"Baiklah, bisa jelaskan padaku tuan, bagaimana bisa anakmu tetap hidup selama 4 hari tanpa makan dan minum, karena normalnya orang akan mati setelah…"
"Karena ada dokter dari kerajaan yang memberikan obat mujarab bagi para korban wabah ini," kata tuan Grail yang memotong ucapan Akbar karena sudah tahu apa yang ingin dia tanyakan.
?
"Obat mujarab? Apakah itu suatu mantra atau ramuan yang bisa menghilangkan penyakit kulit hitam itu?" tanya Syty kemudian.
"Iya, ramuan yang diberikan orang dari kerajaan itu walaupun tidak bisa menyembuhkan penyakit kulit hitam ini, tapi bisa meredakan gejalanya untuk sementara."
"Haa? Untuk sementara itu maksudnya berapa hari?" tanya Akbar yang penasaran dengan durasi waktu obat itu bekerja.
"Hanya 2 hari, setelah itu efek obat itu akan hilang dan penyakitnya akan kambuh lagi."
"Waah, sepertinya dokter istana itu adalah peracik ramuan ajaib yang hebat ya? Apakah dia bisa membuat ramuan yang membuatku bisa langsung jadi dewasa?" kata Syty yang sempat terkagum-kagum dengan kemampuan penyembuhan dokter itu.
"Entahlah, tapi karena mereka orang-orang cerdas, mungkin mereka sedang berusaha membuatnya, hehehe" kata tuan Grail yang mengelus kepala Syty yang polos.
"(Hei hei hei, walaupun hanya bisa meredakan untuk 2 hari, tapi obat itu tidak bisa dibuat oleh siapa-siapa selain pihak kerajaan, lalu kenapa juga pihak kerajaan tidak memberikan resep untuk membuat dokter desa bisa …)"
…
…
Akbar sempat terdiam sejenak ketika dia menyadari sesuatu yang jangal dari kalimatnya barusan, dan saat mengetahui apa hal yang jangal itu, Akbar pun langsung bertanya pada tuan Grail.
"Tuan Grail, berapa harga untuk 1 ramuan itu?"
"Eh, memangnya ada apa tuan?"
"Untuk ukuran suatu obat yang bisa mengobati penyakit misterius, tidak mungkin obat berharga seperti itu diberi secara cuma-cuma, pasti ada harga untuk membelinya-kan? Bahkan untuk cek kesehatan dan minta surat keterangan dokter yang tidak sampai 5 menit saja kita harus bayar lho," kata Akbar dengan tatapan tegas yang terrngat dengan aturan rumah sakit di beberapa Negara berkembang di Asia tenggara.
"Sa..saya kurang paham apa maksud cek kesehatan itu, tapi ya memang bear kami harus mebayar untuk mendapatkan ramuan itu"
"Jadi, berapa harga 1 ramuan itu?"
"Sangal mahal tuan, 1 ramuan diberi harga 10 Juta Tembaga Gitch."
!!!
Akbar dan Syty terpanjat kaget ketika mendengar harga untuk 1 ramuan itu, karena mereka tidak percaya bahwa 1 ramuan saja bisa sampai menghabiskan uang sampai sebanyak itu.
"HEEE?! BA…BANYAK SEKALI?! BU..BUKANYA DENGAN UANG SEBESAR ITU KITA BISA MEMBELI PALING TIDAK 1 GEROBAK?!" kata Syty yang sangat shcok dengan harga ramuan itu.
"Ya..yang benar sajalah, i..ini daerah perdesaan tahu, , ba..bagaimana orang-orang disini bisa membeli ramuan itu?" tanya Akbar kemudian.
"Ah..ahahaha, memang ada yang bisa membelinya dengan menukar barang-barang mereka yang berharga, tapi setelah beberapa bulan sejak wabah ini muncul, tidak ada lagi yang bisa membelinya tuan, termasuk kami," kata tuan Grail dengan menundukan matanya.
"Haa? Apa maksudmu tidak ada yang...…".
…
…
…
!
Akbar langsung menatap kearah atap sambil memejamkan matanya ketika mendengar penjelasan dari tuan Grail barusan, karena akhirnya Akbar tahu akan suatu sebab terjadinya suatu hal didesa itu, dan sambil menghela nafas panjang, Akbar pun hanya mulai berkeluh kelas.
"Haaaaaaa, ternyata begitu, itu sebabnya kenapa penduduk didalam desa ini sangat sepi, karena pasti mereka sudah mati atau paling tidak pergi mengunsi dari sini ya?" kata Akbar.
"Benar sekali tuan," jawab tuan Grail dengan nada datar.
"Kalian ini, kenapa kalian tidak dari dulu perginya disaat wabah penyakit aneh ini muncul ha?" tanya Akbar yang heran mengenai sebab tuan Grail dan keluarganya tidak pergi ke kampung lain.
"Itu karena pada awalnya kami tidak tahu kalau penyakit ini mematikan, dan disaat kami berencana pergi dari desa ini setelah mengetahui kenyataan mengenai penyakit ini 2 Minggu yang lalu, anak saya Lilian terkena wabah tersebut, sehingga mau tidak mau kami harus tinggal disini untuk mendapatkan obat yang ditawarkan oleh pihak kerajaan."
"Astaga tuan, it..itu artinya sekarang kau…"
"Ya , saya sama sekali tidak punya uang sekarang, hanya penginapan ini yang tersisa," kata tuan Grail yang bisa menebak apa yang akan dikatakan Syty.
"Ah, jadi kau berencana untuk menjual penginapan ini untuk mendapat ramuan itu ya?" kata Akbar.
"I..itu…itu masih sedang saya rundingkan dengan istri saya."
Akbar hanya menghela nafas panjang lagi saat mendengar ucapan dari tuan Grail barusan, karena dia mengerti kalau apa yang sedang terjadi saat ini merupakan ujian yang sangat berat baginya, apalagi sekarang dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi.
"(Menjual satu-satunya sumber penghasilan mereka, tentu saja tidak semudah itu orang akan melakukannya. Kalau dia punya saudara untuk berbagi tempat sih tidak masalah, tapi bagaimana kalau ternyata ini cuma satu-satunya tempat tinggal mereka? Ditambah lagi dengan kondisi anaknya itu pasti akan sulit bagi merek untuk hidup diluar sana)" kata Akbar yang sempat berkomentar mengenai nasib pak Grail.
"Ti..tidak mungkin, a…apakah memang tidak ada obat lain selain ramuan dari pihak kerajaan tuan Grail?" tanya Syty kemudian.
"Kalau ada, pasti desa ini masih akan ramai dengan alunan musik tengah malah yang indah seperti dulu nak," jawab tuan Grail yang hanya tersenyum kearah Syty.
"Tuan Grail, sepertinya ada yang aneh dengan penjelasanmu itu, karena tak peduli sebodoh-bodohnya orang kerajaan pasti mereka tahu sebesar apa penghasilan desa kecil seperti inikan? Lalu kenapa bisa-bisanya mereka mematok harga sebesar itu? Apakah ada cara lain untuk membayar biaya ramuan itu? Misalnya dengan suatu "barang" yang lebih berharga daripada uang begitu?" Tanya Akbar lagi yang menyadari ada yang aneh dengan cara kerja pengobatan penyakit dari pihak kerajaan yang sangat tidak Family friendly itu.
…
"Wow, anda benar-benar hebat tuan pengelana, kau bahkan bisa menebak hal itu walaupun aku belum mengatakan apa-apa, apakah kau seorang penyihir tuan Akbar?" tanya tuan Grail yang tercengah dengan tebakan Akbar yang benar itu.
"Bisa dikatakan ... kalau aku orang yang berpendidikan," kata Akbar dengan sombongnya.
"Jadi memang ada hal yang lebih berharga daripada uang ya? Kalau begitu apa yang diingkan oleh orang-orang kerajaan itu tuang Grail?" tanya Syty kemudian yang mulai bisa memahami masalah politik ini.
"Sebenarnya, daripada benda atau barang, mereka lebih menginginkan informasi."
?
"Ha? Informasi?"
"Ya, mereka ingin informasi mengenai pangeran dan sang penyihir agung yang diduga sebagai pemberontak, siapapun yang bisa memberikan info itu maka orang tersebut akan diberika ramuan KHUSUS dari kerajaan sendiri yang bisa menyembuhkan penyakit ini," jawab tuan Grail.
...
...
!
Akbar mengenyitkan dahinya, karena walaupun dugaannya benar, dia masih tidak bisa menerima kenyatakan kalau cara yang dipakai oleh orang-orang dari kerajaan itu terlalu biadab, bahkan sampai menimbulkan kematian.
"(Yang benar sajalah, hanya untuk mencari pemberontak saja orang-orang dari kerajaan itu sampai memaksa para penduduk desa untuk bekerja sama dengan cara seperti ini, dari cara pihak kerajaan yang tidak menjual obat yang bisa menyembuhkan secara total tapi malah memberikan obat yang bisa menyembuhkan dalam jangka pendek saja ini, apakah sudah jelas pihak mana yang harus aku tolong dan mana yang harus aku hajar ?)" kata Akbar yang merasa kesal dengan pihak kerajaan itu.
"Tuan Akbar, saya tidak tahu kenapa anda sampai bisa datang ke tempat ini tanpa mengetahui apa-apa soal penyakit kulit hitam ini, tapi demi kebaikan putri anda, sebaiknya besok harus segera berangkat pergi dari desa ini saat waktu subuh," kata tuan Grail yang memberikan saran itu agar Syty tidak mengalami hal yang sama dengan anaknya.
" ?Terima kasih atas sarannya tuan Grail, tapi bagaimana dengan anda dan keluarga anda sendiri? Apa kalian akan tetap disini?" hanya Akbar.
"Hanya ada 2 daerah yang menyediakan obat penyakit ini, yaitu didesa yang terjangkit wabah itu dan kerajaan itu sendiri, karena jarak desa dan kerajaan sangatlah jauh dan tetap tidak merubah fakta mengenai harganya yang mahal, jadi mau tidak mau kami harus tetap disini untuk mendapatkan ramuan itu," kata tuan Grail sambil tersenyum.
"Eh, tapi bagaimana tuan bisa mendapatkan ramuan itu? Apakah tuan punya uang sebanyak it…"
"Sepertinya ini akan jadi hari yang berat untuk kalian, tapi aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian sekeluarga tuan Grail," kata Akbar yang langsung menutup mulut Syty yang masih belum tahu kapan harus bicara atau tidak itu.
"Terima kasih tuan, semoga tuhan Esa memberikan keselamatan pada anda."
"Begitu juga kau tuan".
Akhirnya, setelah selesai melakukan banyak percakapan yang telah memberikan banyak informasi mengenai apa yang sedang terjadi di desa itu, Akbar pun segera pergi menuju kamarnya bersama dengan Syty.
Tapi saat menaiki tangga menuju kamar, Syty sempat merasa bingung dengan masalah yang sedang dihadapi oleh tuan Grail dan penduduk desa, karena menurutnya masalah ini benar-benar tidak jelas.
"Ayah, apa ayah berpikir kalau penyakit wabah ini bukan kebetulan saja?"
"(Astagon dragon nak, jika anak kecil yang tidak mengetahui arti kata perawan sepertimu saja bisa menyadarinya, kenapa kau pikir aku yang punya kecerdasan super ini tidak bisa menyadarinya ha? Apa kau menantangku bocah? OK!! Aku terima!!) Hmmm biar aku tebak, kau pasti mencurigai orang kerajaan kan?" kata Akbar yang berniat untuk bermain-main dengan Syty.
"Ayah sepikiran denganku ya? Sudah kuduga pasti ada yang salah dengan orang-orang kerajaan ini, karena menurutku wabah dan ramuan yang dibuat oleh orang kerajaan itu saling berhubungan deh."
"Oh, kau pasti mengira kalau orang kerajaan yang mencari para pemberontak itu telah memberikan wabah ke desa karena mengira kalau orang-orang pemberontak itu ada di desa, dan untuk mengantisipasi agar para warga desa tidak terhasut untuk ikut menjadi pemberontak dan melawan kerajaan, maka orang-orang dari kerajaan itupun memberikan kutukan wabah kulit hitam ini agar para penduduk desa tidak berpikiran untuk menolong para pemberontak dan juga membuat para pemberontak gelisah karena secara tidak langsung mereka pasti akan mengira merekalah yang bertanggung jawab atas orang-orang tidak bersalah yang mati dalam wabah ini."
"Jika mereka merasa iba mungkin mereka akan menyerahkan diri agar tidak ada lagi korban tidak bersalah, tapi jika mereka masih bersikeras karena berpikir orang kerajaanlah yang harusnya bertanggung jawab atas hal ini, maka orang-orang kerajaan memanfaatkan ramuan penyembuh wabah itu untuk memancing para warga agar memberitahu dimana para pemberontak itu berada, sehingga secara efisien para warga akan otomatis menjadi musuh dan memburu habis-habisan para pemberontak itu karena mereka ingin menyembuhkan diri sendiri atau orang yang terkena wabah itukan?.....astaga anakku ini pintar sekali deh, rasanya ingin aku peluk semalaman, hiiiiiiisss," kata Akbar panjang lebar menjelaskan teori yang telah dia buat dengan otak superiornya sambil mengelus-elus kepala si Syty.
…
…
"A.....nu...ayah bicara soal apa?" tanya Syty yang tidak paham sama sekali karena ucapan Akbar terlalu cepat dan terlalu berat untuk dimengerti oleh anak seumurannya.
"Ah tidak ada kok, ayah cuma bercerita soal pengalaman ayah menjadi perawan."
"EH BENARKAH?!!! BAGAIMANA CERITANYA AYAAH?!".
"Pfft…te…tenang saja, akan ayah ceritakan dikamar, karena itu…."
…
…
"Ayo pindahkah barang-barang kita dulu yang ketinggalan digerobak ke dalam kamar kita (Bahkan otak superior tidak menjamin orang tidak akan jadi pelupa ya?)" kata Akbar yang langsung berputar 180 derajat dan turun kembali ke lantai 1.
?
"Eh...…AHHH BARANG-BARANG KITA!!! KOK KITA BISA MENINGGALKANNYA DI GEROBAK BEGITU SAJA SIH?!" kata Syty yang juga baru menyadari hal tersebut sambil mengikuti ayahnya dari belakang.
Dan disaat 2 orang itu pergi kembali menuju gerobak mereka, keluarlah sosok bayangan yang dari arah kamar lantai 2 yang ternyata mendengar semua percakapan Akbar dan Syty barusan.
"Ara-ara, sepertinya ada orang yang berbahaya disini."