Bab. 31
Tuan dan Nyonya Agatha yang baru saja menerima berita bahwa anak perempuannya ingin membatalkan pertunangannya dari asisten mereka tertegun sejenak lalu saling menatap dengan keraguan besar dimatanya.
"Sayang, apa yang dilakukan Leta?" Tuan Agatha menatap Nyonya Agatha dengan tatapan rumit dan bingung.
"Aku tidak tahu."
Nyonya Agatha menggelengkan kepalanya lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya sambil berbicara pada Tuan Agatha.
"Aku akan berbicara padanya."
Drrt...
Drrt...
Nyonya Agatha menatap ponselnya karena tidak melihat Aleta yang menjawab.
"Coba panggil sekali lagi."
Tuan Agatha mengingatkan Nyonya Agatha yang sedang mengerutkan keningnya dengan suara tenang. Nyonya Agatha melirik Tuan Agatha lalu mencoba menelpon anak perempuannya kembali.
Setelah beberapa detik telpon tersambung dan suara Aleta yang tenang dan manis terdengar.
"Mom?"
Nyonya Agatha menekan tombol speaker agar Tuan Agatha juga bisa mendengarnya lalu dia menyimpannya diatas meja.
Setelah mendengar suara Aleta, Nyonya Agatha tanpa basa-basi langsung mengatakan topik sebelumnya yang membuat hatinya sangat terkejut.
"Sayang, kenapa kamu ingin memutuskan pertunangan?"
"..."
"Halo?"
Tidak mendengar jawaban diseberang telepon membuat Tuan dan Nyonya Agatha saling memandang, mata mereka melihat keseriusan masalah ini karena dulu anak perempuan mereka sangat menyukai anak dari keluarga Daviandra tapi kini dia yang pertama mengajukan pembatalan kontrak pertunangannya yang membuat mereka sedikit khawatir.
"Ada apa sayang...?"
"Leta, katakan apakah anak itu telah menggertak mu?"
"... Gibran menyukai gadis lain."
"Apa?!"
Tuan dan Nyonya Agatha sangat terkejut karena Algibran menyukai seseorang selain Aleta yang membuat mereka marah dan kesal, tapi yang mereka khawatirkan sekarang adalah perasaan anak kesayangan mereka.
"Apa kamu tidak apa-apa?"
"Ya."
"Sungguh...? Leta jangan berbohong pada Dady dan Momy."
Tuan Agatha berkata dengan serius pada jawaban Aleta yang menurutnya sedikit tidak normal karena dia merasa seharusnya anak kesayangannya sangat sedih tapi harus menekan emosinya.
Jika Aleta mengetahui pikiran ayahnya ini, sudut mulutnya pasti akan berkedut lalu tertawa kosong karena dia benar-benar tidak merasa sedih saat seorang pria tertentu selalu menghantuinya dengan kelakuannya yang lucu.
Tapi sayangnya Tuan dan Nyonya Agatha tidak tahu itu jadi mereka tetap mengkhawatirkan anak mereka.
"Sungguh. Karena seseorang menyukaiku lebih dariku menyukai Gibran bagaimana aku bisa melewatkan perasaan disukai."
Aleta yang berada di lantai dua rumahnya menurunkan matanya dan tertawa kecil saat melihat Elvano yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya yang sedikit menumpuk karena tidak masuk sekolah.
Merasakan seseorang menatapnya Elvano mengangkat kepalanya dengan senyum yang muncul diwajahnya yang tampan lalu menurunkan kepalanya kembali untuk menyelesaikan tugasnya sambil menghela napas karena tidak bisa memeluk Aleta.
Aleta melihat Elvano yang menghela napas dengan sedikit kekecewaan diantara alisnya tahu pikiran Elvano setelah bersamanya yang membuatnya memutar matanya.
Tuan dan Nyonya Agatha sedikit terkejut dan terpana setelah mendapatkan jawaban dari Aleta dengan suara yang manis dan senyumnya.
Nyonya Agatha menghela napas lega setelah mengetahui anaknya tidak merasa sedih karena Algibran menyukai seseorang dan bukannya menyukainya lalu dia tersenyum sambil berbicara pada Aleta dengan senang.
"Lalu selamat sayang."
"Terimakasih Mom~"
Jawaban Aleta dengan suaranya yang manis dengan ekor dibelakangnya membuat Nyonya Agatha merasa lembut dan batu besar yang ada dihatinya terjatuh bahkan perasaan lelah karena terlalu banyak pekerjaan menghilang tanpa jejak.
Tuan Agatha yang masih terpana langsung terbangun dari trans singkat lalu wajahnya menjadi gelap setelah mendengar anaknya berbicara dengan manis pada seseorang yang akan mengambil anak kesayangannya dari ayahnya.
Menarik napas dalam-dalam Tuan Agatha mencoba tenang dan berbicara dengan serius meskipun hatinya memainkan drum besar yang membuat jantungnya berdetak karena perasaan tidak nyaman setelah anaknya yang telah bebas dari pertunangan kini berbalik pada seseorang lagi.
"Leta sayang, ini hanya baru saja beberapa hari kami tidak melihatmu dan kamu juga pasti baru saja bertemu dengan pria itu selama beberapa hari. Tapi apa terlalu cepat menyukainya? Mungkin saja dia pria yang tidak baik. Dengar Leta... Ugh!"
Sebelum Tuan Agatha menyelesaikan perkataannya perutnya terasa sakit saat Nyonya Agatha menyikutnya dengan sikunya yang membuatnya berhenti berbicara.
"Sayang jangan dengarkan perkataan Dady mu dia hanya menghawatirkan mu, jadi dia mengatakan sesuatu yang keterlaluan. Maafkan Dady mu oke?"
Tangan kecil dan putih yang memegang ponsel mengencang, mengendur lalu mengencang dan mengendur lagi lalu Aleta mengembuskan napasnya tanpa jejak dan tersenyum senang. Depresi dikehidupan sebelumnya menghilang bahkan sikapnya yang sedikit kaku sebelumnya sedikit mereda.
Leta, jangan terlalu memikirkan kehidupanmu sebelumnya. Mereka dalam kehidupan ini belum melakukan itu jadi kenapa kamu tidak memaafkannya saja dulu karena sekarang mereka masih menghawatirkan dan menyayangimu.
Bahkan jika kejadian itu terulang kembali sekarang dia memiliki seseorang yang mendukung dan menjadi tempat sandarannya.
"Aku tahu Mom, tidak apa-apa."
Nyonya Agatha yang telah mendapatkan jawaban dari Aleta kini menatap suaminya yang masih meringis kesakitan sambil melotot. Tuan Agatha hanya bisa merasa sedih dan cemberut dihatinya dan membuat lingkaran dipojok dalam pikirannya.
"Orang seperti apa dia?"
Kini mereka telah berganti menjadi Vidio Call hingga membuat mereka bisa melihat satu sama lain. Nyonya Agatha menatap kulit putihnya yang kemerahan dan merasa lega dihatinya karena anaknya bisa menjaga dirinya sendiri meskipun tinggal sendiri dan berbicara dengan lembut.
Aleta yang telah berada dikamar duduk di atas kasur dengan kaki bersila lalu menatap Dady dan Momy nya yang memiliki wajah lelah tapi masih menghawatirkan nya tapi Aleta mencoba mengabaikan wajah Dady nya yang gelap karena wajah itu terlalu familiar baginya. Saat dia waktu kecil Dady nya selalu memasang muka keras diwajahnya saat dia akan pergi bermain dengan Algibran yang membuatnya ketakutan apalagi saat dia dan Algibran kecil sedang menonton drama dan dia mencoba membuat janji seperti yang ada dalam drama.
'Giblan saat sudah dewasa nanti aku akan menikahi mu janji ya~.'
Gadis berusia tiga atau empat tahunan mengulurkan tangannya dan hanya jari kelingkingnya yang berdiri seolah-olah mendesak orang yang ada di seberangnya menjawab.
Wajah kecil dan tampan Algibran sedikit memerah lalu menganggukkan kepalanya dengan keras.
"Hm."
Setelah itu Algibran kecil mengulurkan tangannya dan membuat kunci bersama dengan jari kelingking mereka yang kecil dan lucu.
Melepaskan diri dari ingatannya yang buruk itu Aleta mengerjapkan matanya dan menatap Momy dan Dady nya dengan wajah lucu dan manis.
"Sangat kekanak-kanakan."
"... Apa?"
Tuan dan Nyonya Agatha merasa telinga mereka salah dengar karena mereka merasa anak perempuan kesayangan mereka tidak akan pernah menyukai orang yang kekanak-kanakan dan hanya menyukai orang yang dingin yang bisa membuatnya tertarik seperti Algibran.
"Nak, katakan lagi?"
Tuan Agatha menatap Aleta yang masih memiliki senyum manis dengan tatapan bingung dan kosong.
"Ya. Dia orang yang lembut dan terkadang dingin tapi dia juga sangat kekanak-kanakan."
Cengeng, dingin tapi sebenarnya orang yang lembut, lucu, manis. Tapi meskipun Elvano adalah pria yang mungkin agak mesum dan gila, dia merasa Elvano yang seperti itu sangat lucu.
Jika orang-orang yang telah mati oleh Elvano mendengar komentar Aleta pasti akan memuntahkan darah lalu mengutuk wanita ini karena buta!!!
Lucu?
Lembut?
Cengeng?
Manis?
Hah! Sial! Dia adalah iblis gila yang tidak tahu malu!! Wanita yang hanya memiliki filter cinta pada iblis gila itu! Apakah kamu buta?!
Tapi jika Elvano yang mendengar itu pasti akan terus berpura-pura lembut dan lucu dengan senyum yang tidak berbahaya bagi hewan dan manusia diwajahnya yang tampan lalu bersikap manis didepan Aleta dan terus menerus menerus berkomplot melawannya untuk tetap di sisinya selamanya.
Sayangnya Aleta tidak mengetahui pikiran mereka apalagi pikiran Elvano yang gila. Dia hanya mengetahui sedikit kelembutan yang hanya ada didalam hatinya, meskipun kelembutan itu ada hanya untuk Aleta.
Mata Nyonya Agatha menatap Aleta dengan rasa penasaran yang sangat kuat yang dipancarkan dimatanya yang membuat Aleta tertawa kecil.
"Siapa namanya?"
"Elvano."
"Bagaimana rupanya?"
Aleta menghela nafas lalu matanya bersinar terang dan berkata dengan suara yang bersemangat pada Momy nya.
"Sangat tampan!"
Ibu dan anak perempuan itu sedang berbicara dengan gembira dan mengabaikan Tuan Agatha yang memiliki wajah gelap. Tuan Agatha tahu atribut keluarganya yaitu 'Tergila-tergila dengan keindahan' jadi keluarga mereka menyukai pria-pria tampan dan wanita-wanita cantik.
Tuan Agatha adalah pria tampan dengan fitur wajah yang dalam, matanya yang dingin tapi penuh dengan romantis, batang hidung yang tinggi, dan bibirnya yang tipis apalagi dia ada adalah pria dengan kaki panjang. Karena tahun-tahun, wajahnya masih tampan dengan pesona pria dewasa yang tidak bisa dikatakan lagi dan matanya kini penuh tatapan tenang, dingin dan dalam dia adalah tipikal paman tampan yang kaya.
Nyonya Agatha adalah wanita cantik dengan pesona dewasa. Matanya yang mempesona dengan pesona wanita kuat dan tegas terlihat dari mata dan temperamennya dan bibir merahnya yang kecil selalu tersenyum dengan tenang. Pemeliharaan Nyonya Agatha membuat wajahnya masih terlihat muda apalagi dengan Tuan Agatha yang selalu menjaga, memanjakan dan membahagiakan Nyonya Agatha membuat temperamen Nyonya Agatha terlihat lebih lembut dengan wajahnya yang selalu tersenyum bahagia.
Dan wajah Aleta yang sangat cantik dengan sedikit kemiripan antara keduanya juga membuat Tuan dan Nyonya Agatha tidak pernah meragukan bahwa Aleta bukan anak kandung mereka.
Saat mereka sedang berbicara dengan gembira dan Tuan Agatha yang berwajah gelap mendengarkan pembicaraan istri dan anaknya dengan tenang hingga sebuah suara yang magnetis dan serak yang terdengar dengan aegyo dibelakangnya terdengar dibalik pintu yang membuat mereka membeku seolah-olah seseorang menekan tombol jeda.
"Quenby~"
Wajah Nyonya Agatha membeku dan wajah Tuan Agatha semakin gelap bahkan samar-samar membentuk kabut hitam dibelakangnya. Aleta tercengang setelah mendengar suara Elvano lalu wajahnya membeku karena dia terlalu asik dan merasa bebas dengan orang tuanya melupakan Elvano yang berada dirumahnya dan bisa muncul kapan saja dan dimana saja.
Aleta melirik wajah Dady dan Momy nya lalu tubuhnya menjadi tegang dan dengan cepat membuat senyum gugup karena takut orang tuanya berpikir dengan bengkok.
"Dady, Momy dengarkan penjelasan ku..."
Sebelum Aleta akan menjelaskan kepada orang tuanya dengan gugup suara Elvano memotong kata-kata Aleta.
"Quenby? Keluarlah aku membuat manisan untukmu dan puding buah strawberry. Jika kamu tidak keluar aku akan masuk?"
Aleta yang terkejut : "..."
Nyonya Agatha yang pikirannya akan bengkok : "..."
Tuan Agatha yang ingin mendengarkan penjelasan putrinya : "..."
Elvano yang tidak mendengar jawaban Aleta membuka pintu kamar Aleta dan dengan senyum cerah menatap Aleta dengan mata berbinar dengan puding buah strawberry dan manisan ditangannya.
"Quenby, lihat apakah kamu menyukainya? Aku tahu kamu suka strawberry jadi aku membuatkan mu puding buah strawberry..."
"..."
Elvano yang masih berbicara berhenti karena dia melihat tubuh Aleta yang tegang dan wajahnya yang kaku dengan bingung lalu Elvano memiringkan kepalanya sambil mengerjapkan matanya pelan dan memanggil nama Aleta dengan lembut.
"Aleta, Quenby, By..."
Aleta dengan wajah merah : "..."
Nyonya Agatha dengan mulut terbuka lebar : "..."
Tuan Agatha yang wajahnya semakin gelap dan urat biru yang meledak di dahinya : "..."
"Aleta!"
Pada akhirnya Tuan Agatha tidak bisa menahan amarahnya lagi dan berteriak sambil melotot pada putrinya karena nakal bisa membawa seorang pria kerumahnya apalagi ini sudah malam.
"???"
Tunggu, siapa?
Akhirnya mata Elvano beralih ke ponsel yang ada di tangan Aleta yang masih membeku yang membuat ponsel itu menghadap kearahnya lalu dia melihat wajah seorang pria tampan berusia 30 dengan wajah gelap dan seorang wanita cantik berusia 28 menatap Elvano dengan kaget.
"???"
"Uh... Halo. Paman, Bibi."
Situasi ini membuat Elvano sedikit tercengang lalu dengan cepat menilai situasi dan berbicara dengan manis tanpa sedikitpun rasa malu diwajahnya atau kemarahan diwajahnya setelah mendengar tentang kelahiran kembali Aleta yang menurutnya tragis karena dia melihat bahwa Aleta telah memaafkan dan memberikan sedikit kesempatan untuk orang tuanya yang telah membesarkannya dengan cinta selama 20 tahun.
"!!!"
"?!!"
Aleta yang telah tersadar melompat dari kasurnya dan melemparkan ponselnya untuk berlari kearah Elvano dan mencoba menariknya keluar dari kamarnya sambil berbisik.
"Apa yang kamu lakukan di kamarku?"
"By, kamu tidak menjawab pertanyaan ku. Aku takut sesuatu terjadi padamu."
Elvano menjawab Aleta sambil menstabilkan nampan yang ada di tangannya. Sudut mulut Aleta berkedut lalu mengambil nampan yang ada ditangan Elvano dan menyimpannya di meja lalu dengan cepat menarik Elvano keluar dari kamarnya dan tidak lupa menutup pintu kamar dibelakangnya.
"Dengar, jangan pergi ke kamarku." Aleta memperingatkan Elvano dengan mata kuningnya.
"Kenapa?" Elvano menatap Aleta dengan tatapan tidak mengerti mengapa dia tidak bisa berbagi kamar dengannya.
"Kita masih kecil." Aleta menatap Elvano dengan wajah yang serius.
"???"
Tanda tanya besar melayang diatas kepala Elvano lalu mata biru langit-ungu gelap kini menatap Aleta dengan aneh.
"Quenby, kita sudah dewasa, apa yang dipikirkan seorang anak kecil. Sebagai orang dewasa kita harus tahu apa yang kita lakukan dan bukankah kamu akan selalu bersamaku selamanya?"
Suara Elvano yang berbahaya melayang di udara dan menatap Aleta dengan wajah gelap. Aleta yang sekarang kini bisa merasakan krisis yang akan terjadi dengan cepat menjawab pertanyaan Elvano.
"Tentu kita akan bersama selamanya. Tapi..."
"?"
Elvano memiringkan kepalanya dengan tidak mengerti. Aleta melanjutkan kata-katanya dengan wajah serius.
"Tubuh kita masih anak dibawah umur."
"..."
Elvano tidak bisa berkata-kata, Elvano merasa sedih, Elvano merasa sedikit autis.
"Apalagi..."
"..."
Elvano mengangkat kelopak matanya dan menatap Aleta dengan keluhan yang membuat sudut bibir Aleta berkedut.
"Dady dan Momy mengetahui aku membiarkan seorang pria muda tinggal di atap yang sama dengan putrinya yang cantik apa yang akan mereka pikiran."
"..."
Wajah Elvano menjadi sedikit merah setelah memikirkan itu terjadi lalu bagaimana jika mereka bertemu akan membuatnya digantung oleh rasa malu.
"Dan bagaimana jika orang tuaku tidak menyetujui kita apa yang harus aku lakukan? Bahkan jika kita tidak melakukan sesuatu Dady dan Momy pasti akan membiarkan ku pergi ke luar negeri."
"..."
Aleta dengan serius memikirkan konsekuensinya jika orang tuanya mengetahui bahwa mereka tinggal bersama apalagi mereka selalu tidur ranjang yang sama bahkan jika tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Tubuh Elvano menjadi kaku setelah mendengarkan analisis Aleta lalu wajahnya menjadi pucat.
"Nanti jika kita berpisah apakah kamu mau?"
Aleta sebenarnya hanya mencoba menakut-nakuti Elvano untuk membalas dendam padanya setelah memikirkan kejadian yang terjadi di sekolah tapi melihatnya sangat serius membuatnya tidak bisa berhenti untuk mencoba menakut-nakutinya.
Elvano dengan cepat menggelengkan kepalanya tapi di dalam pikirannya dia telah membuat berbagai adegan agar dirinya bisa tetap bersama Aleta selamanya bahkan jika orang tuannya tidak mengijinkannya.
"Nah kalau begitu selamat malam."
Aleta dengan cepat menutup pintu dengan keras setelah melihat Elvano yang masih tenggelam dalam pikirannya karena dia tahu tidak mudah untuk membodohi pria ini. Dan ini hanyalah sebuah kesempatan yang sangat sulit didapatkan walau hanya kecil kemungkinannya.
"..."
Elvano menatap pintu yang tertutup dengan tergesa-gesa dengan terkejut lalu pikiran tentang berbagai cara bagaimana dia bisa diterima oleh keluarga Aleta berhenti, dia tahu bahwa dia telah ditipu olehnya karena Aleta pasti tidak akan membiarkan ini terjadi.
Sambil tertawa kecil Elvano berbalik menuju kamarnya untuk mandi setelah itu tertidur dan tidak akan lagi mengganggu pembicaraan Aleta dengan keluarganya.
Sedangkan Aleta kini sedang berantakan oleh angin karena orang tuanya sedang menceramahi dan memarahinya.
"Apa yang kamu lakukan dengan membawa seorang pria ke dalam rumahmu?!"
"Aku..."
"Leta, kami tahu kamu sudah besar tapi kamu tidak bisa membawa seorang pria ke dalam rumahmu apalagi dia bisa memasuki kamarmu dengan bebas."
"..."
"Kamu tahu apa yang akan terjadi jika seorang pria muda yang tampan dan seorang gadis yang cantik tinggal dalam satu atap dengan saling menyukai? Bahkan jika kalian tidak melakukan sesuatu bagaimana jika orang-orang memfitnah mu."
"..."
"Dan bagaimana dia bisa tinggal di rumahmu?!"
"..."
"Biarkan dia pergi!"
"Tapi ini sudah malam..."
"Aleta!"
Wajah Aleta membeku setelah melihat kemarahan diwajah Dady nya dan kekhawatiran Momy nya tapi...
Melihat keengganan dimata kuning Aleta membuat Tuan dan Nyonya Agatha semakin khawatir, pada akhirnya Tuan Agatha menghela napas dan berbicara dengan lembut.
"Besok kita akan pulang."
"Ya, kita akan melihat pria itu."
"Dady! Momy!"
Aleta mengangkat kepalanya dan menatap orang tuanya dengan tidak percaya.
"Pria itu adalah pacarmu, orang yang kamu katakan sangat menyukaimu lebih dari kamu menyukai Gibran bukan?"
"Itu..."
"Hah... Kami hanya ingin melihatnya."
"Benarkah?"
Aleta menatap orang tuanya dengan curiga karena wajah mereka tidak seperti hanya akan melihat pacar anaknya untuk merestuinya tapi seperti pasangan orang tua yang jahat ingin membiarkan pacar anaknya pergi jauh dari anaknya.
Wajah Tuan dan Nyonya Agatha berkedut setelah melihat arti dari tatapan mata anak perempuan mereka meskipun pikiran itu terlintas dibenak mereka setelah itu mereka saling menatap dalam pemahaman diam-diam tapi melihat anak perempuan kesayangan mereka seperti ini membuat mereka membuang pikiran itu.
"... Ya."
"Siapa nama pria kecil itu?"
"... Elvano Xavier Dirgantara."
Aleta menjawab pertanyaan Dady nya dengan enggan dan wajah cemberut.
"!!!"
"!!!"
Tuan dan Nyonya Agatha berhenti lalu saling menatap melihat bahwa pikiran mereka tidak akan pernah berhasil untuk menjauhkan anak mereka dengan keluarga itu.
"Hah... Kamu tutup dulu sayang ini sudah larut. Selamat malam."
Setelah itu mereka dengan cepat menutup telpon dengan cepat dan meninggalkan Aleta yang tercengang dan khawatir.
.....
Tuan dan Nyonya Agatha tidak berbicara selama beberapa menit yang membuat ruangan yang besar itu menjadi sepi.
"Suamiku..."
Tuan Agatha melihat kekhawatiran yang jelas dimata Nyonya Agatha karena dia juga tahu apa yang membuatnya sakit kepala adalah pria kecil itu lebih merepotkan daripada keluarganya.
"Hah... Kita lihat saja dulu."
"Tapi membiarkannya tinggal bersama serigala yang ganas dan licik masih membuatku merasa khawatir sebagai ibu."
Serigala ganas dan licik Elvano yang baru saja selesai mandi bersin lalu menggosok hidungnya dan bergumam.
"Apakah seseorang sedang mengutukku?"
"..."
Mereka terdiam karena mereka mendengar satu atau dua tentang Elvano Xavier Dirgantara karena siapapun yang bekerja sama dengan Tuan dan Nyonya Agatha terkadang membicarakan pria itu tapi dengan ketakutan dan kekaguman dalam suara mereka yang membuat mereka penasaran.
Jadi saat itu mereka juga bertanya tentang orang yang dikagumi dan ditakuti ini tapi jawaban semua orang adalah pria kecil yang jenius tapi kejam, CEO dari E'Dv Company Group.
Dan mereka juga pernah mendengar sedikit desas-desus tentang pria kecil ini membunuh penjahat internasional dengan kejam disaat umurnya yang ke-15 tapi mereka tidak akan mudah mempercayainya.
Tapi!
Meskipun mereka tidak mempercayai desas-desus yang berantakan itu mereka tetap saja mengkhawatirkan anak perempuan mereka yang tinggal bersama pria berbahaya itu. Semakin memikirkannya semakin berat wajah Tuan dan Nyonya Agatha.
"Kita pulang dan melihat."
"Oke."
...
Dua hari berikutnya.
"Quenby."
"..."
Elvano mengerutkan keningnya pada Aleta yang selalu linglung dalam dua hari ini dan bertanya dengan lembut.
"Quenby, Apa yang kamu khawatirkan? Kamu selalu linglung dan cemas."
"Dady dan Momy akan pulang. Mungkin mereka akan datang kepadamu..."
Wajah Aleta menjadi cemas karena dia merasa orang tuannya akan menyusahkan pacarnya yang gila. Aleta merasa khawatir, Aleta merasa bingung, Aleta merasa cemas.
"Bukankah itu hanya ingin bertemu denganku?"
Elvano melirik Aleta yang merasa cemas dan memberikan jus wortel yang dia buat kepada Aleta agar matanya selalu cerah dan bersinar. Elvano sangat menyukai mata kuning cerah Aleta yang selalu memantulkan bayangannya.
"Tapi bagaimana jika mereka menyusahkan mu? Bahkan saat aku masih menyukai Algibran Dady selalu tidak menyukai nya dan selalu menyusahkan nya secara diam-diam bahkan setelah bertahun-tahun berlalu."
Aleta menggigit jarinya dengan gugup lalu meminum apa yang jus yang diberikan oleh Elvano, setelah menyesapnya wajahnya mengerut dengan jijik tapi masih meminumnya dengan cepat karena gugup jika tidak dia pasti akan membuang jus wortel yang tidak dia sukai.
"Bagaimana mungkin."
Elvano menatap Aleta dengan puas setelah meminum jus wortel yang dia buat lalu tertawa dan tidak terlalu memikirkan orang tua Aleta yang akan menyusahkan nya.
"Tapi bagaimana jika itu terjadi?! Aku mengkhawatirkan mu!"
Aleta melotot marah Elvano yang bersandar di sofa dengan santai. Kata 'Aku mengkhawatirkan mu' membuat Elvano tertegun sejenak lalu jantungnya berdetak kencang hingga membuatnya tidak bisa menahan tawanya.
"Ya, ya. Aku sangat gugup. Aku bisa menyelesaikan masalah ku jadi..."
"?" Aleta menatap Elvano dengan bingung.
Elvano mencium sudut bibir Aleta sambil berkata dengan suara serak.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku karena aku pasti akan menyelesaikan semuanya agar aku bisa tetap bersamamu."
Aku akan menyelesaikan semua masalah yang ada dengan cepat agar aku bisa tetap bersamamu selamanya..
Elvano menekuk kan matanya karena senang, meskipun dia mengatakan untuk tidak mengkhawatirkannya pada Aleta tapi Aleta yang mengkhawatirkannya masih membuatnya sangat senang karena bisa menikmati perasaan dikhawatirkan oleh pacarnya.
Saat Elvano yang merasa senang dan Aleta yang pikirannya menjadi kosong karena ciuman terdengar bel pintu yang membuat mereka tersadar dan saling memandang. Aleta melompat dari kursi dan berjalan untuk membuka pintu karena dia tahu bahwa yang datang pasti orang tuanya yang baru saja mereka bicarakan yang membuatnya semakin gugup.
Tapi yang membuatnya kaget adalah --
-
-
-
-
[Bersambung.....]