Bastian dan Vero saling melirik, mereka punya pertanyaan tetapi memilih tutup mulut dan keluar dari ruang kerja tuan mereka. Meninggalkan kedua pasangan suami istri itu di dalam.
Satu hal yang Katrina pelajari karena kehancuran usahanya adalah jangan mengabaikan peringatan. Pesta yang dia hadiri dengan Jeff membuatnya kembali waras, dia telah terlalu fokus pada rencana keseluruhan hingga kehilangan fokus akan targetnya. Saat ini saja orang dalam yang dia kira miliki tidak benar-benar berguna untuk rencananya, Katrina harus bertindak lebih agresif atau dia akan kehilangan momentum.
Tinggal bersama selama beberapa waktu membuatnya hafal beberapa ekspresi Katrina, ini pertama kalinya Rex melihat Katrina begitu serius dan dingin, "Ada apa?"
"Biarkan aku ikut ekspedisi-mu selanjutnya."
Rex terkekeh, bangkit dari kursinya dan duduk di sofa seberang Katrina, "Kamu salah minum obat? Orang mati tak bisa menghirup narkotik, kamu mau apa ikut ekspedisi-ku?"
"Tenaga kerja dan uang, aku bisa memberikanmu itu."
Tak adanya perubahan pada ekspresi pada lawan bicaranya membuat Rex siaga, wanita ini tidak sedang bercanda. "Apa yang Bara lakukan hingga membuatmu kebakaran jenggot begini?"
"Dia pacaran dengan Lina Sasongko."
"Sasongko..? Maksudmu anak dari calon presiden terkuat itu? Fadil Sasongko?" Anggukan Katrina menjadi jawaban bagi Rex, "Kamu mau menariknya ke pihakmu dengan memberinya barang antik? Rencana yang bagus, bagaimanapun dia hampir menjadi pemilik seluruh negeri, uang dan permata memang terlalu biasa."
"Berapa banyak yang kamu butuhkan untuk membiarkanku ikut ekspedisi-mu kali ini?"
"Kamu bicara seolah kita orang asing saja.. Oke, berhenti menatapku begitu."
Katrina mengeluarkan ponselnya siap melakukan transfer, "Berapa?"
"Gak perlu."
Katrina memberi Rex tatapan tak percaya sekali lagi namun kali ini disertai kekesalan.
"Aku tak akan mengambil uangmu, tapi kau ingin kamu melakukan sesuatu untukku."
"Apa?"
"Ada seseorang yang aku ingin rekrut tapi dia sangat keras kepala, jika kamu bisa merekrutnya aku akan membiarkanmu ikut ekspedisi secara gratis. Free of charge. Dna kamu juga boleh memilih item manapun nanti."
"Kamu serius?"
"Serius."
"Kalau begitu berikan profilnya dan aku akan mencari cara untuk mendapatkannya."
"Aku akan suruh Bastian memberikannya ke Lena."
Katrina berhenti kala memutar knop pintu, "Jangan main-main denganku, Rex. Aku menyelamatkan jarahanmu sebelumnya."
Senyuman Rex musnah setelah pintu tertutup, jika anak itu semudah itu untuk direkrut Rex juga tak akan membiarkan Katrina pergi. Jika rekrutmen berhasil maka dia hanya perlu memberikan Katrina beberapa item, jika dia gagal maka Rex tak perlu membagi hasil jarahan. Apapun yang terjadi Rex tetap mendapatkan keuntungan.
.
Ini sudah hari ke tiga, mengamati lelaki yang sedang menyiapkan minuman di bar sebuah kafe dahi Katrina semakin mengerut.
Neo Solomon, tahun ketiga jurusan Artifact Appraisal di Universitas Independen Indonesia. Yatim piatu, tidak punya pacar, dan punya 3 pekerjaan paruh waktu sebagai barista kafe, bartender klub, dan tutor Sejarah.
Menyesap vanilla java chip pesanannya, Katrina bertanya-tanya trik kotor macam apa yang harus dia gunakan untuk menjebak pemuda ini. Membuatnya ditahan karena narkoba dan menyelamatkannya terlalu kejam, seorang anak baik berprestasi sepertinya bisa kehilangan masa depan begitu saja. Atau menawarkan uang? Sial. Kenapa sulit sekali berhubungan dengan orang dunia ini sih.
Katrina tak punya waktu untuk memikirkan rencana lanjutan karena dia harus mengikuti Neo yang keluar kafe. Untung saja Katrina berpakaian santai dan tak menggunakan heels, kalau tidak dia pasti sudah menyerah membuntuti pemuda itu. Setelah satu jam berjalan melewati berbagai gang becek dan gelap, mereka sampai di jalan bukit. Menunggu hingga punggung Neo cukup jauh, Katrina mengekor dengan segala kekuatannya yang tersisa.
Neo memasuki gedung yang berdiri di puncak bukit, terlihat lusuh dari luar namun tak lama kemudian Neo berjalan keluar diikuti anak-anak usia SD hingga SMP yang tersenyum ceria. Memasang karpet piknik dan mulai belajar bersama Neo. Pemuda ini adalah gambaran anak baik-baik dan mengusik orang baik bukan gaya Katrina, tetapi Neo satu-satunya orang yang bisa membantu Katrina saat ini.
Telunjuknya menekan speed dial ke nomor Lena, "Beli tanah di alamat yang aku kirimkan. Aku tak peduli berapa harga yang mereka minta, aku mau tanahnya. Pastikan besok kamu sudah menyelesaikan prosesnya."
Menelusuri jalan tadi dan kembali ke RECHANGE.
Kamala dan Haris menjadi yang pertama memberikan laporan mereka ke ruangan Katrina.
"Para penyebar hoaks dan akun gosip bodong sudah dituntut dan mulai diproses pengadilan, Bu. Kontrak Dena dan RECHANGE juga sudah dimulai. Sesuai instruksi ibu, pihak Manajemen Talent juga memberikan profilnya ke pihak klinik Young dan mereka setuju untuk menjalin kerjasama CP Calum dan Dena."
Kamala memberikan dokumen yang dia bawa, menunjuk beberapa paragraf spesifik yang sudah diberi tanda; "Para reporter sudah menghapus artikel dan memberikan klarifikasi. Mereka juga menerbitkan berita Dena dan Calum sebagai BA Clinic Young dan sudah menerima undangan untuk acara pembukaan resmi pekan depan."
"Bagus, kalian lanjutkan pekerjaan kalian."
Lena menahan pintu dan menunggu keduanya pergi sebelum memberikan sebuah dokumen pada atasannya, "Kesepakatan jual beli sudah selesai, ini akta tanah yang Ibu minta."
Efisiensi lena selalu yang terbaik karena itu walaupun memiliki mata-mata Rex di sampingnya agak beresiko tetapi Katrina tetap mempertahankan wanita itu di sisinya.
"Bagus, sewa beberapa orang untuk mengintimidasi Neo tapi jangan sakiti anak-anak panti. Katakan bahwa pemilik tanah ingin membangun resor dan akan membongkar bangunan itu secepat mungkin. Sebarkan kabar kalau aku pemiliknya."
"Baik, Bu."
Mengangkat panggilan dari ponselnya, Katrina membolehkan Lena pergi dengan matanya.
"Kak Kat, semua persiapan Klinik sudah selesai. Aku dan Rashi sedang di lokasi pemotretan iklan."
"Bagus, lalu bagaimana dengan soft opening yang lalu? Kalian berhasil mendapatkan Maya dan Suci?"
"Belum Kak. Maya memiliki klinik langganan dan dia membawa calon mertuanya itu kesana. Soft opening kita sukses tapi kita tak berhasil menjaring target utama."
"Kirimkan alamat klinik yang biasa mereka kunjungi, aku akan cari informasi untuk kalian."
"Oke, Kak."
"Jangan biarkan Calum lepas dari pandangan kalian, perhatikan juga orang-orang di sekitar Dena. Mereka adalah bom waktu yang tidak bisa kita remehkan."
"Don't worry, Kak."
Setelah memastikan beberapa detail terkait pekerjaan, Katrina menuju parkiran basemen dan berkendara menuju sebuah vila pinggiran kota.
Walaupun benci mengakuinya, Katrina memahami kenapa Maya dan Suci memilih klinik ini. Mereka punya 3 keamanan berlapis, petugas keamanan terlatih yang menyamar, namun tanpa CCTV ataupun paparazzi yang mengintai. Begitu memarkir kendaraannya dia disambut dengan wajah-wajah ramah yang berbaris di open space dengan suara gemericik air yang tenang. Tanaman penghasil oksigen tertata rapi untuk memanjakan mata para tamu.