Baskara Putra, kapten basket sekolah SMA Garuda. Ya, kata teman cewekku dia anak yang ganteng, cool dan cukup pintar dalam pelajaran sejarah.
Walaupun menurutku dia anak yang sangat manja dan menjengkelkan.
Aku kenal Baskara saat kita berdua masih duduk di bangku sekolah dasar. Harus kuakui dia memang anak yang cukup pintar dalam sejarah. Tapi sayang, dia sangat tidak menyukai olehraga terutama basket sejak kecil, hingga tidak tahu kenapa pada akhirnya dia menyukai olahraga itu. Dan sekarang dia menjadi kapten basket di sekolahku, SMA garuda.
Aku memang dekat dengan Baskara sejak kecil karena dia adalah anak dari teman mamaku, tante Novi. Kami masih berteman sampai sekarang, walaupun anaknya membuatku merasa kesal, tapi entah kenapa aku masih bertahan dengannya sampai sekarang.
Kedua orang tuanya meninggal saat mereka hendak pergi keluar kota. Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Sekarang dia hanya tinggal bersama neneknya, tapi soal makan dan tidur kadang-kadang dia selalu melakukannya di rumahku. Bagi mamaku Baskara adalah cctv ku, apa yang kulakukan pasti Baskara mengetahuinya.
Aku Mysha Carelya, anak sulung dari papa bagus dan mama revalita. Mempunyai adik laki laki yang juga sama menjengkelkannya, namanya Ananta Devandika, Devan panggilku kepadanya.
"Door!!!!" Suara dan tepukan tangan dari belakangku sampai membuatku terkejut.
"Aaa!!" Ucapku reflek lalu menoleh kearah belakang,
"Dasar brengsek kalian berdua!" jariku langsung menunjuk ke arah Baskara dan Devan, orang yang baru saja berniat membuatku jantungan.
"Apaan sih Lo sha, siapa suruh ngelamun aja dari tadi," ucap Baskara sambil ketawa nggak jelas.
"Tau ah," aku langsung meninggalkan mereka yang sedang asyik tertawa menuju ke kamar.
"Sayang, makan dulu sini, ajak adikmu dan Baskara sekarang. Mama sudah masak makanan kesukaan kalian berdua," ucap mama dari arah ruang makan.
Aku yang sedang menaiki tangga menuju kamar pun merasa malas sekali untuk turun dan makan dengan kedua anak brengsek itu.
"Mysha nanti aja belum lapar, Ma," kataku langsung melanjutkan langkah menaiki tangga sambil berlari menuju kamar.
Selanjutnya aku malah tertidur di kamar, entah kapan aku tidur tiba-tiba saja saat bangun jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku turun dan menuju dapur setelah itu karena lapar.
"Baskara, itu Lo?" ucapku dari dapur sambil minum air putih.
"Eh elo, tumben jam segini belum tidur," jawabnya sambil memegang gitar milik papaku.
"Gue dari tadi udah tidur, sekarang malah bangun nggak bisa tidur lagi nih."
"Yaudah sini lihat pemandangan malam sha," ajak Baskara padaku.
Tumben banget ini anak bersikap baik seperti ini kepadaku, pikirku. Aku langsung menuju tempat duduk di taman sebelah Baskara.
"Sha, emangnya gue orangnya gimana sih?" tanya Baskara kepadaku
"Lo itu orangnya manja, jelek, dekil, brengsek, nggak ada kelebihannya deh, haha. Ngapain Lo tanya begitu?" jawabku sambil tertawa.
"Sha gue serius lo!" Ucap Baskara dengan kesal.
Aku terdiam dan menaikkan satu alisku tanda bahwa aku tidak paham dengan pertanyaannya, aku bingung kenapa anak itu tiba tiba menanyakan hal serius, biasanya hanya bisa bercanda saja, mungkin dia kepikiran orang tua dan keluarganya, entahlah aku bingung dengan pikirannya.
"Gue suka sama orang sha," ucapnya lirih.
"Hahaha... Lalu kenapa bertanya begitu pada gue, Baskara Putra?" ucapku sambil tertawa tak bisa henti.
"Lo nggak usah ngejek deh sha."
"Ya terus kalau lo suka sama orang emang kenapa, kan lo juga sering pacaran, gimana sih" jawabku masih sambil ketawa.
"Ini beda sha, gue suka sama orang yang nggak suka cowok. Gue kan jadi mikir dia suka ke gua juga nggak ya? Pokoknya yang uni rasanya berbeda dari jatuh cinta biasa," jelasnya.
"Emang siapa sih, Bas" tanyaku penasaran.
Baskara hanya diam, Aku yang tidak sabar menunggu jawaban Baskara tentang cewek yang sedang ada dipikirannya itu terus fokus pada wajah Baskara. Tiba tiba terdengar suara barang jatuh dari arah dapur. Aku dan Baskara yang sedang mengobrol pun langsung menuju dapur.
"Ya mpun Devan, ngapain kamu malam-malam begini belum tidur, malah nyari makanan lagi seperti tuyul!" Ucap Baskara.
"Kak Bas itu seperti Mama aja bicaranya," ucap Devan sambil makan cemilan.
"Iya nih, kaya cewe Lo Bas" sambungku.
"Ehh kalian ngapain, jam segini bukannya tidur malah masih asyik main ya!" Tiba-tiba terdengar suara mama dari arah belakangku.
"Eh Tante, iya Tan ini kita mau tidur kok," jawab Baskara sambil tersenyum cengengesan.
"Iya harus itu, kalian kan besok harus berangkat pagi untuk pergi ke sekolah, sana pergi ke kamar!" ucap Mama.
Baskara dan Devan pun kemudian pergi ke kamar Devan untuk tidur bersama, sedangkan aku sendiri masih bingung mau melakukan apa karena sama sekali tidak mengantuk. Sampai pada akhirnya aku lelap tidur di atas sofa depan TV.
Suara adzan subuh berkumandang indah membuatku seakan ingin terbangun dari sofa ini, tapi entahlah badanku yang tidak bisa diajak kompromi sampai aku terlelap dalam mimpi lagi. Hingga akhirnya aku dibuat kaget dengan suara mama yang sedang membangunkan ku.
"Mysha kamu sekolah kan, itu Baskara sudah siap!" suara mama yang masih samar-samar terdengar oleh telingaku.
Aku langsung bangun dan pergi ke kamar mandi tanpa sepatah kata pun, walaupun banyak orang di meja makan sedang menikmati hidangannya dengan sangat lahap tapi badanku masih terasa capek, tulang-tulang di dalamnya seakan remuk berantakan, entah apa yang aku lakukan hari kemarin padahal sepertinya aku juga tidak melakukan kegiatan apapun.
Setelah mandi aku langsung menuju ke kamar, berpakaian seragam putih abu-abu dan tidak lupa aku selalu menguncir rambutku. Jika anak perempuan lain memilih untuk merias diri, aku justru sebaliknya. Setelah selesai bersiap, aku pun segera turun menuju ruang makan.
"Ayo Sha, gua tinggal nih, lama bangett Lo!" Ucap Baskara dengan terburu buru.
"Yaudah sana, gua mah bisa kali sendiri, nggak harus sama Lo. Nih ya gue kasih tau, tanpa Lo gue bisa bebas Bas," jawabku santai.
"Apaan sih Sha, dari tadi Baskara nunggu kamu masa disuruh pergi gitu aja sih," sambung mama.
"Yaudah gue duluan, nggak ada gunanya disini dari tadi," ucap Baskara kesal.
"Tante, Om, berangkat dulu ya," sambungnya sambil bersalaman.
"Iya hati hati Bas" jawab papaku.
"Sha kamu itu harus disiplin dong, contoh tuh Baskara dia aktif disekolah, jadi kapten basket, sering juara, terkenal di sekolah. Kamu apa? Bisanya cuma menyusahkan guru BK aja!" Ucap papa.
Aku hanya terdiam, kupikir memang benar ucapan papa barusan, aku memang sering ada masalah dengan guru BK, baru aja kemarin orang tuaku dipanggil ke sekolah oleh guru BK karena sudah bolos 5 hari, aku bolos sekolah juga ada sebabnya.
Aku ada masalah dengan Reyhan, teman sekelas ku, saat itu aku duduk sendiri didalam kelas dan dia langsung menghampiri serta menamparku.
Dengan rasa yang sangat kesal, kepalan tanganku ini langsung melayang kearah Reyhan.
Teman sekelasku yang menyaksikan kejadian itu langsung saja membela Reyhan dan menyalahkanku. Sekarang aku tidak punya teman dis ekolah. Hanya Baskara saja yang mau bicara denganku saat ini. Kata Angel teman sekelas ku Reyhan menamparku karena aku memberitahu guru bahwa dia mencotek saat ulangan.
"Ya sudah sha, sebaiknya kamu berangkat sekolah sekarang, nanti telat lagi," ucap mama yang membuyarkan lamunanku sedari tadi.
"Iya Ma, Pa, Mysha berangkat dulu," jawabku.
Aku langsung keluar rumah dan menunggu angkutan umum di tempat biasa. Tiba-tiba sebuah motor ninja hitam berhenti pas di depanku. Dia pun membuka kaca helmnya seraya menoleh ke arahku.
"Bareng aja, jam segini angkot sudah jarang," ucapnya terdengar kurang jelas oleh kedua telingaku.
Aku sedikit bingung karena tidak mengenal anak ini. Namun setelah melihat jam yang melingkar ditangan kananku dan sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. Aku pasti terlambat lagi kali ini, pikirku. Walaupun begitu, aku masih tetap terdiam, tidak menjawab perkataannya sepatah kata pun.
"Woi ayo naik!" ucapnya sekali lagi.
Tanpa berpikir panjang aku langsung naik motor miliknya, dalam pikiranku sekarang hanyalah bagaimana caranya aku bisa cepat sampai ke sekolah.
Sekolah pun sudah terlihat depan mata, dan benar saja ini sudah terlambat, gerbang sekolah sudah dikunci. Pak Adi, satpam sekolah SMA Garuda itu pun sudah tidak ada disekitar gerbang sekolah. Aku hanya memandang gedung-gedung sekolah dari luar gerbang sekolah.
"Nggak bilang makasih?" ucap anak tadi.
"Makasih ya, udah kasih gue tunpangan. Btw nama Lo siapa?" Tanyaku.
"Gue Andra," jawabnya sambil mengulurkan tangan.
"Oh Andra, gue Mysha 11 IPA 1," ucapku sambil membalas uluran tangannya.
"Heii kaliann!!" Suara Bu Tutik kepala sekolah SMA Garuda dari arah belakang membuatku terkejut.
"Kalian ya, memang andalan BK, masuk ruang BK sekarang!" lanjut Bu Tutik.
"Bu ini salahku, Mysha hanya jadi korbanku sekarang, aku yang menyuruh dia menemaniku disini, sebenarnya dia sudah masuk dari tadi pagi," jelasnya pada Bu Titik yang membuatku bingung.
"Benar seperti itu Sha?" tanya bu Tutik kepadaku.
Aku bingung ingin menjawab apa pada buu Tutik. Aku hanya memandang Andra, dia memberi isyarat kepadaku agar aku mengangguk. Lalu aku mengikuti saja perintah Andra untuk mengangguk.
Setelah itu aku pergi ke ruang kelasku dengan alasan tadi ada ekstrakulikuler sebentar, guru yang sedang mengajar di kelas pun kemudian menyuruhku masuk ruang kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Kringggg....
Suara bel istirahat berbunyi.
Semua murid pergi menuju kantin untuk membeli makanan. Aku bersama Rere, teman sebangku pergi menuju kantin juga. Dalam perjalanan ke kantin, kita melihat seorang anak yang sedang dihukum. Dia sedang hormat pada sang merah putih di lapangan upacara. Aku terus saja fokus pada anak itu, sangat tidak asing wajahnya bagiku. Otakku langsung teringat jika dia adalah anak yang tadi pagi memberi tumpangan untukku dan juga membantuku dari bu Tutik.
"Andra?" uapku.
"Lo kenal dia?" tanya Rere padaku.
"Tadi pagi gue ke sekolah bareng dia sih re."
"Hah!, Seriusan Lo kenal sama penguasa sekolah ini? Dia itu Laksmana Andra Pratama, anak tunggal dari Ibu Kepala sekolah SMA Garuda, SMA kita sha! Dia merupakan ketua geng motor Cakrawala yang terkenal nakal itu," jelas Rere padaku.
"Anak bu Tutik? Tapi kenapa dia dihukum?" tanyaku penasaran.
"Masa Lo nggak tau sih, udah biasa kali sha."
"Masa sih Re?"
"Nolep banget Lo sumpah, satu sekolah tau Laksmana Andra Pratama, masa sih Lo nggak kenal? Memangnya bestii lo nggak pernah cerita?"
"Siapa?"
"Kapten Basket sekolah kita woii."
"Oh si Basksara, nggak tuh, dia nggak pernah cerita."
"Yaudah ayo kita ke kantin, ngapain juga ngepoin anak nakal itu."
Aku dan Rere langsung pergi menuju kantin untuk membeli makanan.
Setelah kita duduk dan sudah memesana makanan, aku merasa ada orang yang sengaja berada di belakangku untuk iseng, tapi aku tidak menoleh sedikitpun.
"Tuhh besti lo sha," ucap Rere sambil menunjuk arah belakangku.
Aku menoleh kearah belakang dan menemukan wajah baskara yang memasang muka jelek di depanku. Aku tidak meresponnya sama sekali, langsung melanjutkan makanan di depanku.
"Apaan sih Bas," ucapku kesal pada anak itu.
"Kangen gue sama lo," jawabnya sambil senyum nggak jelas padaku.
"Rasanya ingin sekali muntah," jawabku kesal.
Rere hanya tertawa melihat kelakuan Baskara sedang anak murid perempuan lainnya hanya fokus pada Baskara, banyak sih yang bilang suka sama Baskara, tapi entah anak itu menyukai siapa, aku masih tidak bisa menebak siapa orang yang diceritakan Baskara tadi malam.
"Bas, nanti kita ada pertandingan di SMA Kebangsaan, lo bisa kan?" tanya Reo, anak basket 11 IPS 2.
"Boleh nggak sha?" Tanya Baskara padaku.
"Kok tanya gue sih lo, aneh," jawabku sambil pergi meninggalkan kantin.
"Mysha tunggu!" teriak Rere.
Selesai pembelajaran di sekolah aku diajak Rere untuk menonton pertandingan Basket karena Krisna, pacarnya ikut serta dalam pertandingan itu. Aku pun akhirnya dengan terpaksa harus melihat pertandingan antara SMA Garuda dan SMA kebangsaan gara-gara Rere.
Setelah pertandingan selesai, ingin sekali rasanya langsung pulang dan tidur lelap. Tapi karena temanku yang sedang asik berpacaran membuatku harus menunggunya terlebih dahulu.
"Myshaa, sory banget ya gue hari ini dianter Krisna," ucapnya.
"Oh ya nggak papa, nanti gue sama Baskara," ucapku santai.
"Oke deh, hati-hati ya Lo, gue pulang duluan, dada," ucap Rere dengan pergi meninggalkanku.
Setelah Rere pergi, langsung saja kucari di mana anak itu. Aku melihat Baskara sedang berbicara asyik dengan cewek memakai kemeja putih dan rok pendek bermotif itu. Niatku untuk mengajak Baskara pulang pun kubatalkan, aku tidak ingin menganggunya. Mungkin saja itu cewek yang disukainya.
Aku berniat pulang sendiri dengan memesan ojek online, saat sedang berjalan menuju taman dan menunggu ojek online, tiba-tiba seseorang yang sedang lari ketakutan menabrakku.
"Brukk!!"
"Sory, gue buru-buru, lo nggak papa kan?" ucapnya dengan menjulurkan tangan untuk membantuku berdiri.
"Kalau jalan itu hati hati dong!" ucapku kesal.
"Elo!! Andra kan?!" sambungku lagi.
"Tolongin gue sha, pinjem jaket Lo bentar."
Aku memberikan jaket yang sedang kupakai, itu milik Baskara yang biasa kupakai saat ke sekolah.
Setelah Andra memakai jaketku, tiba-tiba ada segerombolan anak geng motor menghampiri kami berdua. Andra hanya menunduk hingga tidak terlihat wajahnya.
"Eh lo liat Laksmana Andra?" tanya salah satu diantara mereka kepadaku.
"E_enggak," jawabku gugup.
Mereka lalu pergi meninggalkan kami. Kemudian Andra melepas topi jaket yang dikenakan dan memperlihatkan wajahnya. Tanpa berterimakasih terlebih dahulu dia pergi begitu saja. Bahkan jaketku pun masih dipakainya. Aku langsung membuntutinya karena ingin mengambil jaket yang masih dikenakannya.
"Ngapain lo ngikutin gue! Gue pengen sendiri," ucapnya.
"Eh PD banget siapa yang ngikutin lo, oh ya kalau lo pengen sendiri lo mati aja sana biar sendiri nggak ada yang ngikutin," jawabku.
"Ngelawak ya ni anak," ucapnya sambil terkekeh.
"Lo kenapa sih, gue lihat muka orang seperti lo ini nggak bahagia dalam hidupnya," ucapku mengejek.
"Sok tau lo, elo kali yang nggak pernah bahagia dalam hidup, haha."
Setelah tertawa dia pun kemudian terdiam dan berkata lirih, "Gue keluar dari Cakrawala."
Aku kemudian teringat pada ucapan Rere tadi pagi, Andra adalah ketua geng motor Cakrawala.
"Kenapa?" tanyaku penasaran.
"Gue, disuruh bokap untuk nggak ngelakuin hal yang membuat nyokap gue malu, ya walaupun yang gue inginkan dalam hidup ini yaitu memalukan nyokap gue sha," jelas Andra.
Aku hanya mengangguk, rasanya sangat susah otakku ini menangkap penjelasan Andra tadi, masalah apa yang menimpa anak ini saja aku tidak mengetahui.
"Ya udah, lo mau balik kan?" tanya Andra padaku.
"Iya Ndra gue ingin pesan ojek online tapi hp gue lowbat," jawabku.
"Nggak usah susah-susah sha, gue anterin aja," ucapnya.
Aku mengangguk menandakan setuju. Andra mengantarkanku sampai depan gerbang rumahku, disana ada Baskara yang sepertinya sedang menunggu seseorang.
"Makasih Ndra," ucapku.
Andra hanya mengangguk, lalu dia melihat kearah Baskara. Tanpa berkata apapun lagi dia langsung pergi meninggalkanku.
"Nungguin siapa lo?" tanyaku penasaran.
"Nungguin orang yang nggak paham amanah!" jawabnya kesal padaku.
"Kok ngegas, apaan sih lo, siapa yang nggak paham amanah?" tanyaku.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Baskara langsung masuk kedalam rumah. Aku mengejarnya tapi tak terkejar, langkah Baskara lebih cepat daripada langkahku.
Karena tidak terkejar, aku pun sudah tidak mempedulikan Baskara. Aku lebih memilih untuk langsung ke kamar atas.
Merebahkan badan ini yang seharian belum istirahat sama sekali.