"Biasakan ketuk pintu terlebih dahulu!" ketus Shireen, tanpa menatapnya.
Anton tersenyum, ia langsung menghampiri Shireen yang tengah berada di meja belajar.
Anton begitu lancang memegang pinggangnya. Tidak hanya itu, ia juga mengusap perut Shireen dan melunjak menaikkan jarinya seakan ingin menyentuh kedua benda milik Shireen.
"Kurang ajar!" Shireen langsung menepis sebelum Anton menyentuhnya. Ia tak habis pikir dengan kakak iparnya itu. Kenapa ia begitu senang menggoda dan mengusik dirinya?
"Tidak usah jual mahal. Aku tau, kau berniat menyerahkan keperawananmu itu untuk pak Samuel 'kan?"
"Jangan sembarangan kalo bicara! Mending lo pergi dari kamar gue!"
Anton tersenyum jahat. Merasa lucu dengan gaya bahasa adik iparnya itu saat tidak berhadapan dengan istrinya.
"Mas ... suruh cepetan Shireen keluar!"
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari Sahara di luar sana.
"Tuh, kakakmu sudah memanggil. Aku hanya diperintahkan untuk untuk menyuruhmu keluar. Kau sudah dijemput."
Shireen segera membereskan barang-barangnya. Ia hanya membawa tas ransel yang berisikan buku-buku dan alat tulisnya. Setelah itu ia keluar dari kamar dan diikuti oleh Anton.
"Kamu sudah siap? Kok bawaan barang kamu cuma segitu?" tanya Sahara.
"Iya Kak, kata tuan Samuel gak perlu bawa banyak barang, dia udah siapin kebutuhanku di sana," balas Shireen.
"Ya sudah, pergilah. Jaga dirimu, dan lakukan pekerjaanmu dengan baik."
Shireen menyalimi tangan kakaknya. "Kakak juga jaga diri baik-baik. Kalo ada waktu luang, Shireen pasti ke sini."
"Ya. Kamu tenang aja, lakukan saja pekerjaanmu. Kakak tidak apa-apa."
Shireen pun pergi, ia dibawa oleh salah satu supir yang dikirim Samuel untuk menjemputnya.
Walaupun sifat ketamakan kakaknya itu, tak ia sukai. Namun, berpisah dengannya adalah hal yang terberat. Mau bagaimanapun sosoknya adalah pengganti sang ibu. Dan, Shireen berpikir ini adalah cara membalas budinya.
Sesampainya di tempat kediaman Samuel.
Shireen memegang sangkilan tasnya, sembari melangkah menuju pintu. Belum ia mengetuk, tiba-tiba pintu besar itu terbuka lebar untuknya. Di sanalah ia disambut hangat oleh para pelayan.
"Selamat datang kembali Nona. Mari silahkan masuk!"
"Ya, terima kasih."
Shireen digiring oleh beberapa pelayan untuk menemui sang empunya rumah.
"Lho kok dia dateng lagi? Mau apa?" Lia yang tak sengaja melihat kedatangan Shireen, ia langsung menghampiri. Di susul juga dengan kembarannya.
"Buat apa lo ke sini lagi? Kak Sam, gak mungkin manggil lo!" sahutnya.
Sambutan kedua gadis kembar itu tak sehangat para pelayan. Namun, Shireen masih terdiam. Tatkala ia ingin menjawab dan membalas ucapan mereka. Tiba-tiba, datang Samuel dan Arkan.
"Kakak yang menyuruhnya ke sini," tukas Samuel.
"Buat apa Kak?" tanya Arkan.
"Mulai sekarang kalian harus biasakan bersosialisasi baik dengan Shireen. Karena saat ini juga, dia akan tinggal bersama kita. Ya, aku membawanya ke sini untuk menjadi ibu ASI Azel dan Azriel."
Kedua gadis kembar itu menganga mendengar ucapan kakaknya. Ia merasa tidak terima.
"Kakak pasti bercanda. Gak mungkin Kakak bawa orang asing sembarangan untuk tinggal bersama kita. Mana lusuh banget lagi!" ucap Lia.
"Kakak seharusnya pilih-pilih dong yang lebih berkelas dan bersih. Bisa saja dia cuma bawa virus yang bakal bahayain Azel, Azriel!" Lisa pun menyahut.
"Jaga tata bahasa bicara kalian. Apa perlu kakak over kalian ke luar negeri untuk menyekolahkan mulutmu berdua!" sergah Samuel.
Seketika mereka tertunduk dan terdiam. Tetapi, di hati mereka masih ada rasa tidak terima. Entah kenapa, mereka tak mau sama sekali ada orang baru di rumah ini.
"Apa masih ada yang tidak setuju?"
"Apapun yang terbaik untuk keponakanku, aku si yes aja," sahut Arkan santai.
"Baiklah. Bawa Shireen ke kamarnya!"
Shireen pun melangkah menuju ke kamar dengan dihantar oleh para pelayan.
'Baru sampe aja udah nonton drama, gimana kalo gue lama di sini.' Ya, itulah gertuan dalam hati Shireen.
"Mari Nona kita masuk!" Tanpa terasa ia sudah sampai kamarnya. Jujur, ia begitu takjub. Ia berpikir akan tidur di kamar yang sama dengan pembantu di sini. Ternyata, setelah masuk ia disediakan dengan fasilitas mewah dalam kamar ini.
"Wahh, aku kira bakal tidur di kamar yang sama seperti pembantu. Ternyata kamarnya sama kayak majikan ya hehe," gumam Shireen takjub.
Inah pun tersenyum. Terlebih saat melihat Shireen duduk di ranjang size yang besar, dengan memantul-mantulkan bokongnya.
"Ya Nona. Kedatangan anda di sini begitu spesial. Jika menyangkut dengan kedua anak tuan. Semua akan difasilitasi mewah di sini. Jadi, jangan anggap diri Nona sama seperti pembantu yaaa," ucap Inah terkekeh.
"Hehe iya Mbak!"
"Jangan panggil saya Mbak, panggil saja bibik. Aku di sini sebagai kepala pelayan. Semua akan aku urus sesuai dengan perintah tuan. Jika ada kebutuhan lainnya, silahkan untuk minta tolong denganku atau pembantu lainnnya."
"Oke Bik!"
"Baiklah, saya permisi ya Nona. Ingat jangan sungkan untuk meminta bantuan di sini!"
Shireen pun hanya memberikan senyuman. Setelahnya wanita paruh baya itupun langsung keluar dari kamarnya.
Lalu, datang seseorang dengan menggendong kedua bayinya yang tengah menangis-nangis.
"Bisa kau susui mereka, aku rasa bayiku haus."
Shireen pun menghampiri Samuel dan mengambil kedua bayi itu. "Bisa Om, aku susui sekarang. Sepertinya mereka memang sangat lapar."
"Ya sudah, aku titip mereka. Jika kau kerepotan, kau bisa minta tolong dengan pelayan di sini. Aku ada urusan di luar, setelah pulang nanti aku akan ambil bayiku kembali."
"Baik, Om."
Samuel pergi setelah mengecup kedua bayinya. Shireen pun mulai menyusui mereka. Awalnya sangat repot menyusui kedua bayi ini sekaligus. Namun, akhirnya ia bisa.
"Oke, pasti nanti bakal terbiasa!" gumamnya menguatkan diri sendiri.
Shireen menatap kedua bayi itu yang sangat haus menyedot air susunya. Ia tak menyangka mempunyai takdir seperti ini.
"Serasa punya anak." Ia pun terkekeh.
Mungkin membayangkan punya bayi di masa depan yang akan datang, sudah tentu terpikirkan apa yang ia lakukan saat ini terjadi. Tanpa disadari takdirnya begitu cepat. Mau tidak mau hal ini harus diterima. Dia tidak ada daya menentang semua ini.
"Gemes banget ... tapi, masih jadi misteri, kemana ibu si kembar ini? Kenapa dia tega ninggalin anaknya di saat mereka butuh air susu ibunya sendiri."
***
Tengah malam.
Sudah dini hari Samuel pulang. Entah urusan penting apa sampai pulang malam-malam seperti ini dirinya.
Sudah niat melangkah menuju ke kamarnya, tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Azel dan Azriel masih di kamar Shireen. Sebaiknya aku ambil mereka," gumamnya. Lalu ia memutar balik menuju kamar Shireen.
Setelah masuk ke kamar Shireen, ia langsung mendapati seorang gadis yang tengah tertidur pulas bersama kedua bayinya.
Bersambung ...