Chapter 4 - Tawaran

"Ya, sebelum ada yang mencarinya aku mau menyewanya lebih cepat. Aku akan membayar sesuai kemauannya. Aku juga ingin memintanya untuk menetap di rumah ini, agar dia tak repot pulang pergi untuk menyusui," kata Samuel. Dan itu sangat disetujui oleh Inah.

'Semoga gadis itu menjadi penyelamat kedua bayiku.'

***

Shireen terbangun, ia bergegas masuk ke kamar mandi. Sebelum itu, ia menyempatkan untuk bercermin. Terlihat kedua benda berharganya sudah terisi lagi. Ia memegangnya, lalu sedikit merem*s. Ternyata, masih keluar air susunya.

Ia sedikit tersenyum saat mengingat kedua bayi gemas yang menyedot air susunya semalam. Ia juga masih bisa merasakan bagaimana rasanya.

"Gemes banget ... tapi, kasihan mereka mencari susu yang cocok sama perut dan mulut mereka. Kira-kira ibunya kemana ya?"

***

Di kantor.

Tiba-tiba Anton dipanggil oleh atasan. Ya, pemimpin perusahaan tempat ia bekerja. Saat ini ia pun, tengah berjalan menuju ruangannya.

"Ada apa Pak Samuel manggil gue? Apa dia mau membicarakan tentang Shireen? Pasti dia ketagihan. Aku rasa Shireen kasih keperawanannya semalam. Argghh nyesel gue ngenalin Shireen pas dia cari ibu ASI buat anaknya. Kalo begini gua gak bisa ngerasain keperawanan adek ipar gue!" gumamnya sepanjang ia melangkah.

"Permisi Pak!"

"Ya, masuk!"

Anton pun berhadapan dengan pemilik perusahaan ini. "Ada apa Bapak memanggil saya?"

"Apa kamu bisa menelpon dan memanggil adik iparmu itu untuk datang ke sini? Ada sesuatu hal yang ingin saya bicarakan," ucap Samuel.

"Memangnya ada Pak? Biasanya di jam segini, Shireen masih di sekolah. Jika ada sesuatu yang ingin disampaikan, bisa titip dengan saya. Nanti juga saya sampaikan dengannya di rumah," balas Anton.

"Ini privat."

'Mau seprivat apapun gue pasti tau nanti,' batin Anton jengkel.

"Oh, baik Pak. Nanti sepulang sekolah saya akan telpon untuk menyuruhnya ke kantor."

"Kalau dia sudah sampai, hantarkan dia ke ruangan saya ya!"

"Baik Pak. Kalau begitu saya permisi dulu."

***

Semua murid sudah berhamburan keluar gerbang sekolah, sedangkan saat ini Shireen masih menunggu kedua sahabatnya yang masih di dalam kelas.

Tiba-tiba terdengar suara ponselnya berdering. Panggilan dari suami kakaknya.

"Tumben si mesum nelpon gue?" gumamnya.

Ia pun mengangkat dengan sangat malas.

"Ada apa?" ketusnya.

'Reen, kamu diminta datang ke kantor Pak Samuel. Katanya ada sesuatu yang mau dibicarain sama dia.'

"Ok!"

Setelah itu, Shireen pun mematikan panggilan itu.

"Hmmm apa mungkin gue disuruh buat nyusuin anaknya lagi? Tapi bisa jadi diminta tanggung jawab karena anaknya kenapa-kenapa. Pasti dia minta balikin uangnya. Yaudah deh, mending gue langsung datengin ke kantornya."

Sesampainya di kantor.

Shireen dihantar oleh resepsionis menuju ruangan Samuel. Sebelumnya resepsionis itu sudah diberitahu oleh Anton, bahwa ada seseorang yang akan menjumpai sang pemimpin.

"Permisi Om ...."

"Masuklah!"

Setelah sampai di ruangan, Shireen segera masuk.

"Duduk!"

Shireen duduk menghadap Samuel. Jujur, ia mengakui bahwa sugar daddy itu memang sangat tampan. Terlebih saat Shireen melihatnya memakai pakaian formal seperti ini. Bagi Shireen ini sungguh berwibawa dan berkharisma.

"Ada apa Om? Bayi Om mual-mual dan diare lagi ya?  Maaf ya Om, saya janji bakal balikin uang Om yang semalam."

Samuel menautkan alisnya. Ia masih bersandar santai, sedangkan gadis yang berada di hadapannya ini, sudah merocos terlebih dulu.

"Tidak. Aku memanggilmu bukan untuk soal itu. Justru aku menawarkan sesuatu padamu ...."

Ucapan yang menggantung dari Samuel itu, seakan membuatnya penasaran. Shireen pun menunggu kelanjutan ucapannya. "Aku ingin menawarkan padamu untuk menjadi ibu ASI bayiku. Ternyata, setelah aku pikir air susumu itu cocok dengan perut kedua bayiku. Jadi bagaimana? Kau mau?"

Shireen tercengang. Ternyata prduganya salah. Mungkin ini adalah suatu yang membuat kakaknya bahagia. Namun, ia bimbang. Ia takut tidak mampu menyusui dua bayi setiap saat.

"Hmm, baik Om. Aku mau."

"Tapi, aku mau kau tinggal bersamaku di rumah. Kau masih bisa sekolah dan bermain sesuka hatimu di luar. Tugasmu hanya menyusui saja setiap anakku haus. Untuk bayaran, aku akan lipatgandakan dari jumlah semalam dan itu aku hitung setiap kau menyusui."

Mendengar itu Shireen sangat tertarik, terlebih bayarannya begitu besar. Bahkan ini bisa dianggap pekerjaan emas untuknya. Namun yang menjadi masalah, ia ragu untuk tinggal bersamanya. Berhadapan saja ia masih canggung dan sedikit takut. Bagaimana jika tinggal bersama.

"Om, aku bisa kok pulang-pergi untuk menyusui bayi Om. Jadi, tidak harus aku tinggal bersama Om," balas Shireen.

"Kenapa? Kau tidak suka berada terus di rumahku? Aku hanya berpikir, jika kau tinggal bersamaku kau tidak repot untuk pulang-pergi, dan lagi anakku pasti setiap saat ingin menyusu," ucap Samuel.

"Gak gitu Om. Aku masih berat meninggalkan kakakku. Nanti siapa yang akan membantunya di rumah?"

Samuel terkekeh mendengar itu. "Aku yakin kakakmu pasti senang mendengar tawaran ini, atau aku sendiri yang izin kepada kakakmu?"

Mati kutu sudah Shireen. Alasannya itu tidak berguna, padahal hanya untuk mengelak. 'Huh, susah ngomong sama orang pinter,' batinnya.

"Baiklah, aku mau ...," balasnya dengan lemah.

Tanpa disadari, tercetak senyum di bibir Samuel.  "Oke nanti malam kau siap-siap. Tidak perlu membawa apapun. Untuk kebutuhan aku akan siapkan semua untukmu."

"Baik Om, terima kasih."

"Aku pun berterima kasih padamu."

"Kalo gitu aku pamit Om."

"Ya silahkan."

Shireen pun beranjak dari tempat duduknya, lalu ia bergegas pergi. Sedangkan saat itu senyum Samuel belum pudar melihat Shireen yang ingin menghilang dari pandangannya.

"Aku takjub dengan gadis itu, dia pemberani dan unik. Memang berbeda dari gadis pada umumnya. Dia memiliki tubuh yang menarik, dan ukuran dadanya lebih besar dari remaja lainnya." Tanpa terasa ia bergumam seperti itu dengan tersenyum. Namun, ia buyarkan kembali apa yang dipikirkannya itu.

"Astaga apa-apaan aku ini. Kau harus profesional Sam, profesional untuk pekerjaan dia nanti. Ingat dia masih gadis labil!"

Samuel pun menyadarkan dirinya dari khayalnya itu.

***

Malam hari.

Shireen tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Entah ada setan apa yang merasuki otaknya, tiba-tiba ia mau mengerjakan tugas dari guru. Padahal dulu itu tak pernah sama sekali ia kerjakan.

Jika ingin tahu sifat asli Shireen. Ya, dia adalah gadis yang sangat pemalas. Sekolah pun hanya menumpang tidur di dalam kelas saja. Tiap hari pun seperti itu. Namun sekarang berbeda, ia lebih giat dan entah kenapa ia ingin sekali menjadi dokter. Itulah yang menjadikannya gadis yang rajin.

Saat asik dengan tugasnya, tiba-tiba ada seseorang yang tidak sopannya masuk ke kamar tanpa mau mengetuk pintu terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan sang kakak ipar.

"Kau sedang apa gadis cantik?"

Bersambung ....