Keesokan paginya, kedua orang itu masih belum bangun. Cahaya pagi perlahan mulai menyinari mereka melalui pantulan dari jendela ruang tamu. Sintia terbangun dalam dekapan hangat Julian, hal pertama yang dia lakukan ketika bangun adalah melihat Twitter.
Ketika dia mengunggah postingan di Twitter semalam, dia juga menandai semua media yang menandainya.
Dia tidak menambahkan pesan apa-apa dalam cuitan tersebut, hanya foto indah penuh dengan perasaan yang membuat orang ingin berkencan dengan pria tampan.
Sekarang, komentar para netizen telah meledak.
[Netizen Pino_uhuy: Aduduh! Gadis beruntung sangat mengagumkan. Apakah gambar kepala bagian belakang itu adalah gadis beruntung? Kenapa kamu tidak menunjukkan wajahmu? Wajah bagian samping juga tidak apa-apa. Aku ingin memuja gadis beruntung ini sebagai dewiku!"
[Netizen Nenekmoyang_Cilik: @JulianYazeed, apa wajahmu sakit? Apa wajahmu bengkak? kamu bilang mustahil untuk mengembangkan perasaan di antara kalian, tapi kamu malah memeluk gadis beruntungku erat di tengah malam~~~]
[Netizen Sembilan_kucinghidup: Prokprokprok! @TDTVOfficialTwitter, @DazzlingTVOfficialTwitter, @KeiTVOfficialwitter, @BipbipTVOfficialTwitter…..]
[Netizen Apasaja: Repost harian@GadisBeruntung, negara tolong segera jodohkan aku dengan tokoh teratas dari daftar bujangan kaya saat ini.]
.....
Sintia diam-diam tertawa saat melihat Twitter, 'Memangnya siapa yang tidak bisa menampar mukanya balik?'
Namun, dia bergumam pada dirinya sendiri, "Apakah dia benar-benar tidak akan menggigitku sampai mati?"
"Apakah aku menggigitmu?"
Suara bangun tidur seorang pria tiba-tiba terdengar di telinganya, membuat Sintia langsung meletakkan ponselnya.
"Di mana aku menggigitmu?" Julian tiba-tiba terbangun, lalu menarik tubuhnya dan memeriksanya dengan cermat dari depan hingga belakang, "Cepat bilang, di mana aku menggigitmu?"
Sintia kebingungan, "Yah, aku bercanda. Kamu tidak menggigitku."
"Sungguh tidak menggigit?" Wajah tegang Julian perlahan mulai menjadi lega.
Sintia mengangguk, "Benar. Kenapa kamu tegang begitu, sih?"
"Siapa yang tegang?" Julian juga menyadari adanya kejanggalan di sini. Ekspresinya langsung berubah dingin, "Aku bilang apa padamu? Aku menyuruhmu menjauh dariku saat kamu melihatku. Semakin jauh semakin baik. Tapi apa yang kamu lakukan? Sintia Yazid, bagaimana caramu bisa masuk ke rumah semalam?"
"Memanjat pipa air." Ucap Sintia dengan bangga.
Alis Julian mengkerut, dia berjalan ke arah pintu dengan langkah lebar untuk melihat pipa air yang mengarah ke atap.
Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Sintia jika wanita itu jatuh saat sedang memanjat sepanjang pipa?
Kebetulan, kepala pelayan, pelayan dan penjaga mansion sudah berada dalam posisi siap untuk mulai bekerja.
Julian berteriak pada kapten penjaga dengan suara yang terdengar dingin sampai rasanya nyaris menembus ke tulang-tulang, "Bongkar pipa air itu, bongkar apapun yang bisa digunakan untuk memanjat. Jika kamu berani meninggalkan apapun yang bisa dipanjat, aku akan menjadi orang pertama yang membuatmu berada dalam masalah!"
Kapten penjaga yang tidak tahu apa yang terjadi pun hanya diam seperti jangkrik. Untuk bernapas pun dia tidak berani.
Ada kamera CCTV di luar mansion. Kepala pelayan diam-diam mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa pemantauan, menemukan Sintia yang memanjat pipa dan menyelinap ke kamar Julian semalam. Keningnya berkerut tajam, 'Pantas saja Tuan Julian sangat marah. Nona Yazid ini sangat tidak tahu malu!'
'Tapi, dia selamat?'
'Benar-benar keajaiban!'
Julian menatap kepala pelayan yang diam-diam memeriksa CCTV, lalu berucap dingin, "Periksa CCTV, semua orang yang melihat Sintia Yazid semalam tapi tidak mampu membujuknya untuk tidak memasuki mansion akan dipecat! Termasuk kepala pelayan!"
Semua pelayan dan kepala pelayan yang mendengar ini langsung pucat seketika.
Terutama kepala pelayan yang telah bekerja di sini selama bertahun-tahun. Bagaimana mungkin dia rela melepaskan pekerjaan dengan gaji tinggi dan citra yang baik seperti ini. Dia langsung mengejar Julian seraya berteriak, "Tuan Julian, Tuan Julian, saya sudah membujuknya, tapi Nona Yazid tidak mau dengar…."