi sambil membawa dua kardus sekaligus. Walaupun dia menyelamatkan aku karena kardus, tapi dia tetap sangat keren.

Akhirnya upacara dimulai, disini cukup panas. Mungkin karena sudah agak siang, matahari sudah menunjukkan kekuatannya. Tak ada awan yang bisa menolong kami. Gadis itu sudah mulai berkeringat, dan kelelahan karena sudah lama berdiri.

"Kalian udah boleh duduk" akhirnya waktu istirahat diberikan. Aku duduk sambil meneguk air botol itu. Terlihat kami harus saling membagi botol sampai habis. Gadis itu berusaha menutupi wajahnya dari teriknya matahari.

Martio berjalan ke arah gadis itu dan berhenti tepat membelakangi cahaya matahari. Jenna yang menutup matanya merasa nyaman untuk sesaat. Jenna Dwi Ratnasari, Siswa baru Di SMA KEJAYAAN BANGSA.

"Semua harus kedapatan minum!" Teriaknya. Aku terus memejamkan mata sambil menghirup udara segar. Disini memang cukup banyak pohon, makanya aku masih merasa nyaman. Lelaki itu berdengus tertawa, sambil menunduk. Aku mendongak untuk melihatnya.

"Apa liat-liat!" Bentaknya, membuatku takut. Dengan segera aku kembali menunduk agar tak bertatapan mata dengan nya. Lelaki itu benar-benar menakutkan. Aku harap dia bukan kakak pembimbing kelompok ku.

Akhirnya masuk kelas, dan pengelompokan regu telah dilakukan. Aku cukup merasa lega, dan segera mencari teman. Tapi entah kenapa aku lumayan merasa takut. Entah kenapa aku melihat mereka cukup kesal. Mungkin karena habis di terpa matahari. Apakah ini bukan waktu yang bagus untuk berkenalan?

Kelas pun dimulai, karena ini masih masa pengenalan sekolah. Kami tak banyak belajar, dan hanya di perkenalkan beberapa ekskul. Beberapa pembelajaran sudah dimulai, tapi bukan pelajaran berat. Seperti lagu bahasa daerah, atau soal-soal mudah lain nya.

Kak tio terlihat berlalu lalang di depan kelas ku, apakah dia sangat sibuk. Akhirnya dia masuk dan beberapa kali berbisik dengan kakak kelas lainnya. "Kenapa aku merasa seperti di bicarakan mereka nya?" Gumam jenna, sambil mengeryitkan dahi.

Lalu segerombolan wanita mulai berteriak entah kenapa. "Kak tio pasti lagi liatin kamu, lihat lah senyum nya itu" ucap salah satu dari mereka. Sepertinya benar kata teman nya, wanita di sebelah nya sangat cantik. Kebetulan saja aku yang duduk didepan nya.

Jenna sedikit menunduk agar tak menghalangi pandangan mereka. "Hei, gadis berkacamata!" Ucap rekan nya itu. Kak tio terlihat menatapku tajam, ah bukan! Pasti wanita di belakang ku ini. Kan sudah ku bilang, aku hanya menghalangi mereka.

Wanita berparas cantik itu berdiri dan siap kedepan. Ketika dia sudah berada di sampingku, kakak itu menyuruh nya berhenti. "Eh? Bukan kau, yang aku bilang teman mu" ucap kakak itu. Kakak kelas wanita yang sedang berkumpul terlihat menertawai wanita itu.

Wanita itu menatap ku dengan tatapan tajam. Dia terlihat marah dan kembali duduk. "Dia bukan teman ku, kak! Aku bahkan tak mengenal nya" jawab nya dengan nada kesal. Aku berdiri dengan rasa bingung, dan segera menghampiri kak tio.

Beberapa kakak kelas wanita terlihat kesal dan menghampiri gadis tadi. "Apakah kau baru saja meneriaki kami? Kau gila nya! Coba sekali lagi!" Terlihat mereka menarik wanita cantik itu keluar. Aku sedikit takut melihat perlakuan mereka.

Apakah aku melakukan kesalahan sampai harus ikut di hukum? Tolong, aku paling takut di teriaki. Jenna merasa bersalah sepanjang perjalanan. Dia terus menunduk sambil mengikuti jalan nya kak tio.

Sampai-sampai dia tak menyadari bahwa lelaki itu berhenti berjalan. Alhasil gadis itu menabrak pundak kak Tio tanpa disengaja. "Maaf kak, maaf kak" ucap jenna, sambil membersihkan jaket beliau.

"Kamu bodoh apa gimana sih? Jalan aja gak bener" ucap Tio. Lelaki itu hendak menjitak jidat gadis kecil didepannya. Aku sudah memejamkan mata, dan pasrah dipukul. Tak seperti dugaanku, tangan nya hanya mengelus rambutku.