Chereads / Adolescence / Chapter 3 - Bab 2

Chapter 3 - Bab 2

Ku baringkan badan ini di atas kasur coklat milikku, menatap langit-langit rumah warna putih yang bikin hati sedikit tenang. Entah bagaimana ceritanya aku kepikiran Andra, kata-kata tadi tentang nyokapnya. Perasaanku sangat penasaran dengan hal yang dialami Andra.

Aku bingung dengan diriku sendiri, biasanya aku orangnya tidak peduli dengan orang lain. Tapi kenapa kali ini aku menjadi orang yang sangat kepo dengan kehidupan orang. Aku mencoba menutup mataku ini agar langsung terlelap tidur, tapi kenyataannya hanya mata yang pedas yang kurasakan.

Aku melihat jendela kamarku dan entah kenapa kaki ini terus melangkah menuju jendela itu, ingin sekali melihat pemandangan indah dari jendela kamarku. Aku melihat Baskara sedang memainkan gitar milik ayahku ditaman rumah. Tanpa berpikir panjang, aku langsung turun menuju tempat Baskara.

"Belum tidur juga lo bas?" Tanyaku.

Baskara tidak menjawab pertanyaanku. Dia langsung berdiri dan meninggalkanku di tempat itu sendiri. Aku bingung, kenapa anak itu bersikap seperti itu. Tanpa memedulikan anak itu, aku berjalan menuju dapur. Lima langkah berjalan, aku menemukan selembar kertas. Tanpa berpikir panjang, tanganku langsung mengambil kertas itu dan ingin membacanya. Belum sempat terbaca, kertas itu langsung diambil orang yang baru saja lari dalam rumah, Baskara.

"Baskara, lo apa apaan sih!" Ucapku.

"Lain kali jangan ambil milik orang," jawabnya dengan nada datar.

"Itu punya lo? Tulisan apa sih? Ijinkan gue baca dong, penasaran nihh," ucapku.

"Kepo lo," ucap Baskara.

Aku hanya memasang wajah cemberut tidak membalas ucapannya. Aku dan Baskara kini duduk berdua di taman.

"Lo kenapa sih tadi Bas?" Tanyaku penasaran.

"Nggak papa" Jawabnya singkat.

"Tadi, masa gue ajak bicara Lo diem sih, tumben bangett, biasanya kan lo cerewet seperti anak cewek," jelasku.

"Iya sih, tapi lo cewek bukan sih?" Ucap Baskara dengan melihat wajahku.

"Emang gue nih apa kalau bukan cewek, emang brengsekk ya lo," jawabku kesal.

"Ya lo itu nggak kaya cewek yang lain, cerewet, cantik, suka belanja, ya pokoknya sifat cewek lah. Lo itu malah kebalikannya tau nggak sih," jelasnya.

"Emang gue kaya apa?" Tanyaku.

"Lo itu orangnya nggak suka ribet, nggak suka belanja, nggak suka pake make up makanya nggak kaya cewek dan satu lagi yang paling penting lo itu nggak peduli sama orang," jawab Baskara.

"Ya ngapain gue peduli sama orang. Nih ya gue kasih tau nih kan hidup hidup mereka ngapain gue peduli. Banyak kali urusan gue di dunia ini bukan untuk peduli kepada mereka-mereka itu. Emang juga kalau kita peduli kepada mereka, mereka peduli kepada kita? Kan nggak. Gue sih nggak mau ya ngurusin kehidupan orang," jelasku pada Baskara.

"Iya makanya lo juga nggak peduli kan dengan perasaan orang yang suka sama lo," ucapnya.

Aku langsung terdiam, aku tidak paham dengan ucapan Baskara tadi. Aku hanya membulatkan mata dengan melihat wajah baskara.

" Udah, ayo tidur besok sekolah gue boncengin," ucapnya sambil berdiri.

Aku hanya mengangguk. Tiba-tiba tangan baskara langsung melayang dan mencubit pipiku dengan tertawa.

"Dasarr brengsek!!" Ucapku dengan berlari mengejar Baskara.

Pagi ini aku terbangun pagi dengan suara notif hpku. Aku langsung mengecek HP, ada nomor tidak dikenal mengirim sebuah chat kepadaku.

Laksmana Andra : (Simpan nomor gue, Andra)

Aku hanya membaca pesannya, tidak membalas. Terlalu malas tangan ini untuk mengetik hanya untuk hal yang tidak berguna seperti itu, pikirku. Aku mematikan HPnya dan meninggalkan untuk mandi dan berangkat sekolah.

Hari ini aku berangkat sekolah dengan Baskara. Di motor itu kami berdua hanya berdiam, tidak bersuara. Didepan gerbang sekolah itu aku melihat Andra dengan cewek yang semalam pergi dengan Baskara. Setelah sampai di parkiran sekolah aku langsung menaruh helm di atas motor Baskara.

"Siapa cewek depan gerbang tadi?" Tanyaku penasaran.

"Cewek yang lagi bicara sama Andra tadi?"

"Iya."

"Tasya," jawabnya singkat.

"Dia siapa sih?" Tanyaku lagi.

"Sejak kapan lo jadi kepo begini sha," ucapnya sambil menata rambut gondrongnya.

"Nggak sih," jawabku.

"Lo tanya aja sama Regita, pasti dia tau."

"Rere?"

Baskara hanya mengangguk dan tersenyum lalu meninggalkanku sendiri di parkiran motor. Aku ingin segera masuk kelas dan tanya soal Tasya kepada Rere.

Aku melewati kelas 12 IPS 4 dan melihat Andra. Sungguh aku baru saja mengetahui bahwa Andra anak kelas 12, kakak kelasku. Kupikir selama ini dia seangkatan denganku. Aku berjalan cepat menuju kelasku.

Ramai suara murid dari ruang kelasku, mereka terlihat sangat kompak dalam bercerita. Tapi aku, sangat tidak suka dengan keramaian. Aku berjalan menuju tempat dudukku tanpa bicara, aku mencari Rere dimana anak itu, mungkin belum berangkat sekolah.

Semua mata tidak tertuju padaku, aku seperti tidak dianggap ada oleh teman sekelas ku, hanya Reyhan yang melihatku sinis, aku tidak mempedulikannya dan langsung duduk di tempat dudukku. Aku masih kesal dengan Reyhan karena kejadian waktu lalu yang membuat orang tuaku harus menghadap BK.

Aku masih saja menunggu Rere dalam lamunan. Tiba-tiba ada anak berkacamata masuk ke ruang kelas.

"Regita Mayasari," ucapku dengan suara keras.

Semua pasang mata di ruang kelas ini melihat ke arahku.

"Punya pita suara lo, tumben bicara," ucap Kevin teman sekelasku.

Seisi ruang kelas 11 IPA 1 langsung tertawa terbahak-bahak. Aku hanya memasang wajah sinis. Rere langsung berlari menemuiku.

"Ngapain sih lo panggil nama gue sampai segitunya? Kangen ya karena kemarin nggak pulang bareng gue," ucapnya.

"Ih najiss, gue mau tanya Tasya nih, lo kenal?" Tanyaku penasaran.

"Masa lo nggak tau sih, cuma Tasya anak disekolah ini yang dekat sama Andra," jelasnya.

"Andra? Oh dia anak kelas 12 ya baru tau gue. Kemarin gue bicara sama dia nggak ada sopan santunnya lagi."

"Lo bicara sama dia, stop ya sha. Kalau lo nggak pengen ada masalah sama Tasya lo nggak usah deh kenal sama Andra, Tasya itu satu kelas dengan Andra."

"Emang kenapa?"

"Dia musuhnya Baskara woii, masa sih besti lo nggak pernah cerita."

"Musuh? Masa sih, musuh apaan juga."

"Tanya aja sama orangnya langsung."

Kelihatan jelas muka Rere yang sangat kesal denganku, entahlah ada apa Baskara dengan Andra. Kenapa isi otakku sekarang selalu memikirkan Andra, padahal aku tidak mengenal orang itu. Aku akan mencoba menghilangkan pikiran ini. Tapi bagaimana dengan Baskara, dia temanku bahkan sudah kuanggap adik sendiri. Bagaimanapun aku harus tau masalah ini.

Pulang sekolah aku dikejutkan dengan perempuan cantik dengan rambut panjang tidak diikat. Dia cewek yang tadi pagi aku bahas dengan Rere.

"Hai kamu Mysha ya?" Ucapnya.

"Iya kak," jawabku.

"Oh jadi ini anak yang kemarin kamu anterin pulang itu ya Ndra?" Ucapnya sambil menoleh orang dibelakangnya.

Ada Andra dibelakangnya, bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Takut jika kak Tasya marah padaku, aku masih ingat ucapan Rere tadi pagi.

"Cantik kok anaknya Ndra," ucapnya lagi.

"Nggak kak, sebenarnya kemarin aku pulang ingin naik ojek online tapi HP ku lowbat jadi," belum selesai aku bicara langsung dipotong kak Tasya.

"Iya udah tau kok aku," ucapnya.

"Sini duduk dulu aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ajak kak tasya padaku.

Aku dan kak Tasya duduk dikursi dekat pintu ruang kelas 11 IPS 1, ruang kelas Baskara. Sementara Andra hanya berdiri menunggu urusan kak Tasya padaku selesai.

"Ndra kamu kedepan dulu sana, aku mau bicara sama Mysha," ucap kak Tasya pada Andra.

Andra langsung meninggalkan kami berdua.

"Ada apa ya kak?" Tanyaku nekat.

"Aku kasih tau ya, Andra itu anaknya baik kok sebenarnya. Dia hanya ada masalah keluarga sedikit yang menjadikan anak itu nakal. Kamu cukup mengenalnya lebih jauh lagi sudah tau bagaimana baiknya sikap Andra," jelasnya.

Aku hanya mengangguk, rasanya susah otak ini menyerap ucapan kak Tasya. Kak Tasya lalu pergi, dia hanya bicara sesimple itu kepadaku, aku mengira dia akan marah kepadaku karena kemarin pulang diantar Andra. Tapi aku salah, kak Tasya sangat ramah padaku.

"Ngelamun aja neng," suara lirih dari arah telinga kananku.

"Dasar anak Dajjal! kaget gue bang," ucapku kesal.

"Yuk pulang," ajak Baskara.

Aku dan Baskara menuju parkiran siswa untuk mengambil motor, disana aku melihat Andra dan kak Tasya yang juga ingin pulang.

"Ngapain fokus ke sana," ucap Baskara.

"Nggak kok," jawabku.

"Bohong."

Aku dan Baskara tidak membahas masalah itu lagi, kami berdua langsung pulang ke rumahku. Di depan gerbang rumah motor Baskara terhenti.

"Kok berhenti di sini?" Tanyaku.

Baskara hanya mengangguk, akupun langsung turun dari motornya.

"Gue mau pulang ke rumah, kangen sama nenek. Besok kan juga libur nggak sekolah."

"Yaudah hati-hati dijalan."

Aku langsung masuk ke rumah setelah motor Baskara melaju cepat.

Aku memasuki ruang tamu, mataku tidak melihat ada kehidupan di sana, sepi tak ada orang. Aku mengistirahatkan diriku dengan duduk di sofa dengan melamun. Tanpa aku sadari, telingaku mendengar suara lirih tangisan dari arah dalam, kaki ini reflek langsung berjalan mendekati arah suara tadi, aku pikir itu Devan tapi setelah aku lihat itu adalah mama. Dia sedang menangis dilamarnya, aku tau itu pasti ulah papa.

"Kenapa ma?"

"Sayang, papaku kamu selingkuh lagi, mama lihat dengan mata kepala mama sendiri hiks hiks."

"Terus maunya mama gimana?"

"Pokoknya mama mau menggugat cerai."

Aku tidak menjawab sepatah katapun, kakiku terus melangkah menuju kamar.