Rei tertegun melihat wajah gadis itu dari dekat, begitu juga dengan Reina yang menatap wajah Rei karena tidak merasa asing.
"Kau siapa?" bisik gadis itu pelan.
"Aku koki baru, namaku Nicholas, makanlah selagi masih hangat!" ujar Rei yang ikut berbisik.
"Tolong aku Nicholas! Aku Putri Reina yang asli, yang sedang ada di kerajaan itu semuanya palsu!" jelasnya.
"Apa yang terjadi? Di mana Ayah dan Ibumu?" tanya Rei.
"Mereka hilang, ada makhluk yang sangat jahat yang sedang mengejar mereka, sedangkan aku di sini dijadikan kambing hitam oleh perdana menteri yang ingin berkhianat, tolong lepaskan aku Nicho!" pinta gadis itu memohon.
"Hei Koki! Kenapa lama sekali, kau mau sekalian masuk ke dalam sana!" ujar penjaga dengan garang.
"Aku harus keluar, tenanglah aku akan membantumu!" ujar Rei yang bergegas keluar sebelum penjaga semakin marah.
Rei sedikit mengerti apa yang sedang terjadi di istana ini, tapi untuk saat ini dia tidak bertindak gegabah. Di dapur istana Ewa Lani tampak sedang mendalami perannya, sepertinya gadis itu sangat menikmati menjadi staf koki karena Caterpi berkumis juga menyediakan makanan yang cukup banyak untuk para stafnya.
"Hei Nicho, sini coba ini, enak sekali!" ajak Arabella (nama samaran Ewa Lani) yang tampak melambai.
Nicho mendekat, dia mencoba mencicipi makanan aneh khas Caterpi yang ternyata memang enak. Sembari berpura-pura makan Nicho mendekati Arabella dan berbisik "Tawanan yang ada di bawah adalah Putri Reina!" bisiknya.
Arabella menepuk pundak Nicho seperti isyarat bahwa dia mengerti apa yang disampaikannya. Tiba-tiba Caterpi berkumis yang ternyata bernama Pak Antonie memberikan sekeranjang sayuran untuk dikupas oleh Nicho, bocah itu kembali ke posisinya sebagai staf pengupas sayur. Rombongan pengawal berbadan besar datang, mereka sepertinya akan ada perjamuan makan bersama nanti siang. Caterpi sebagai koki pendatang mendapat pesanan yang sangat banyak. Mereka memang bukan satu-satunya koki istana, tapi sebagian pengawal menyukai masakan buatan Caterpi.
Urusan Putri Reina akan didikusikan lagi nanti, tapi urusan memasak sepertinya harus dikebut. Ewa Lani dan Rei benar-benar bekerja keras hari itu, dapur Caterpi yang sedang mengoreng masakan tampak menyala dengan api besar seperti akrobat sirkus. Benar-benar chef yang luar biasa, kali ini Rei merasa ulat bulu gemuk berkumis itu sangat keren. Bagusnya saat masakan sudah banyak yang matang, Ewa Lani dan Rei lah yang diutus oleh Caterpi untuk menyajikan makanan itu ke meja para tamu dan para pengawal. Sungguh saat yang tepat untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya.
"Permisi Pak, hari ini ramai sekali apa setiap makan siang selalu seramai ini?" tanya Ewa Lani pada salah satu tamu.
"Ah tidak, hari ini Perdana Menteri memang ingin berpesta dan mengundang banyak tamu!" jelasnya.
"Lalu kemana Raja, Ratu dan para Pangeran?" tanya Ewa Lani mulai mengintrogasi.
"Ada, mereka sedang bermeditasi, keluarga kerajaan sedang melakukan Yosiva (pertapaan untuk menjaga kemurnian batu Atomic milik bangsa Iyork)!" ujarnya.
"Oh begitu, berapa lama meditasinya usai?" tanya Ewa Lani lagi.
"Entahlah, sekarang sudah 13 tahun sejak semua keluarga kerajaan pergi melakukan Yosiva, Perdana Menteri lah sekarang yang mengurus semua pemerintahan di Iyork ini!" jelasnya lagi. "Hei kenapa kau banyak bertanya? Mana makananku?" protes tamu itu.
"Hei Pelayan! Mana makananku?" tanya salah satu tamu yang lain juga.
"Iya sebentar Tuan! Makanan lezat akan segera datang!" jawab Ewa Lani yang langsung pergi mengambil makanan tambahan.
"Sementara Rei pun sama dia melihat kesana- kemari mencuri dengar, apa yang sebenarnya mereka perbincangkan, Rei mendengar seperti ada rencana penyatuan wilayah, tapi lengkapnya Rei tidak terlalu paham. Suara pengawal lantang terdengar mengumumkan kalau perdana menteri datang dan akan memasuki ruangan. Para tamu dan pengawal berdiri menyambut perdana menteri yang sedang mereka bicarakan dari tadi. Seorang laki-laki berambut hitam duduk di kursi pemimpin, dia tampan tapi auranya menakutkan. Rei merasa pria itu bukan sembarang orang. Pria itu menggerakan tangan yang mengisyaratkan para tamu dan pengikutnya untuk duduk.
"Hari ini aku mengundang kalian semua untuk merayakan persekutuan kita, menujukkan bahwa kita kuat dan bisa menyatukan Arasely. Bersulang!" ujar Perdana Menteri itu sembari mengangkat gelasnya.
Rei menatap Ewa Lani, sepertinya memang bangsa Devoj ingin memperluas wilayah.
"El Shavalon, Heraclion, Shambala, Asrak, Tritura, Urkesh, selamat bergabung dengan Iyork, untuk bangsa yang lain kita akan membuat mereka menjadi sekutu kita, kita cukup kuat untuk menaklukan semua daratan Arasely!" ujar pria itu dengan suara lantang.
"Hidup Perdana Menteri Clion Azazel! Hidup Perdana Menteri Clion Azazel!" suara para tamu dan penjaga bersahut-sahutan.
"Nikmati jamuan makan hari ini, mulai besok kita mulai perluasan wilayah ke Helike, siapkan pasukan dan tunjukkan kalau kita yang terkuat!" teriaknya penuh ambisi.
Rei yang mulai mengerti tampak mundur dan kembali ke dapur, sama dengannya Ewa Lani juga pelan-pelan kembali ke dapur istana dan duduk menunggu makanan yang akan diantarnya.
"Kenapa kalian murung bocah?" tanya Antonie si Caterpi berkumis. "Dulu saat Raja dan Ratu belum melakukan Yosiva di sini semuanya lebih damai, tidak seperti sekarang, entah mendapat perintah dari siapa Perdana Menteri mulai melakukan perluasan wilayah selama 13 tahun terakhir," jelasnya.
"Lalu apa yang terjadi pada keluarga kerajaan? Apa mereka benar-benar melakukan Yosiva atau menghilang?" tanya Rei berbisik.
"Entahlah Nak, mungkin sebaiknya kita tetap tidak tau agar kita selamat!" saran Antoni.
"Apakah perluasan wilayah itu berarti perang?, Apakah mereka memberikan pilihan untuk mau menerima persatuan atau tidak?" tanya Ewa Lani.
"Tidak ada, tidak ada kompromi dalam persatuan wilayah, menolak artinya perang! Itu yang kutau!" ujar Antonie sembari menata makanannya yang matang. "Kirim makanan ini ke meja, jangan sampai mereka menunggu dan membuat kita dalam masalah!"
Rei dan Ewa Lani bergegas, mereka mengambil makanan di nampan dan mulai mengantarkannya lagi. Tampak ada seseorang yang baru datang, memakai jubah hitam di belakang Perdana Menteri, Ewa Lani langsung terhenyak, gadis itu bisa merasakan aura seorang penyihir, kali ini seseorang yang mungkin juga mengenalinya. Ewa Lani segera menaruh makanannya di meja, mundur perlahan dan keluar dari acara perjamuan, dia segera kembali ke dapur sebelum dirinya terlihat. Hawa magis yang kuat, yang hanya dimiliki oleh penyihir terkuat di Arasely. Itu Beelzebub penyihir dengan kekuatan mengerikan yang dulu pernah bertarung melawan ayahnya. Penyihir yang sangat menginginkan kemurnian pohon Igdrasil milik hutan Carmella. Rei tidak melihat Ewa Lani di ruang perjamuan, dia mulai curiga dan mencarinya di dapur. Belum sampai di dapur Ewa Lani langsung menarik lengan Rei.
"Ayo kita pergi dari sini! SEKARANG!".
"Ada apa?" tanya Rei.
"Nanti kujelaskan!" ujarnya lagi.
Mereka berjalan keluar, mengemas barang-barang di penginapan dan keluar dari Iyork. Sekarang di gerbang tampak sekali pasukan yang sepertinya bersiap untuk peperangan besok. Penjaga yang melihat mereka mau keluar mencegahnya.
"Kenapa kalian keluar? tanyanya.
"Kami Koki, kami mencari bahan masakan untuk perjamuan, ada bahan yang habis di Iyork, kita mau pergi ke El Shavalon (salah satu negara sekutu Iyork) di sana banyak bahan rempah yang kami butuhkan!" jawab Ewa Lani.
"El Shavalon, oh iya di sana banyak bahan rempah, pergilah! Jangan pergi ke Helike kemungkinan di sana akan perang!" jelas penjaga yang menghadang mereka.
Ewa Lani dan Rei segera berjalan menjauh dari gerbang mereka tak menyangka mereka bisa keluar dengan mudah, tapi belum jauh mereka berjalan pasukan berkuda hitam menghadang mereka.
"Semua penduduk kota saat ini tidak boleh keluar, kembalilah!" ujar pemimpin pasukan itu.
"Kami ingin ke El Shavalon, ingin membeli beberapa rempah untuk perjamuan!" Ewa Lani mengulang alasannya.
"El Shavalon ada di barat, kenapa kalian pergi ke timur! Jangan bilang kalian mata-mata!" pria itu mulai curiga. "Rambut biru, aku tidak pernah melihat makhluk seperti kalian sebelumnya, kalian pasti bukan dari negara sekutu!" ujar penjaga itu sembari mengarahkan senjatanya ke depan wajah Ewa Lani.
Ewa Lani tersenyum, gadis itu memegang senjata penjaga dan membuatnya lunak seperti air. Dia menarik lengan Rei dan terbang tinggi ke udara membuat sinar biru di langit. Mereka terbang sangat tinggi dan seperti biasa gadis itu meniup peluit siputnya dan burung Roc yang bernama Grif langsung menyambar mereka dengan cepat. Penjaga tampak berteriak-teriak tapi sepertinya tak bisa mengejar Ewa Lani dan Rei yang dengan mulus pergi meninggalkan kota Iyork.