Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga sangat puas, karena setiap kali ada peserta yang menandatangani surat persetujuan menerima perjodohan negara, maka dia akan menerima bonus kerja tambahan. Dia menyimpan surat persetujuan tersebut, kemudian membacakan apa yang biasanya harus dia katakan kepada setiap pasangan dengan sangat lancar,
"Nona Yazid, Tuan Yazeed, selamat kalian telah menjadi pasangan resmi yang dilindungi oleh negara. Ini kartu pasangan resmi kalian. Silahkan disimpan."
"Kartu pasangan resmi tidak sama dengan akta nikah. Itu hanya untuk menyatakan bahwa status kalian berdua sekarang adalah pasangan yang belum menikah. Untuk menghindari terjadinya ketidakbahagiaan, kalian akan diberi waktu selama satu tahun untuk melakukan penjajakan. Selama masa ini, kalian dapat datang ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kapan saja untuk mengganti kartu pasangan resmi kalian menjadi akta nikah."
"Jika selama masa ini, pihak wanita hamil dan berkontribusi dalam peningkatan populasi negara, maka keduanya akan menerima layanan kesejahteraan dan keuntungan yang besar."
"Tentu saja, jika kalian berdua menemukan ketidakcocokan satu sama lain, kalian dapat mengajukan permohonan penghentian perjodohan negara ini satu tahun kemudian. Namun, Anda berdua juga wajib membayar denda sebesar 22 miliar dan masih ada sanksi lainnya seperti, pencabutan hak politik, dan seterusnya."
"Selain itu, selama masa ini, kedua belah pihak dilarang untuk menjalin hubungan dengan pihak lain. Jika ketahuan, maka dia akan didakwa atas kasus perselingkuhan. Jika buktinya sangat kuat, dia juga akan dipenjara. Jadi, harap untuk berhati-hati."
"Jika Anda berdua tidak ada pertanyaan lain, Tuan Yazeed, Anda dapat membawa pulang Nona Yazid sekarang juga. Untuk satu tahun ke depan, Nona Yazid harus tinggal bersama Anda, dan Departemen Urusan Sipil dapat berkunjung ke rumah kalian kapan saja."
Sintia masih belum pulih dari keterkejutannya melihat seorang Julian Yazeed yang benar-benar menandatangani surat itu. Dia tidak mendengar semua yang dikatakan oleh staf tersebut sama sekali.
Dia mengambil kartu pasangan resmi itu dengan pikiran kosong. Sintia tidak bisa berpikir sama sekali, 'Aku tidak percaya. Aku sudah menjadi pasangan resmi Julian Yazeed?'
'Apa ini keberuntungan, atau malah kesialan?'
***
JEDYARR … JEDYAR….
Suara guntur disertai kilat yang menggelegar segera memicu datangnya hujan angin yang lebat.
Di pintu gerbang Universitas Ciputra, iring-iringan sebelas Roll Soyce menunggu dengan sabar di tengah derasnya hujan. Mereka menunggu Sintia Yazid yang kembali ke kampus untuk menyelesaikan beberapa prosedur.
Julian Yazeed menatap hujan deras di luar jendela mobil. Keningnya berkerut saat memikirkan wanita tertentu yang tidak dapat keluar sama sekali di hari hujan.
Dia masih berada dalam panggilan video. Tak lama suara kakak laki-lakinya terdengar, "Kamu yakin mau menerima perjodohan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untukmu itu? Aku dengar, Ayah dan Tuan Xila ingin mengatur pernikahan antara kamu dan Yana Xila. Rencana ini akan segera dimasukkan dalam agenda. Bukannya kamu sangat menyukai Yana Xila? Kamu bahkan meminta arsitek untuk membangun kolam renang putri duyung di rumah enam bulan yang lalu."
'Siapa bilang kolam renang putri duyung itu untuk Yana Xila?'
Julian tidak menjelaskan. Dia hanya berkata, "Pernikahan keluarga hanya seperti lapisan gula pada kue. Mau bagaimana lagi, tidak boleh ada masalah dalam kampanye pemilihan presiden Kakak. Aku sudah mengambil keputusan. Kakak tidak perlu membujukku lagi."
"Jadi, kamu setuju menikah dengan Sintia Yazid hanya untuk kampanye presiden yang kujalani? Aku dengar dari Zayn, kamu keluar dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan dia yang berada di pelukanmu. Kamu tidak pernah memeluk seorang wanita sebelumnya, aku rasa kamu telah jatuh cinta padanya…."
"Mana mungkin? Bagaimana mungkin aku menyukai wanita seperti itu?"
Julian membantahnya dengan tegas. Dia menyandarkan punggungnya di kursi kemudian berkata tenang, "Ini hanyalah pertunjukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Ini juga untuk memberitahu orang-orang betapa kooperatifnya aku terhadap kewajibanku sebagai warga negara, agar tidak membuat orang-orang berpikir bahwa adik dari calon presiden adalah pria keras kepala penganut misogami garis keras. Hal itu dapat berdampak buruk padamu."