"Lalu seperti apa orang yang kau kenal itu?" Tang Qian beralih pada Luo Yuzhou, bertanya dengan penasaran.
"Orang bodoh yang terlalu percaya bahwa dunia ini baik."
Meskipun diucapkan melalui kata-kata yang merendahkan, tetapi Tang Qian bisa merasakan bahwa orang itu tersimpan jauh di dalam hati Luo Yuzhou. Jelas sekali Luo Yuzhou tidak benar-benar membencinya seperti apa yang ingin Luo Yuzhou tunjukkan.
Lao Li datang membawa dua mangkuk mie hangat dengan aroma gurih yang menggugah selera, Lao Li sangat antusias dengan kehadiran Luo Yuzhou, ia juga membawa aneka makanan lainnya yang terbaik di kedai ini.
Tang Qian memandangi daging kering yang mengapung di atas kuah mie, ia terlihat tidak sabar untuk mencicipinya. Luo Yuzhou mengambil sumpitnya, memegangnya dengan gaya yang sangat elegan seperti bangsawan masa lalu yang selalu menjaga tata kramanya. Punggungnya tegak, tangannya tidak terlalu rendah tidak pula terlalu tinggi. Semuanya ditata. Sejenak Tang Qian merasa takjub, ia seperti melihat aktor dalam drama kerajaan. Tetapi tentu saja Luo Yuzhou melampaui semua itu.
Ia mencoba mengikuti gaya Luo Yuzhou, tetapi ini membuatnya malah tampak bodoh hingga Luo Yuzhou tidak segan untuk menegurnya. "Pemandangan paling bodoh yang pernah aku lihat."
Tang Qian menyeringai malu, ia seperti anjing kecil yang digertak kemudian melipat ekornya karena teraniaya.
"Kenapa harga tiket menuju dunia manusia sangat mahal?" Tanya Tang Qian penasaran. Ia masih memikirkan hantu kecil yang meminta pertolongannya tadi.
"Agar tidak banyak hantu yang pergi, dunia manusia memiliki batas kunjungan hantu sendiri." Tang Qian baru tahu hal ini.
"Jika kau menemukan hantu dengan penampilan aneh, itu tandanya dia sudah lama berada di dunia manusia dan tercemar energi negatif." Luo Yuzhou memisahkan daun bawang dengan sumpitnya, ia meletakkan daun bawang itu pada piring kecil.
Tang Qian teringat pada hantu yang ia lihat kemarin, salah satunya memiliki lidah panjang sementara yang lainnya memiliki kepala sangat besar. Mungkin saja hantu itu benar-benar sudah berada di dunia manusia cukup lama, sekarang pertanyaan yang mengganjal di hati Tang Qian terjawab sudah.
"Lalu bagaimana dengan hantu-hantu yang berkeliaran di dunia manusia itu?"
"Diluar kewenangan Pusat Layanan Hantu, Polisi Hantu yang mengurusnya."
Hantu secara spesifik dibagi menjadi dua, hantu yang berkeliaran di dunia manusia dan hantu yang hidup di alam hantu. Kebanyakan hantu yang berkeliaran sudah tercemar oleh energi negatif, asal energi negatif itu adalah manusia itu sendiri. Mereka yang melahirkan kemarahan, kebencian, rasa iri, dengki, takut, gelisah, rendah diri, kesedihan, dan kekejaman. Para hantu akan menyerap dan memakan semua itu untuk bertahan hidup, oleh sebab itu lama kelamaan fisik mereka menjadi sangat buruk. Untuk mendapatkan asupan makanan terus menerus, mereka akan dengan sengaja mendorong manusia memiliki energi negatif itu.
Malam hari adalah waktu yang tepat, mereka akan membisikan kata-kata yang memacu munculnya energi negatif itu. Jika hati manusia kecil dan kosong maka mereka akan mudah dipengaruhi, hantu cenderung menjauhi orang dengan semangat yang tinggi karena mereka sulit untuk dipengaruhi.
"Apakah kau mau pangsit itu?" Tang Qian bertanya, ia menatap pangsit yang sengaja dihidangkan oleh Lao Li sebagai tambahan.
"Kau suka pangsit?"
Tang Qian mengangguk, selain suka makan ayam goreng ia juga sangat menyukai pangsit. Tang Qian kecil tidak diurus oleh ibunya, ia menjadi anak yang kurus dan jarang makan. Nenek samping apartemen yang tinggal sendiri sering memberinya pangsit.
Sejenak ekspresi Luo Yuzhou tampak kosong, tetapi ia kemudian mendorong mangkuk itu ke arah Tang Qian. "Makanlah."
Tang Qian tersenyum lebar. "Terima kasih!"
Luo Yuzhou terlihat memikirkan sesuatu.
.
.
Seorang wanita turun dari dalam taksi, ia mengenakan dress berwarna biru cerah dengan pola bunga putih. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai, penampilannya sangat lembut dan anggun. Wanita itu memasuki rumah sakit terbesar di kota ini, seorang perawat yang sudah senior berpapasan dengannya.
"Nona Guo Yiyi!" Sapanya dengan senyum merekah, tampaknya dia sudah mengenal baik wanita anggun ini.
Guo Yiyi memiliki mata bak kacang almond, bibirnya tipis dan tulang hidungnya ramping. Guo Yiyi mudah diingat karena wajahnya yang cantik itu.
"Selamat siang, apa kau sedang beristirahat?"
"Benar, anda sudah lama tidak terlihat."
Guo Yiyi tersenyum. "Saya bekerja akhir-akhir ini."
"Itu berita yang bagus!"
"Semoga pekerjaan anda lancar!" Perawat Fan merasa lega sekaligus bahagia. Tetapi ada hal yang perlu ia sampaikan. "Nona Guo?"
"Ya?"
"Minggu depan saya akan pensiun, mungkin ini terakhir kalinya kita akan berjumpa. Nona Guo, anda harus hidup dengan baik dan bisa melepaskan masa lalu." Perawat Fan mengusap bahu Guo Yiyi dengan lembut berusaha memberinya ketenangan.
Wajah Guo Yiyi menjadi sedikit sendu tetapi ia tetap berusaha tersenyum dan mengangguk.
"Terima kasih sudah merawat Guo Caicai selama ini."
"Dia adalah anak yang baik dan ceria, dia pasti sudah bahagia sekarang."
"Saya harap begitu."
Setelah berbasa-basi sebentar, Guo Yiyi melanjutkan perjalanannya menuju lantai tiga. Lorong panjang bertuliskan 'Bangsal Anak' dengan warna cerah dan memiliki lukisan beberapa karakter kartun kesukaan anak-anak, Guo Yiyi melangkah masuk. Ia mengepalkan tangan terlihat berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Guo Yiyi sudah sangat akrab dengan bangsal anak, baginya tempat ini sudah seperti rumah kedua untuknya. Adik kecilnya sakit sejak usianya dua tahun dan harus sering mendapat perawatan di rumah sakit, Guo Yiyi sangat menyayangi adiknya hingga selalu menjaganya. Apalagi setelah orangtuanya meninggal, Guo Yiyi yang merawat adiknya sepenuhnya. Tiada hari tanpa Guo Yiyi berdoa agar adiknya bisa sembuh.
Tapi itu tidak terjadi, adiknya meninggal tepat di ulang tahunnya ke lima dan itu menjadi pukulan sangat berat bagi Guo Yiyi. Ia kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam rentang waktu yang berdekatan.
Para perawat, dokter, dan petugas bangsal anak mengenalnya dengan baik. Selain karena Guo Yiyi lama berada di sini, paras dan sikap lembut Guo Yiyi membuatnya cepat diingat.
Guo Yiyi berpapasan dengan pria tinggi mengesankan, pria itu mengenakan jas dokter yang sangat akrab. Melihat Guo Yiyi pria itu juga terkejut.
"Nona Guo?"
"Dokter Zhao." Guo Yiyi mengembangkan senyumnya.
Zhao Xian adalah dokter yang merawat adik Guo Yiyi dulu, sejak kematian adiknya Zhao Xian terlihat menghindari Guo Yiyi. Sekarang Zhao Xian yang sudah lama tidak bertemu Guo Yiyi tentu saja terkejut, bertanya-tanya apa yang membuat Guo Yiyi datang? Walau begitu, hatinya tidak bisa menyembunyikan bahwa ia cukup antusias melihat Guo Yiyi lagi setelah sekian lama.
Pohon ceri tumbuh subur di pekarangan, itu cukup tinggi hingga mencapai lantai tiga. Batangnya berwarna coklat gelap sementara bunga merah muda cantik bermekaran, beberapa kelopak gugur terbawa angin lembut dan memasuki celah jendela yang tidak tertutup.
Rambut Guo Yiyi yang halus sedikit bergerak karenanya.
"Apa kabar, Dokter Zhao?"
Zhao Xian tersenyum kaku. "Ya, aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik." Walaupun bibirnya tersenyum tetapi matanya tidak menunjukkan itu, mata Guo Yiyi masih menyimpan kesedihan yang sangat dalam sebab ia masih belum sepenuhnya menerima kematian adiknya. Mata Guo Yiyi tertuju pada ruangan dengan lukisan bebek lucu pada dindingnya. "Itu kamar Caicai dulu."
"Ya, tidak banyak yang berubah disana."
Ini sudah sepuluh tahun, tetapi rasanya seperti baru kemarin semuanya terjadi.
Tiba-tiba Guo Yiyi membungkuk sedikit pada Zhao Xian.
"Nona Guo!"
"Saya hanya mengucapkan terima kasih, anda sudah merawat Caicai dulu. Saya belum sempat melakukannya dulu."
"Saya adalah dokter, sudah tugas saya untuk merawat Caicai."
"Tetap saja, terima kasih." Ulang Guo Yiyi dengan tulus.
Zhao Xian tidak tahu harus berbuat apa.