Chereads / WICKED: Bara Dendam Katrina / Chapter 17 - INTENSE

Chapter 17 - INTENSE

Tak butuh seorang jenius untuk tahu kalau tabrakan tadi disengaja. Katrina menghubungi Jeff setelah mendapati pantulan Rachel di spion utama.

[Hell freaking raiser! He'll be the death of me!]

"What do you need?"

Suara serak khas bangun tidur hampir membuat jantung Katrina meledak, dia kira dia hanya naksir Jeff tapi bisa jadi dirinya salah.

"Ekhem.. Aku dari klinik MERAK dan Rachel ada disini."

"Kamu mau aku menyelamatkanmu?"

"Tuan Jeff, aku rasa kita sepakat kalau tiga wanita waktu itu mengejarku karena mereka salah paham dengan hubungan kita. Dia juga menabrak mobilku, aku tak mau jadi pemeran utama fast and furious atau breaking news kecelakaan mobil."

"Fine."

'BUGH BUGH BUGH'

Bahkan cara Rachel menggedor jendelanya sangat mengancam, Katrina pasti bodoh kalau dia keluar mobil dan mengkonfrontasi wanita gila itu. Kembali memeriksa kaca dan pintu yang terkunci rapat, Katrina menulikan diri menunggu kedatangan Jeff.

Tapi Katrina meremehkan Rachel.

Begitu kunci mobil terbuka, wanita itu masuk ke kursi penumpang dan mengacungkan pisau lipat ke leher Katrina.

"Lo gak perlu takut, gue gak bakal nyakitin lo kok."

[That would be convincing without a knife on my neck, duh]

"Gue cuma gak ngerti kenapa Kak Jeff bisa deket sama lo, jelas-jelas dia udah lihat gimana Silvia selingkuh dan Tasya itu cuma orang miskin yang berlagak tajir. Dia seharusnya tahu kalau gue lebih baik dari semua cewek lain. Kenapa lo harus deket-deket kak Jeff sih?"

"Kamu salah pah-"

"Salah paham? Lo pikir gue bego? Kak Jeff gak pernah bawa siapapun ke suite-nya, bahkan dulu saat dia masih tunangan sama Silvia. Ayo ngaku, kenapa lo bisa deket sama kak Jeff?"

Rasa perih di dekat urat nadinya membuat Katrina tegang tapi dia harus mengulur waktu sampai Jeff datang.

"Gue selalu iri sama Silvia sebagai anak petinggi polisi, dia bisa seenaknya dan gak takut hukuman. Terus Tasya? Dia punya lebih banyak uang daripada akal sehat satu keluarganya! Mereka punya segalanya dan gak punya apapun untuk dikhawatirkan, sementara gue harus berjuang mati-matian sebagai anak keluarga Tan!"

Kali ini aroma besi amis yang akrab memenuhi penciuman Katrina.

"Kak Jeff itu idola gue, dia baik, ganteng, pekerja keras.. Dia sempurna. Silvia atau Tasya gak pantas sama dia. Setelah semua usaha gue kenapa lo mendadak muncul sih?!"

"Aku gak-"

Semilir angin dan semburan cairan hangat di wajah sebelah kanan adalah hal yang terakhir Katrina rasakan. Pisau lipat Rachel kini di pangkuan Katrina. Menengok ke kiri ekor matanya menangkap sosok kaku di kursi belakang dengan darah yang mengalir dari pelipis kanannya.

Membuka pintu dan memuntahkan isi perutnya, Katrina terkapar di samping genangan muntahnya. Menarik sebanyak mungkin oksigen yang bisa dia dapatkan namun rasa sesaknya tak juga menghilang.

Sesuatu menghalangi cahaya, memaksa Katrina membuka mata.

"Kamu kenapa sih?"

Terhuyung menopang dirinya, Katrina berhadapan dengan wajah tampan yang sering membuat perasaan Katrina tak tenang. Menarik kerah pria itu; "Apa yang kamu lakukan hah? Kamu gila?"

Menjauhkan wajahnya dari Katrina, Jeff memerangkap tangan Katrina dengan miliknya. "Stop acting like it's your first kill."

"I never kill anyone!"

"So?"

"Aku minta kamu selamatkan aku, bukan suruh kamu bunuh orang! You could've talked to her!"

Katrina bahkan tak sadar dia meraung.

Sementara Jeff menatap wanita itu seolah dia melihat hal paling aneh di dunia, mendengus kecil karena perkataan Katrina. "Sejak kapan dunia kita itu dunia ramah tamah? Aku selalu membantumu sebagai Hellraiser. You get what you ask for."

Sekelilingnya membuat Katrina sesak, dia ingin bernafas namun sesuatu mencengkram kerongkongannya. Kepalanya pening dan ada dengungan memekakkan telinganya. Kehilangan kendali atas kakinya adalah hal terakhir yang Katrina ingat.

.

.

Jeff memasuki kamar dan membuka kotak alat medisnya, melepas dan memasang infus untuk wanita yang tengah terbaring. Selain gerakan naik turun dadanya, wanita dengan kerutan di dahinya itu terlihat seperti mayat dengan wajah pucat pasinya.

Berusaha menghilangkan kerutan itu, Jeff mengelus dahi Katrina tanpa sadar menyoroti bulu matanya yang lentik. Jeff seorang dokter, dia mempelajari anatomi manusia lebih banyak dari orang lain. Jeff tahu manusia memiliki 206 tulang, 639 otot, dan organ terbesar manusia adalah kulit. Fungsi utama dari bulu mata adalah mencegah benda asing masuk ke bola mata. Jeff tahu dan dia paham hal itu, dia hanya tak paham kenapa setiap helai rambut itu terlihat menarik baginya. Tidak masuk akal.

"Sir."

Jika Katrina bangun dia pasti mengenali anak buah Jeff yang memakai setelan ninja lengkap ini.

Tak membiarkannya masuk, Jeff justru keluar dan bersandar di pinggir pintu seolah menghalangi pandangan anak buahnya ke kamar. "Ada apa?"

"Seseorang mengikuti teman Sir dan dia merekam semua kejadian hari itu."

Jeff menggaruk pelipisnya yang tak gatal, "Kalian butuh tiga hari untuk tahu hal ini?"

"Kami sudah menyekapnya, Sir."

"Kalau begitu singkirkan saja."

"Maaf Sir, dia bilang dia kenal dengan teman Sir. Kalau kami menyakitinya, dia bilang teman Sir akan rugi besar."

Neo sebenarnya hanya bertaruh tapi dia bersyukur taruhannya benar. Dia tak yakin kenapa seorang wanita sukses seperti katrina membeli tanah panti asuhan mereka dan memaksa mereka meninggalkan panti tapi dia tahu wanita itu pasti membutuhkan sesuatu. Jadi setelah mengetahui identitas pembeli tanah itu Neo memutuskan untuk menemuinya tapi dia justru menyaksikan sebuah pembunuhan. Ada hal bear dibalik semua ini dan neo menyadari terlalu lambat. Kini dia disekap orang tak dikenal dan satu-satunya cara dia tak dihabisi adalah dengan mengatakan kalau sang pemilik tanah memiliki urusan dengannya. Untung saja peramal yang disewa petugas panti dulu ternyata benar, Neo mungkin miskin dan menyedihkan tetapi dia pintar dan punya umur panjang.

"Katakan apa urusan kamu dengannya?"

Neo terkejut karena yang datang bukanlah sang pemilik tanah tapi pria yang bersama wanita itu. Kalau Neo tak ada di tempat kejadian perkara, Neo pasti mengira pria dengan celana jeans dan kaos putih itu hanya bawahan pemilik tanah panti. Sayangnya dia tahu wajah asli pria ini, di hari itu dia dengan santai menggendong wanita yang pingsan ke mobil setelah memerintahkan orang-orang dengan seragam ninja bertopeng membawa mayat wanita dan menyingkirkan mobil dan bukti fisik lainnya.

"Dimana.. Dimana Bu Katrina?"

"I got no time for your bullshit, spit it out."

"Aku.. Saya.." Menelan ludah, Neo tak bisa mengeyahkan intimidasi yang dia rasakan. Tempat dia disekap bukan sebuah gudang atau tempat gelap misterius, Neo hanya terikat ke kursi di ruang tengah sebuah rumah. Bahkan dengan pencahayaan baik disini Neo dapat merasakan aura dingin dan kelam dari pria yang lebih tua darinya itu.