Erich langsung merasa cemas. Laki-laki itu menunggu di depan koridor toilet. Karena tak mungkin langsung menunggu di depan pintu toilet perempuan.
Genevieve merasa kehabisan tenaga. Gadis itu bahkan harus berjalan seperti anak bayi, merambati dinding.
"Astaga, Ginny. Kau pucat sekali. Ayo, ke ruanganku."
"Tapi, Tuan, saya harus bekerja--"
"Tidak!" Erich memotong ucapan Genevieve. "Kau bisa kehabisan cairan kalau begini terus."
Erich memapah tubuh Genevieve. Norbetta yang bersembunyi di balik koridor jalan menuju ruangan Erich, mendengkus marah sembari mengepalkan tangan.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk menjauhi Erich. Tapi kau malah memanfaatkan kesempatan dengan menempel padanya, Genevieve!" Kilatan benci muncul di mata Norbetta. "Tunggu saja pembalasanku berikutnya."
Genevieve dipapah duduk. "Maafkan saya karena merepotkan Anda, Tuan."
"Tahanlah sebentar. Aku akan mengambil obat. Setelah ini, kau pulang saja."
"Tapi saya belum menyetorkan uang kas, Tuan."