Chereads / (Bukan) Petualangan Cinta / Chapter 3 - Kedatangan Seorang Tamu

Chapter 3 - Kedatangan Seorang Tamu

Sore harinya, saat Cinta baru saja pulang dari sekolah, gadis itu terkejut saat melihat beberapa orang berada di ruang tamu rumahnya. Gadis itu berjalan pelan untuk masuk dan kemudian memberikan salam kepada mereka yang ada di sana.

"Assalamualaikum," ucap Cinta sembari menyalami sang ayah, ibu, dan juga dua orang tamu yang duduk di kursi ruang tamu.

Sejenak, Cinta merasa jika ia pernah melihat dua orang tersebut sebelumnya, hanya saja ia lupa dimana mereka pernah bertemu.

"Cinta, kamu sudah pulang, Nak? Sini duduk," ajak sang Ibu yang kemudian menarik tangan Cinta untuk duduk di sampingnya.

Cinta masih bingung, seharusnya ia masuk ke dalam kamar tapi kali ini ia justru diajak untuk duduk bersama di ruang tamu. Gadis itu kemudian meletakkan tas sekolahnya tepat di samping kakinya dan duduk manis bersama mereka semua.

"Cin, apa kamu ingat dengan mereka?" tanya sang ayah yang kemudian menatap serius ke arah CInta.

Sebenarnya Cinta merasa bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya hanya saja gadis itu lupa kapan hal itu terjadi."Sebenarnya Cinta merasa pernah bertemu dengan mereka, hanya saja Cinta lupa Yah dimana," sahut gadis itu lugu.

Kedua tamu tersebut tampak tersenyum mendengar ucapan Cinta yang merasa jika gadis itu pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.

"Apa kau ingat kejadian lima bulan yang lalu Nak? Saat kau menolong seseorang yang hampir saja tertabrak oleh mobil. Kau mendorongnya hingga jatuh akan tetapi justru kau sendiri yang akhirnya terserempet oleh mobil itu dan pingsan?" tanya sang ayah menjelaskan.

Sejenak, Cinta terdiam, pikirannya berpetualang jauh ke masa lima bulan yang lalu. Ia ingat memang sempat menolong seseorang yang hampir saja tertabrak oleh mobil saat itu. Akan tetapi sampai sekarang ia tidak tahu siapa yang ditolongnya, ia hanya samar-samar mendengar suara teriakan dari seorang wanita dan pria ketika kejadian itu berlangsung sebelum akhirnya dirinya pingsan.

"Iya, Cinta ingat, Yah. Maaf, apa Om yang saat itu hampir saja tertabrak oleh mobil?" tanya Cinta kepada seorang pria yang duduk di kursi ruang tamunya. Gadis itu menatapnya dengan perasaan penuh syukur jika orang itu akhirnya masih bisa ia selamatkan.

Namun alih-alih mengangguk, pria itu justru menggeleng pelan ke arah Cinta. "Bukan, Nak. Bukan Om yang saat itu hampir saja kecelakaan, tapi anak bungsu Om," jawab pria itu kepada Cinta.

Sontak saja, Cinta terkejut dan sekaligus tidak menyangka jika ia salah menebak. "Oh, bukan ya," jawab Cinta merasa malu.

Sejenak, terlihat seorang wanita yang duduk di samping pria itu mengusap punggung tangan sang lelaki sebelum ia mengucapkan sesuatu kepada Cinta.

"Cinta, Tante mau mengucapkan terima kasih kepada kamu karena telah menolong anak Tante. Dia baru saja pulang dari Australia waktu itu dan masih belum lama tinggal di Jakarta, oleh karena itu ia sama sekali tidak tahu jalan. Dan saat kami mengejar putra kami, kami melihat ia hampir saja tertabrak oleh sebuah mobil, dan di saat yang bersamaan, kamu datang dan menolongnya. Hanya saja, saat itu justru kamu yang terserempet oleh mobil tersebut hingga akhirnya jatuh pingsan. Kami pun segera membawamu ke rumah sakit guna memberikan pertolongan, tapi maafkan kami Nak karena waktu itu kami masih belum sempat mengucapkan terima kasih padamu karena ada pekerjaan peting yang harus kami lakukan," ucap sang wanita menceritakan semua kronologi kejadian kecelakaan itu.

Cinta hanya bisa mengangguk pelan memahami semunya.

"Nak, ada hal penting yang ingin mereka bicarakan kepadamu," timpal sang ibu yang kemudian mengusap pelan kedua pundak Cinta. Sontak saja, hal itu membuat Cinta merasa semakin bingung, semua terlihat aneh dan mencurigakan.

"Hal penting apa, Bu?" tanya Cinta dengan lugu. Gadis itu kemudian kembali menatap ke arah dua orang yang sedang duduk di depannya. Perasaan gadis itu mulai sedikit tidak tenang.

"Begini, Cinta. Tapi sebelumnya kami mau meminta maaf terlebih dahulu kepada kamu. Kedatangan kami kemari karena ...,"sejenak ucapan wanita itu terjeda karena ia menatap sebentar ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu tampak mengangguk memberikan kode agar ia melanjutkan kalimat.

"Kami datang kemari guna melamar kamu untuk putra kami, Nak," ucapnya dengan nada yang hati-hati.

Mendengar hal itu, sontak saja membuat Cinta menjadi bingung. Ini semua seperti sebuah mimpi, bagaimana bisa ia tiba-tiba saja dilamar oleh keluarga dari seseorang yang sempat ia tolong beberapa bulan yang lalu.

"Apa, dilamar?" ucap Cinta tidak mengerti. "Tapi, bagaimana bisa, aku bahkan sama sekali tidak mengenal kalian sebelumnya," imbuh gadis itu lagi.

Ingin rasanya Cinta menolak karena ia sudah memiliki Shaka di dalam hidupnya. Ia tidak bisa membagi rasa cintanya kepada pria lain apa lagi ia belum kenal dengan siapa ia akan dijodohkan.

"Maaf, Tante, Om, saya nggak bisa," ucap Cinta tanpa menunggu pernyataan apa pun lagi dari kedua tamunya. Gadis itu kemudian berusaha untuk pergi dari ruang tamu, namun segera dicegah oleh sang ayah.

"Cinta, tunggu dulu, tidak baik meninggalkan tamu saat mereka masih ingin berbicara," halang sang ayah yang melihat tingkah putrinya mulai terlihat tidak sopan.

"Tapi, Yah,"

Ucapan Cinta hanya dijawab dengan sebuah gelengan semata dari sang ayah yang membuat gadis itu harus kembali duduk di samping sang ibu. Tatapan Cinta mulai gusar, ia merasa tidak nyaman berada di satu tempat dengan orang-orang yang tidak dikenal.

"Tante mohon Cinta, karena hanya kamu yang bisa membantu anak Tante," ucap wanita itu sekali lagi. Setitik air mata kemudian menetes membasahi pipinya yang putih bersih, membuat Cinta semakin bingung bagaimana harus bersikap. "Mungkin, ini kedengarannya sangat konyol, tapi sepanjang yang kami ingat, sebuah perkataan dari seseorang memang selalu seperti itu. Anak tante itu selalu mengalami kesialan, dan seorang peramal pernah mengatakan jika ia bisa sembuh hanya dengan dijodohkan bersama seorang gadis baik yang rela menolongnya ketika mengalami bahaya," ucapnya sedih.

"Tapi Tante, ini benar-benar sangat konyol, sungguh! Di jaman modern seperti ini Tante dan Om masih percaya dengan ramalan-ramalan yang tidak jelas seperti itu? Astaga," gumam Cinta kesal.

"Cinta ... Cinta, dengar Ibu dulu, kamu nggak boleh bersikap seperti itu, itu tidak baik," ucap sang Ibu.

"Tapi, Bu. Ini sudah keterlaluan, masa' iya Cinta harus menikah dengan seseorang yang bahkan Cinta sendiri tidak tahu. Ini tidak mungkin," jawab Gadis itu yang terlihat sangat marah.

Sejenak keempat orang tua yang ada di sana terdiam mendengar respon Cinta yang sungguh di luar dugaan.

"Cinta, apa salahnya sih membantu mereka? Toh mereka juga tidak berbuat jahat padamu, mereka juga sudah pernah menolongmu ketika kecelakaan lima bulan lalu itu terjadi," timpal sang ayah menjelaskan.

"Tapi nggak harus mengorbankan masa depan aku kan, Yah?" timpal Cinta yang masih berusaha untuk menolak lamaran tersebut.

"Tidak, kami tidak akan mengorbankan masa depan kamu, Sayang. Kamu masih bisa bersekolah hingga lulus dan meneruskan kuliah jika kamu menginginkannya," timpal seorang pria yang berharap jika Cinta mau menerima lamaran darinya.

Wanita yang duduk di sampingnya pun mengangguk cepat, ia sangat setuju dengan ucapan pria yang ada di sampingnya tersebut. "Benar, Nak. Kami hanya perlu kamu menyetujui keinginan kami untuk menikah dengan putra kami ketika kau sudah siap, itu saja. Dan hal itu tidak sekarang," kali ini sang wanita yang berbicara.

Cinta bingung, bagaimana caranya ia harus menolak lagi semua alasan mereka, sementara kedua orang tuanya juga sepertinya sudah setuju dengan lamaran tersebut. Sebuah isyarat anggukan pelan dari sang Ibu semakin membuat Cinta merasa terpojok.

"Beliau juga sudah berjasa menolongmu saat itu CIn, kita berhutang budi kepada mereka juga, mereka yang membawamu ke rumah sakit," timpal sang ibu sembari berbisik.

Namun, tiba-tiba saja, seorang pemuda yang tidak di sangka-sangka oleh CInta justru keluar dari dalam ruang tengah rumah mereka. Pemuda itu baru saja kembali dari kamar mandi.