Chereads / Pusat Layanan Hantu / Chapter 15 - Bab 15 : Mandor Yang Kejam

Chapter 15 - Bab 15 : Mandor Yang Kejam

Tang Qian merasa tidak tenang, ia bergegas keluar dari Pusat Layanan Hantu untuk mencari pusat konstruksi yang dimaksud oleh Guo Caicai. Setelah agak lama mencari, Tang Qian akhirnya menemukan bangunan besar yang belum sepenuhnya jadi, masih berupa kerangka dan bangunan kasar. Tang Qian melihat puluhan hantu berlalu-lalang membawa benda-benda berat, wajah mereka tampak kelelahan namun teriakan mandor yang begitu galak mau tidak mau membuat mereka bekerja keras.

Mandor itu sudah agak tua, setengah kepalanya menghilang karena mungkin ia meninggal karena kecelakaan konstruksi. Mandor itu tetap prima, ia tetap berteriak sekeras yang ia bisa dan mengumpat tanpa henti.

Tang Qian mencari-cari Guo Caicai, ia melihat Guo Caicai sedang mengangkat balok-balok kayu yang bahkan jauh lebih besar darinya. Tubuh kecil Guo Caicai begitu rapuh, tetapi ia tetap bergerak sangat cepat mengikuti instruksi galak dari mandor yang berjaga.

Rasanya sangat aneh dan canggung melihat anak kecil melakukan pekerjaan seberat itu, jika Guo Caicai masih anak manusia maka mandor itu pasti sudah dituntut atas pasal eksploitasi anak dan mempekerjakan anak dibawah umur! Sayangnya di alam hantu usia sama sekali tidak penting, bisa saja hantu yang masih tampak muda ternyata sudah berusia ratusan tahun.

Langkah kaki Guo Caicai agak goyah, ia mencoba bertahan keinginannya sangat kuat hingga ia bisa melakukan pekerjaan seberat ini.

Tang Qian terus menunggu, waktu berlalu, dan akhirnya pekerjaan Guo Caicai selesai. Para pekerja berbaris untuk menerima upah, mandor berbadan tambun dengan setengah kepala yang hilang mulai membagikan satu batu arwah pada masing-masing pekerjanya.

"Satu batu arwah? Bukankah itu terlalu murah?" Tang Qian bertanya-tanya.

Untuk pekerjaan seberat dan selama ini hanya satu batu arwah? Itu hanya cukup untuk makan satu hari! Astaga, apakah alam hantu memiliki semacam serikat pekerja? Seharusnya ini bisa dilaporkan!

Guo Caicai tampak ragu-ragu mendekati mandornya. "Boss, bisakah aku meminjam empat batu arwah?"

"Hah? Apa? Untuk apa anak kecil sepertimu butuh uang? Kau ingin pergi ke tempat pelacuran? Hahahahaha!" Tawa mandor itu menggelegar, seperti mesin tua yang bobrok. Begitu memuakkan untuk didengar.

"Tidak! Bukan itu!" Guo Caicai menggeleng dengan panik. "Aku ingin menghubungi kakakku."

"Apa? Hei! Kau ini sudah mati! Untuk apa berhubungan lagi dengan orang yang masih hidup? Kau hidup miskin disini, pasti kakakmu sudah lupa padamu buktinya dia tidak membakar uang kertas untukmu atau membakar rumah kertas untukmu. Cih, bagi orang hidup orang yang sudah mati ya mati! Untuk apa bersikeras menghubungi mereka?!" Hardik mandor itu, beberapa pekerja lain tampak tidak setuju namun mereka hanya bisa diam. Toh mungkin yang dikatakan oleh mandor itu benar, jika orang hidup masih memikirkan orang mati bagaimana mungkin mereka tetap menderita seperti ini? Mereka adalah orang-orang yang terlupakan.

"Kakakku tidak mungkin melupakanku!"

"Aih! Keras kepala sekali, dia sudah melupakanmu! Kau ini sudah mati. Oh, kudengar kau sakit keras sebelum mati? Dia pasti membencimu karena menghabiskan banyak uangnya! Sadarilah posisimu, kau adalah beban sebelum mati. Jika kau menghubungi kakakmu lagi kau hanya akan menambah bebannya saja!"

Guo Caicai mungkin baru berusia lima tahun ketika ia mati, kosakatanya sangat terbatas hingga ia tidak bisa membela dirinya lagi. Ia hanya bisa menelan kata-kata menyakitkan itu dalam diam. Walau begitu, Guo Caicai tidak menyerah.

"Boss tolong-"

Mandor itu menjadi marah, ia meludah dan mengutuk keras. "Kau tidak lihat aku sibuk?! Aku sibuk! Pergi! Sebelum aku menghajarmu!"

Guo Caicai tidak gentar. "Tapi kau belum membayar gajiku yang lain!"

Pekerja lain juga merasakan hal yang sama, tetapi mereka takut mengatakannya.

Wajah mandor itu menjadi sangat jelek, ia meraung dan memukul Guo Caicai tanpa ampun. Pekerja lain ingin membantunya tetapi sekali lagi, mereka sama sekali tidak berani! Melawan mandor sama saja siap kehilangan pekerjaan. Mereka tidak seperti hantu lain yang masih memiliki keluarga yang bersedia membakar uang kertas untuk mereka, mereka harus berjuang keras untuk bertahan di sini.

Tang Qian melompat keluar ketika melihat keributan itu, cukup sudah! Mandor ini sudah sangat keterlaluan!

"Hentikan!" Tang Qian mendorong mandor itu, cukup kuat hingga mampu membuatnya terjungkal.

"Kau! Siapa kau? Kenapa tiba-tiba muncul?!" Mandor itu berteriak marah, setengah malu. Ia berusaha bangkit dan mencoba memukul Tang Qian, tetapi tentu saja Tang Qian bukan tandingannya.

Saat sekolah, karena miskin Tang Qian beberapa kali ditindas, Tang Qian tidak ingin direndahkan seperti itu. Ia belajar bela diri dan memukuli orang yang menindasnya, Tang Qian belajar bahwa tidak ada yang bisa membelanya dan ia harus membela dirinya sendiri. Semua usahanya berhasil, tidak ada lagi yang berani mengganggunya setelah itu.

Tang Qian memukulnya terlebih dahulu, mandor terjungkal sekali lagi. Kemarahan bagaikan semut kecil yang menggerogoti dirinya dan membuatnya gatal.

"Kau jangan berlagak menjadi pahlawan di sini!" Mandor mendengus bagaikan babi hutan yang siap menyeruduk musuhnya. "Oke, kau mungkin merasa menang bisa melawanku. Tetapi apa kau bisa melawan mereka?" Mandor itu menyeringai licik, ia bersiul seperti memanggil sesuatu.

Pekerja yang lain mulai ketakutan, Guo Caicai bangkit mencoba menarik Tang Qian. "Paman Petugas, ayo pergi! Kau tidak akan menang melawan mereka!"

Tapi terlambat, tiga hantu berbadan kekar muncul. Tatapan mata yang tajam dan mengerikan.

"Ada apa boss?" Tanya sosok yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok itu.

Dengan jari gemuknya mandor menunjuk Tang Qian. "Pukuli dia, dia membuatku kesal!"

Kelompok itu menatap Tang Qian dan tertawa, penampilan Tang Qian sama sekali tidak mirip dengan seorang petarung jadi mereka berpikir pekerjaan ini akan mudah.

"Menjauhlah Cai-er."

"Tapi Tuan Petugas…"

"Menjauh saja! Aku akan baik-baik saja!" Tang Qian menunjukkan senyum cerahnya yang meyakinkan Guo Caicai pada akhirnya.

Guo Caicai mengangguk, ia kemudian mundur dan menyemangati Tang Qian. Sementara itu Tang Qian berdiri dengan tangguh, ia sedikit menyipitkan matanya melihat ketiga lawannya. Tang Qian berusaha untuk mengukur kekuatan mereka dan mengatur strategi.

"Lebih baik kau menyerah saja, kami tidak tega memukuli pemuda lemah sepertimu! Hahahahahaha!"

Tang Qian tenang, ia tidak terprovokasi sama sekali.

"Aku tidak akan mundur."

"Kau yakin? Kami akan meremukkanmu hingga menjadi abu!"

"Lakukan saja, jika kalian bisa."

Tiga hantu itu menjadi marah, pria ini benar-benar harus diberi pelajaran! Berani-beraninya menantang mereka seperti ini! Mengeratkan gigi dengan penuh kebencian, mereka bersumpah akan melumpuhkannya.

Tang Qian tetap tidak merasa takut, ia mengepalkan tangannya kuat dan melirik Guo Caicai yang menatapnya dengan cemas. Anak itu bergumam semoga saja dirinya menang, hal ini menghibur Tang Qian.

Empat orang itu akhirnya maju dan mulai berkelahi dengan sengit.