Kemudian, setelah beberapa jam dan matahari sudah terbenam, sampailah Akbar dan Syty di desa Belingtown, dan seperti yang diperkirakan oleh Syty sebelumnya, desa yang baru mereka kunjungi itu ternyata memang penuh dengan manusia.
"MA..MA…MA…MA…MANUSIA!! MANUSIA AYAH!! DE…DESA INI ADALAH DESA MANUSIA!!" kata Syty yang benar-benar panic ketika melihat ada banyak manusia berkeliaran.
"Ayah punya mata Syty, jadi tidak perlu kau beritahu apa yang kau lihat (tapi untuk desa yang terkena wabah, kenapa desa ini cukup damai ya? Aku pikir akan ada kejadian heboh atau sejenisnya)" kata Akbar yang merasa ada yang janggal dengan kedamaian di desa itu.
"Ta…ta…tapi kenapa ada desa manusia dinegara Elf? A…apa Negara kita sedang dijajah?" Tanya Syty lagi.
"(Hooo, walau gak tahu apa-apa soal hewan-hewan diluar desanya, dia tahu kosakata yg agak berat rupanya) Ayah kurang tahu kalau soal itu, tapi yang pasti, jangan pernah kau tunjukan telingamu kepada para manusia, karena jika ternyata masalah antara Negara itu memang masih belum selesai, mungkin kau akan ditangkap oleh para manusia dan dijadikan tawanan lho," kata Akbar yang menakut-nakuti si Syty.
"Tapi saat para prajurit tadi bicara dengan ayah, kenapa mereka tidak sadar kalau ayah punya telinga panjang kaum Elf?"
?
"(Tuan Esa, serius, kalau ini memang kesalahan system atau sejenisnya, kau berhutang banyak padaku) Ah itu simple, ayah menggunakan sihir Elf yang bisa membuat para manusia mengira kalau ayah ini manusia," jawab Akbar yang penuh dengan omong kosong.
?!
"HEEE!! Si..sihir Elf?! Ke…kenapa ayah tidak memberitahuku soal itu sebelumnya?! A...aku mau minta satu ayah!" kata Syty yang memohon-mohon pada Akbar.
"(Pfft, polos banget ya lord, kalau ada hal yang buat anak ini penasaran, lebih baik aku gunakan alasan tadi saja) Sayang sekali sihir itu hanya bisa digunakan oleh perawan saja, jadi kamu belum bisa menggunakannya Syty."
"Perawan? Apa itu? Apakah itu sebutan Elf yang sudah dewasa ayah? Ba..bagaimana aku bisa jadi perawan?"
...
...
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"(PPFTT…..BWAHAHAHA…..CU…..CU….CUKUPPP!! SUDAH CUKUP BANGSAT!! BISA GILA AKU KALAU PERBINCANGAN AMBIGU INI TERUS BERLANJUT!!) Ma..ma..masih lama Syty...…..ma…masih lama untukmu," kata Akbar yang setengah mati untuk menahan tawanya.
"Eh, ke..kenapa ayah tiba-tiba jadi seperti orang sakit begitu?"
"Ayah Cuma kelebihan glukosa, jadi ayah harus segera makan sesuatu yang asin."
"Ah kebetulan aku juga lapar ayah, ayo kita cari makanan ayah!"
"Oh iyakah? Kalau begitu ayo kita cari tempat makan sekaligus untuk menginap."
Kemudian Akbar pun menengok kearah kiri dan kanan untuk mencari tempat penginapan, dan diapun hanya tertegun saja, karena walaupun ini pertama kalinya dia datang dan melihat tulisan di dunia baru itu, Akbar bisa langsung tahu arti dari tulisan yang tertera di toko pinggir jalan.
"(Toko baju, toko perhiasan, toko bunga, lucu banget aku bisa mengetahui arti suatu bahasa daearah yang pertama kali aku datangi)" kata Akbar.
"Ayah, ini perasaanku saja atau disini jumlah manusianya makin sedikit?" tanya Syty yang sadar kalau jumlah orang yang berlalu –lalang hanya sedikit ketimbang saat mereka masuk pertama kali kedalam desa.
"Ah benar juga ya, apa mereka punya aturan jam malam? Tapi ini bahkan belum jam 8 malam, (Oh ulalala, ternyata sudah ada jam disini?, berarti zaman didunia ini sudah menemukan mesin ya? Syukurlah kalau teknologi sudah agak berkembang disini)" kata Akbar ketika melihat kearah jam kota yang menunjukan pukul 18.58.
"Oh, itu Jam buatan manusia ya? Hebat sekali masih bisa bergerak saat malam, berbeda sekali dengan jam kita yang masih menggunakan matahari," kata Syty yang baru pertama kali melihat jam mesin itu.
"(Ha-ha, perbedaan klasik Elf dan manusia)" kata Akbar yang sudah faham perbedaan manusia dan ras lainnya dari berbagai kisah fantasi yang ada didunia sana.
"Ayah lihat! Itu ada penginapan yang menyawakan tempat gerobak juga," kata Syty sambil menunjuk kearah sebuah penginapan.
"Eh, dimana-dimana?"
"Itu!! Kan penginapan didepan itu ada papan yang bertulisan "menyewakan tempat kereta" ayah."
"Hooo, kau benar, kalau begitu sekarang ayo kita menginap di…."
…
…
?
"Eh, tunggu sebentar, Syty"
"Ya ayah?"
"Kau bisa tahu apa arti tulisan itu?"
"Tentu saja ayah, apa ayah sedang meledekku?"
"Bu..bukan begitu, a..aku pikir bahas Elf dan manusia itu berbeda."
"Ayah bicara apa sih? Bukannya dunia ini cuma memiliki 1 bahasa saja, bahasa Andalsia kan?"
…
…
"(Ah begitu, jadi hanya ada 1 bahasa didunia ini ya? Cih, aku harap didunia sana juga hanya punya 1 bahasa saja sehingga mereka tidak perlu berper …..eh, tapi dunia ini saja masih ada pemberontakan walau hanya ada 1 bahasakan? Jadi memang tetap tidak mungkin ya untuk bersatu selama ada sedikit perbedaan ya?)" kata Akbar yang malah memikirkan masalah dunia yang tidak akan berakhir itu.
Akhirnya, setelah memakirkan gerobaknya ditempat parkir yang tersedia, segera saja Akbar dan Syty masuk kedalam penginapan itu untuk menyewa kamar sekaligus makan malam. Dan karena ini adalah pertama kalinya bagi Syty berada di dalam penginapan manusia, maka Syty pun hanya memegang ayahnya dari belakang.
"Uuuh, aku sama sekali belum terbiasa dengan semua perabotan manusia ini, semuanya benar-benar berbeda dengan perabotan kita ayah," kata Syty yang membandingkan perabotan manusia dengan perbaotan kaum Elf miliknya.
"Tenang saja Syty, nanti juga kau akan terbiasa dengan semua perubahan ini, karena apapun bentuk berangnya, yang penting adalah cara penggunaannya tetap samakan? Memangnya manusia disini menggunakan pensil untuk makan dan sendok untuk menulis?" kata Akbar yang menghibur Syty.
"Ahahaha, ayah bisa saja."
Lalu sampailah mereka berdua ditempat resepsionis penginapan itu, dank arena tidak ada orang sama sekali ditempat itu, maka Akbar pun memanggil orang yang bekerja untuk menerima tamu.
"(Seharusnya dalam penginapan, resepsionis harus selalu ada selama 24 jam oi, kalau beginikan pelanggan jadi tidak puas dengan layanan penginapan penginapan ini, kalau disini masuk Traveloka, akan aku beri rating bintang 3) Permisi, saya mau memesan 1 kamar yang bisa diisi 2 orang," kata Akbar yang sempat berkomentar sesuatu itu.
…
…
Tapi, walaupun Akbar sudah menunggu selama 10 menit dan dan memanggil selama 20x, namun tetap saja tidak ada orang yang merespons jawabannya itu, tentu saja Akbar jadi kesal dibuatnya.
"(Persetan dengan bintang 3! Hotel ini bahkan gak pantas dapat bintang 1 kampret!! Malau memang tidak niat melayani sebaiknya kasih tanda tutup atau isitirahat woi! HP?! Mana HP ku?! Akan aku buat review sejelek-jeleknya di Traveloka biar mampus pemilik penginapan ini!!)" kata Akbar yang murka dengan pelayanan penginapan itu, bahkan sampai dia lupa kalau dirinya sudah ada di dunia lain.
"A…ayah."
"Aku tahu kamu lapar dan capek menunggu Syty, tapi coba kita tunggu 2 menit lagi, kalau memang tidak ada orangnya, ayo kita beli minyak dan korek lalu kita bakar…".
"A..apa ayah sadar kalau suasana disini sangat sepi?"
?