Apa yang dialami oleh Frans tak bisa lagi dibantah karena sudah dua rumah sakit yang menyatakan bahwa dia mandul. Fakta itu membuat Frans terpuruk dan mengabaikan kesibukan di kantor. Adapun Paola masih bertahan di sisinya serta bersedia menerima segala kekurangan Frans. Bahkan, demi kelancaran pernikahan yang sudah disusun, maka diputuskan untuk menutupi keadaan tersebut dari orang tua mereka dan tetap melanjutkan rencana pernikahan yang tinggal menghitung hari. Tentunya Paola yang menyarankan rencana itu, meski sempat mendapat penolakan dari Frans karena ingin berkata jujur pada orang tua. Di sisi lain, Frans merasa beruntung karena menemukan seorang wanita seperti Paola yang bersedia menerima semua kekurangannya. Sikapnya membuat hati Frans sangat tersentuh dan merasa bahagia memiliki wanita sepertinya. Kesepakatan antara keduanya telah dicapai di mana mereka akan menyembunyikan fakta tersebut dari keluarga kedua belah pihak. Maka, perlahan-lahan keadaan Frans sedikit membaik, meskipun sikapnya tak sebahagia sebelumnya. Perubahan itu terlihat jelas dan disadari oleh kedua orang tuanya. Namun, mati-matian Frans coba menyembunyikan keadaan itu dan untuk pertama kali dilakukan di mana selama ini dia tak pernah berbohong kepada mereka.
Hari terus berlalu di mana acara pernikahan akan segera digelar seminggu lagi. Berhubung akhir pekan, Frans tentu libur dari kesibukannya di kantor dan baru saja menyelesaikan makan siang bersama orang tuanya. Seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu sekadar bersenda gurau di ruang keluarga dengan TV yang sudah menyala sejak tadi dan menayangkan berita siang. Terdengar gelak tawa dari ruangan itu karena mendengar cerita yang begitu seru dari Elena. Bahkan, senyum juga terukir di bibir Frans di mana hal tersebut disadari dan membuat mereka lega karena Frans bersikap normal seperti semula, meski sempat berpikir telah terjadi sesuatu. Namun, tiba-tiba bincang santai itu dikejutkan oleh kedatangan seseorang dan membuat mereka menatap ke arah datangnya suara, hingga muncul seorang pria baya dengan amarah yang terukir jelas di wajahnya.
"Om Yosef?" ucap Frans dengan suara lirih dan dua mata yang melotot karena terkejut dengan kehadiran orang tua Paola di mana tak ada kabar lebih dulu. Dengan jelas, Frans bisa melihat sorot mata begitu tajam dan tertuju ke arahnya, hingga ada suara lain yang menyapa lebih dulu.
"Yosef. Ada apa? Ayo silakan duduk!" ujar Reynold mempersilakan di mana dia adalah kepala keluarga di rumah itu. Tak ada jawaban dari Yosef, selain kembali melangkah dan terhenti tepat di depan meja di mana Reynold telah bangun dari duduknya diikuti Elena.
"Bagus kalian semua ada di rumah. Baca ini!"
Dengan kasar, Yosef melempar sebuah amplop ke arah Reynold dan terjatuh di kakinya. Bergegas dia membungkuk untuk meraih amplop tersebut dengan perasaan bingung. Setelah berhasil meraihnya, bisa dia lihat sebuah logo rumah sakit terkenal di Jakarta tertera pada amplop itu. Namun, Reynold tak langsung membukanya karena justru menoleh pada Elena dan Frans yang bungkam sejak tadi. Dari posisinya duduk, Frans bisa melihat amplop apa yang diberikan Yosef barusan di mana tak berdaya untuk mengendalikan situasi.
"Cepat buka, Pa!" Suara Elena terdengar yang sudah tak sabar ingin tahu isinya. Maka, Reynold bergegas menuruti dan akhirnya menemukan selembar kertas yang dibaca dalam diam. Mata itu seketika membulat setelah membaca apa yang tertera di sana. Reaksi itu membuat Elena penasaran dan ikut membaca disusul menutup mulutnya seakan tak percaya, lalu terduduk lemah di sofa.
"Mandul," bisik Elena amat lirih setelah membaca isinya. Adapun mata Yosef menatap kesal pada Frans yang bergeming di mana rahangnya ikut mengeras karena entah dari mana hasil pemeriksaan itu sampai pada Yosef.
"Dari mana kau dapat ini?" tanya Reynold dengan suara jelas dan mengangkat kertas itu seakan memastikan hal apa yang ditanyakan.
"Ada di mobil Paola. Jadi, kau sudah tahu hasil tes itu?" jawab Yosef menatap sinis pada Reynold. Namun, gelengan dilakukan, tapi terlihat Yosef menyeringai dengan senyum cukup sinis.
"Aku tak tahu karena yang ku tahu semua baik-baik saja. Bukan begitu, Frans?" sahut Reynold apa adanya di mana dia berkata jujur barusan. Elena yang sudah duduk lemah ikut memalingkan wajah ke arah Frans yang berdiri dengan raut terpukul dan hal itu membuatnya yakin, meski belum terlontar jawaban. Sebelum menjawab, mata Frans menatap Elena yang tampak sedih seraya menggeleng karena berharap hal itu tidak benar.
"Maaf, Pa. Apa yang tertulis di sana memang benar dan aku mandul."
Semua bungkam. Tak ada yang menimpali ucapan Frans barusan, kecuali Elena yang menutup mulutnya lagi diikuti kepala menggeleng. Namun, dia tak mampu berkomentar saat ini karena rasa terpukul akan pengakuan tersebut. Sedangkan Reynold masih berdiri dengan tangan kanan memegang kertas itu bersama perasaan yang tak kalah terkejut. Adapun Yosef menatap benci pada Frans diikuti senyum sinis terukir jelas.
"Bagus. Jadi benar kau sengaja sembunyikan kemandulanmu dari kami? Dasar penipu ulung kau, Frans!" Komentar menyakitkan kembali terdengar dan membuat Reynold melotot. Namun, mulutnya yang ingin membalas seketika tertahan karena Frans melontarkan kalimat lebih cepat.
"Aku tak bermaksud menipumu, Om! Aku berniat mengatakannya, tap—"
"CIH! BISA-BISANYA KAU MENYANGKAL SETELAH BUKTI KUDAPATKAN! BUKANKAH KAU SENDIRI YANG MEMINTA PAOLA UNTUK TUTUP MULUT AKAN KEBENARAN INI, HUH?"
"Apa? Aku tak lakukan itu padanya, Om! Justru dia yang meny—"
"DIAM KAU, FRANS! JANGAN COBA KAUTUDUH PAOLA YANG BERDUSTA ATAS KEMANDULANMU! KAUPIKIR KAMI BODOH SEHINGGA BISA DITIPU? KAU SALAH BESAR DAN KAU BENAR-BENAR LICIK MEMANFAATKAN PAOLA YANG SANGAT MENCINTAIMU, TAPI JUSTRU MENUDUHNYA MANDUL."
"Apa? Om bicara apa, sih!? Manfaatin apa?" Kebingungan dialami Frans atas semua ucapan Yosef barusan. Reynold yang mendengar tentu butuh penjelasan atas segala tuduhan Yosef karena terus disangkal oleh Frans.
"Tunggu! Sebenarnya ada apa, Frans? Coba jelaskan apa yang dimaksud Yosef!" Reynold tak tahan untuk ikut berkomentar karena semua membingungkan kini. Wajah Yosef telah berubah merah karena luapan emosi dalam hati yang tak tertahankan.
"Aku juga tak mengerti apa maksud dari ucapan Om Yosef, Pa. Aku mencintai Paola dan aku tak memanfaatkan apapun darinya. Memangnya aku gila sampai setega itu menyakitinya, meski aku tak paham maksud Om Yosef barusan!" Sangkalan terdengar yakin di mana Frans amat berani membalas tatapan tajam Yosef yang tersenyum sinis. Dalam hati, Frans juga dilanda kebingungan karena Yosef yang tak jelas membahas tentang apa, kecuali mengenai kemandulan yang sudah diakui.
Ketiga pria itu saling bertukar pandang di mana suasana ruangan berubah mencekam. Keributan yang terjadi menarik untuk didengar karena muncul dua orang pembantu yang sedang menguping di balik dinding sejak teriakan Yosef terdengar.
"Dengar, Yosef. Aku minta maaf karena tak tahu tentang kemandulan Frans. Namun, aku pun tak mengerti dengan kalimatmu yang mengatakan kalau Frans memanfaatkan Paola. Bisa kau jelaskan apa maksudnya?" Dengan suara tenang Reynold berujar sekadar jadi penengah antara Yosef dan Frans. Namun, gurat benci terlalu nyata di wajah Yosef disusul tak ragu dia menjawab.
"DIA YANG MINTA PAOLA TUTUP MULUT KALAU DIA MANDUL. BAHKAN, DIA MENYARANKAN UNTUK MEMBUAT LAPORAN PALSU KALAU PAOLA YANG SEBENARNYA MANDUL!" jawab Yosef sengaja dengan suara kencang seakan membiarkan seisi rumah tahu kemalangan Frans. Tampak Frans menggeleng di mana dirinya tak pernah mengatakan hal semacam itu.
"Tidak. Aku tak pernah memintanya lakukan itu. Justru dia yang menyarankan untuk menutupi kalau aku mandul dari kalian. Aku tak pernah sedikitpun punya pikiran untuk membuat laporan palsu sekadar membalik keadaan. Itu tak benar, Om!"
"APA? JADI KAU MENUDUH PAOLA YANG BERDUSTA?"
"Bukan begitu maksudnya, Om!"
"KURASA OTAKMU SUDAH TAK WARAS KARENA BICARA BEGITU MENGENAI PAOLA DI DEPANKU, FRANS!" balas Yosef tak terima di mana Reynold mendengar adu mulut keduanya kian sengit. Sedangkan Elena tampak menutup telinga karena suara Yosef seperti sedang kesetanan. Lelah bicara dengan Yosef yang sulit mengerti, Frans mengalihkan pandangan pada Reynold dan berharap ada rasa percaya atas pengakuannya barusan.
"Demi Tuhan, Pa. Aku tak lakukan itu pada Paola. Itu semua tak benar!"
"CUKUP, FRANS! AKU MUAK BICARA DENGAN PRIA LICIK SEPERTIMU."
"Tenang duku, Yosef. Pasti ada kesalahpahaman dan sebaiknya kita bicarakan baik-baik. Ayo duduk dulu!" Reynold coba mencari solusi dan berharap ujarannya didengar. Namun, gelengan Yosef terlihat diikuti kalimat jelas yang membuat semua tertegun.
"PERNIKAHAN HARUS DIBATALKAN KARENA AKU TAK SUDI PUNYA MENANTU CACAT!"