Chereads / Dunia Lain (Eine Andere Welt) / Chapter 14 - Kenangan Masa Lalu

Chapter 14 - Kenangan Masa Lalu

Di Hutan Hujan Kristo terbanglah empat binatang kecil mirip lebah ke arah Iyork. Binatang mirip serangga yang disebut Mosbeefly itu terbang membawa harapan Rei untuk keselamatan temannya. Kakek Linco ternyata sudah membuatkan Rei sarapan yang lezat , pria tua itu membakar umbi-umbian dan daging hewan pengerat berbentuk aneh yang terasa cukup enak di lidah Rei.

"Asalmu dari mana Rei, apa kau asli dari Gunung Carmella?"

"Aku dari tempat yang sangat jauh Kek," jawab Reinhard.

"Lebih jauh dari Gunung Carmella? Wah pantas saja kau sedikit berbeda, makan yang banyak Rei kalau kau masih lapar kita bisa berburu lagi nanti, di hutan ini cukup banyak makanan lezat, pasti sangat seru berburu bersama. Apa kau bisa berburu?"

"Tidak Kek, apa Kakek mau mengajariku?" tanyanya berharap.

"Baik! Kakek akan mengajarimu berburu, habiskan dulu makananmu, aku akan mengajakmu ke surganya Hutan Hujan Kristo nanti sore!"

(Kota Iyork)

Ewa Lani yang duduk diam di sel bawah tanah mulai merasa kesepian, tak ada yang bisa diajaknya bicara, tangannya terikat tak bisa bergerak bebas, dan tak ada kekuatan sihir untuk usaha pelariannya. Gadis itu mulai bernyanyi untuk mengusir rasa bosannya.

Pohon Igdrasil menggugurkan daun

Angin berhembus disudut telinga

Burung Roc membawaku terbang menuju langit

Tak ada kesedihan...

Jika kau lihat Gunung Carmella, kau akan tau dimana surga

Cantik, berkilau seperti matamu...yang kan menenangkan hatiku

Seorang teman kan membawamu terbang, melintasi awan, dan lautan luas..

Ada aku yang selalu disini menemanimu..

Suara merdu Ewa Lani terngiang di lorong sel bawah tanah. Gelombang nyanyian itu sampai di telinga penghuni sel bawah tanah lainnya yang kemudian menyahut lirik lagu yang sedang dinyanyikan Ewa Lani.

Seorang teman, berambut hitam yang cantik

Datang dari dunia yang jauh

Mengenalkanku akan arti sahabat

Persahabatan yang nyata dan indah

Di bawah Pohon Igdrasil,

Kita bermain dengan wajah yang riang

Melintas peri hutan dan turut bernyanyi

Hatiku tenang...semua ini karenamu

Ewa Lani terhenyak mendengarkan lagunya dinyanyikan seseorang di penjara bawah tanah.

"Anastasia! Apa itu kau?" teriak Ewa Lani.

Lagu yang dinyanyikan Ewa Lani adalah lagu yang dinyanyikannya saat bersama dengan Anastasia sekitar 20 tahun yang lalu. Hanya dia dan Anastasia yang tau lirik lagu itu.

"Aku bukan Anastasia! Aku putrinya Reina! Apa kau mengenal ibuku?"

Ewa Lani bergerak mendekati jeruji besi sembari ingin melihat siapa gadis yang mengaku putri dari sahabatnya. Dia melihat seorang gadis remaja bermata merah berambut emas juga seperti ingin mengetahui siapa orang yang menyanyikan lagu ibunya.

"Jadi kau Reina? Apa kau benar Putri Reina anak dari William dan Anastasia?"

"Iya Nona, siapakah engkau? Melihat dari rambut birumu apakah kau teman ibuku yang bernama Ewa Lani?" tanyanya berbisik.

"Iya, ini aku Ewa Lani, dimana Anastasia sekarang?"

"Entahlah, aku tak melihat orang tuaku sejak aku umur 5 tahun, sepertinya mereka pergi untuk melindungi sesuatu!"

"Rupanya dia masih saja menghilang, lalu bagaimana kau menghafal lagu itu?"

"Ibu sering menyanyikan lagu itu saat aku dan adikku akan tidur," jelasnya.

"Kau dan adikmu? Apakah kau anak kembar?"

"Bagaimana kau tau? Apakah kau pernah melihat saudara kembarku? Aku pernah melihat wajah yang sama denganku di Iyork! Apakah kau wanita yang terbang bersamanya di pasar?"

"Iya itu aku, sampai kemarin aku masih bersamanya, tapi sekarang tidak lagi, entah bagaimana nasib bocah itu di luar sana tanpaku," gumam Ewa Lani yang tampak khawatir.

"Apa yang terjadi padanya?" Reina penasaran.

"Para penyihir kota Helike menipuku dan menyerahkanku ke Iyork untuk usaha perdamaian mereka, bocah itu ada di Helike, tapi sepertinya dia akan diusir dari sana!" ujarnya

"Ya ampun, semoga dia baik-baik saja. Dulu aku terpisah dengannya sejak berumur lima tahun, Ibu membawanya pergi untuk melindunginya dari sesuatu yang jahat. Aku tinggal bersama penasihat kerajaan tapi dia terbunuh oleh anak buah Azazel. Aku pernah meminta tolong seorang penyihir untuk mencari adikku dan orang tua kami, tapi tetap tidak bisa ditemukan. Bagaimana bisa kau bertemu dengannya?"

"Entahlah, dia tiba-tiba muncul di depanku. Dia pernah bilang tinggal di tempat yang sangat jauh, entah bagaimana ceritanya sampai dia bisa datang ke Arasely.

"Nona Ewa Lani, kalau suatu hari kau bisa bertemu dengannya lagi, apakah kau bisa menyampaikan salamku? Aku adalah Reina kakaknya, kita kembar, aku tak yakin dia punya ingatan tentangku, tapi sebelum aku mati besok, setidaknya aku bisa bilang kalau dia punya kakak yang sangat merindukannya!"

"Mati besok? Apa maksudmu?" Ewa Lani kaget.

"Perdana Mentri Azazel akan memberikan hukuman mati untukku besok, seorang penjaga memberiku Bunga Arace tadi pagi. Bunga Arace adalah bunga yang dikirim untuk tawanan yang akan segera dihukum mati. Setidaknya jika kau bisa bertahan hidup, dan punya kesempatan untuk bertemu dengan adik laki-lakiku, aku mohon sampaikan salamku!"

"Aku tak akan membiarkanmu mati! Kau harus bertemu dengan Rei dan menyampaikan pesanmu sendiri!"

"Rei, iya Reinhard...Namanya Rei, dia benar-benar adikku!" ujar Reina yang mulai terisak sedih.

Ewa Lani tak tega melihat gadis cantik itu menangis, apalagi ternyata benar mereka berdua adalah anak dari sahabatnya Anastasia. Anastasia bangsa manusia yang pernah dia temui dulu sekitar 20 tahun yang lalu.

(Hutan Igdrasil (20 tahun yang lalu))

"Kyaaaaa...Ibu, Ayah....! Tolong aku! Siapa saja tolong aku!" teriak seorang gadis yang tampak histeris ketika binatang melata yang disebut Croconice mendekatinya.

"Hei, binatang itu tidak akan menggigitmu! Dia makan rumput!" ujar Ewa Lani yang muncul tiba-tiba di atas Pohon Igdrasil.

Melihat Ewa Lani bukannya malah tenang, gadis itu malah berteriak semakin menjadi-jadi.

"Kauu...? Kyaaaaaaaaa..!" lalu dia pingsan.

Ewa Lani yang bingung menggendongnya dan membawanya ke Istana Calestyn di Gunung Carmella.

"Kau apakan dia Ewa Lani?" tanya Calestyn.

"Aku? Emang aku apakan? Dia langsung pingsan saat melihatku!"

"Heem...pasti dia tidak pernah melihat makhluk seperti kita, lihat saja gadis ini bentuknya aneh, telinganya kecil, rambut dan kulitnya juga aneh. Apalagi baunya, ibu tidak pernah mencium bau makhluk yang seperti ini sebelummya," ujar Calestyn heran.

Ewa Lani mengamati badan Anastasia dari dekat, memang benar apa yang ibunya bilang, gadis itu aneh. Ewa Lani membuka mata Anastasia yang terpejam dengan jarinya, warnanya hitam. Mirip mata Calestyn saat tidur.

"Ibu mengapa mata Ibu dan mataku berbeda? Saat mata Ibu tidur berwarna hitam, sedangkan kalau bangun berubah keemasan, mengapa mataku tidak begitu?" tanya Ewa Lani heran.

"Itu karena ibu keturunan generasi ke 3 dari Dionne. Makhluk Arasely yang menikah dengan manusia akan mempunyai garis keturunan Dionne. Mata hitam ibu adalah keturunan dari genetik manusia!"

"Jadi, apa gadis ini manusia ibu?" tanya Ewa Lani polos.

Calestyn langsung melihat badan Anastasia lagi, mengingat-ingat bagaimana bentuk manusia yang pernah digambarkan oleh nenek moyangnya.

"Ewa Lani, sepertinya apa yang kauduga benar! Gadis ini MANUSIA!"

Sebuah awal pertemuan antara Ewa Lani dan Anastasia. Awal mula persahabatan yang terjadi selama 7 tahun di Gunung Carmella. Saat usia 20 tahun Anastasia pergi ke kota Iyork guna mencari portal untuk tujuannya kembali ke dunianya, lalu wanita itu menghilang, dan tidak pernah ada kabar tentang keberadaannya. Saat ini, untuk kali kedua Ewa Lani bertemu dengan garis keturunan manusia. Reina dan Reinhard yang kali ini akan dia lindungi meskipun harus bertaruh nyawa.

(Sel Bawah Tanah Iyork)

"Apa Nona Ewa Lani dan ibuku teman dekat?"

"Ya begitulah! Dia gadis paling menyebalkan yang pernah kutemui!" ujar Ewa Lani sembari tersenyum mengingat memori lama.

Tiba-tiba saat Ewa Lani dan Reina ngobrol ada getaran dari dasar lantai penjara tempat Ewa Lani ditahan, getaran itu sangat keras sampai memecahkan lantai penjara dan membuat sebuah lubang. Getaran itu menciptakan lubang besar di dasar lantai penjara, tapi anehnya tak ada penjaga yang datang dan mendengar keributan itu. Muncul sosok besar keluar dari bawah tanah. Seseorang yang membuat Ewa Lani sampai terhenyak melihatnya.