Burung Roc melesat terbang tinggi ke langit, dengan kuat berpegangan Rei membuka matanya yang terpejam karena ngeri dengan kecepatan yang menariknya ke atas langit. Burung raksasa bernama Grif itu sekarang terbang tenang di atas awan dengan langit yang kemerahan, sore hari itu Rei melihat mimik wajah Ewa Lani lebih dingin daripada biasanya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kita harus pergi sekarang?" tanya Rei.
"Aku melihat Floy Beelzebub, penyihir paling kejam di Arasely, meskipun dia tidak pernah melihatku, tapi kulit dan rambutku akan mengingatkannya pada kejadian 100 tahun yang lalu saat dia membunuh ayahku!" ujarnya penuh amarah.
"Penyihir! Apa dia sangat kuat?" tanya Rei.
"Dengan bantuan kekuatan dari Iyork dia sangat berbahaya!" ujarnya.
"Lalu kita harus bagaimana? Apa kita harus kembali ke hutan Carmella?" tanya Rei.
"Tidak, kita pergi ke Helike, aku mengenal seseorang di sana, kita harus memperingatkan mereka!" jawab Ewa Lani.
Grif mendarat di sebuah kota yang tampak sepi, matahari sudah tenggelam, langit gelap dengan awan kelabu yang menutup cahaya bintang. Kota itu berkabut, hampir tak terlihat apapun setelah mereka melewati gerbang yang entah mengapa terbuka tanpa penjaga. Ewa Lani dan Rei berjalan masuk perlahan, mata merah Rei mulai menyala dalam kegelapan.
"Kenapa sepi sekali kemana seluruh penduduk kota?" ujar Rei.
"Mereka semua masih ada di sini aku bisa merasakan hawanya, hanya saja sepertinya kita masuk ke perangkap mereka!" ujar Ewa Lani saat melihat panah berapi terbang sangat banyak ke arah mereka.
"Awas..!!!" teriak Rei.
Wuush...! Sebuah cahaya perisai berwarna biru muncul , memutari badan Ewa Lani dan membuat panah itu jatuh ke tanah tanpa sempat menyentuhnya.
"Aku bukan musuh! Aku saudara kalian!" teriak Ewa Lani menjelaskan.
Sekelompok pasukan keluar mengepung mereka berdua, sepertinya pasukan dari kota Helike sedang berwaspada terhadap siapapun yang datang.
"Siapa kalian? Tinggalkan Helike!" ujar salah satu pengawal.
"Sampaikan pada pemimpinmu! Ewa Lani penjaga Igdrasil ingin bertemu!" ujarnya.
Salah seorang pengawal pergi menyampaikan pesan gadis itu, beberapa saat kemudian mereka mempersilahkan Ewa Lani dan Rei masuk ke kota yang ternyata penuh dengan sungai dan kapal. Helike merupakan kota dengan transportasi sungai, jalan-jalan besar digantikan oleh sungai-sungai untuk perdagangan dan mengangkut banyak barang. Ewa Lani dan Rei dipersilahkan naik ke atas kapal kecil yang mengantar mereka untuk bertemu pemimpin kota Helike.
Mereka tidak menuju ke istana tapi ke sebuah kuil, bangunan berujung runcing dengan pilar-pilar kayu besar, lampu-lampu berwarna kuning mulai terlihat menerangi bagian dalam kota yang memang berkabut itu. Mereka diajak masuk ke dalam altar, tampak seorang wanita menoleh ke arah Ewa Lani dan langsung menyambutnya.
"Saudariku, apa yang mengirimmu dari jauh kemari?" tanya wanita bergaun hijau itu.
"Kiora, apa kau tau tentang rencana penyatuan wilayah yang dilakukan oleh Iyork?" ujar Ewa Lani. "Mereka akan menyerang kalian besok!"
"Aku sudah mendengarnya dari mata-mataku, jangan khawatir aku punya banyak pasukan dan penyihir untuk membantuku melawan serangan mereka!" jawab Kiora.
"Aku melihat Floy di sana! Setelah 100 tahun dia menghilang, aku melihatnya di kota Iyork siang tadi, aku yakin bisa saja dia dalang dari semua kekacauan ini!" jelas Ewa Lani.
"Floy! Penyihir gila itu? Apa yang dia lakukan di Iyork?" seketika Kiora tampak ketakutan.
"Aku akan membantumu mempertahankan kotamu ini! Setidaknya kita berdua masih bisa mengatasinya!" ujar Ewa Lani.
"Terima kasih saudariku! Siapa bocah yang bersamamu ini?" tanya Kiora saat melihat Rei yang matanya semakin merah.
"Dia temanku, dia orang yang bisa dipercaya namanya Rei!" jelas Ewa Lani.
"Selamat datang di kota Helike Rei, teman Ewa Lani adalah temanku juga, perkenalkan namaku Kiora, senang bertemu denganmu!" ujar wanita cantik dengan rambut keriting berwarna putih itu.
"Salam kenal Nona Kiora, aku akan membantu kalian sebisaku!" ujar Rei.
Malam itu mereka tidak bisa tidur dan mulai mengatur rencana, tapi tiba-tiba ada seorang mata-mata datang memberi laporan.
"Yang mulia Kiora! Pasukan Iyork berubah haluan, mereka tidak datang kemari, mereka menyerang kota Meguich, sekarang kota itu hancur dengan bara api! Sangat mengerikan!".
Ewa Lani dan Kiora kaget, mereka tak menyangka kalau Iyork merubah rencananya.
"Pasti Floy mengenali tanda biru yang kubuat di langit Iyork tadi siang, dia tau kalau aku akan kemari Kiora!" duga Ewa Lani.
Belum lama mereka berbincang, terdengar teriakan, seorang pengawal melapor bahwa ada keributan di gerbang kota Helike. Seorang penyihir datang dan menghabisi beberapa pengawal.
"Itu pasti Floy, Kiora! Pria itu kemari!" ujar Ewa Lani yang langsung terbang cepat disusul oleh Kiora.
Melihat kedua rekannya pergi, Rei ikut berlari mengikuti, kali ini larinya cukup cepat, hampir mengimbangi kecepatan terbang kedua rekannya. Semua penyihir kota Helike berkumpul di gerbang, mereka bersatu membuat perisai yang menghadang seorang penyihir berjubah hitam dengan aura keunguan gelap yang sedang mengacau di sana.
"Floy Beelzebub! Apa yang kau lakukan di wilayahku!" teriak Kiora lantang.
"Akhirnya aku bisa melihat pemimpin kota Helike, Nona Kiora si penyihir asap!" ujarnya. "Ah, aku juga harus memberi salam pada gadis berambut biru dari negeri jauh si penjaga Igdrasil!" kata pria itu melihat ke arah Ewa Lani.
"Apa maumu Pak Tua! Kami tidak membuat masalah denganmu! Kenapa kau membuat keributan!" teriak Ewa Lani dengan wajah dingin penuh amarah.
"Jangan marah gadis cantik, aku adalah teman baik ayahmu! Kau bisa menganggapku ayah juga bila kau mau!" tawar pria dengan wajah bertopeng ungu itu. "Aku tidak ingin mencari keributan, serangan ke kota ini sudah kupindah ke kota Meguich, aku harap kalian bisa mengerti maksud baikku!"
"Teman? Bagaimana seorang teman membunuh temannya? Kau hanya penyihir yang kejam! Jangan pernah bilang kalau kau teman ayahku!" teriak Ewa Lani tidak terima.
"Haha, ternyata kau tumbuh menjadi gadis yang cukup galak!" ujarnya.
"Jangan bertele-tele! Apa maumu Floy!" tanya Kiora.
"Bersatulah dengan kami, jadilah sekutuku, kita akan sangat kuat, aku akan menunjukkan dunia baru pada kalian dan kita bisa menguasai alam semesta yang bahkan belum pernah kalian lihat sebelumnya!" ujar Floy.
"Apa yang kau lakukan pada bangsawan Iyork? Mereka tidak mungkin melakukan Yosiva dalam waktu yang sangat lama!" ujar Ewa Lani.
"Wah, ternyata kau sudah banyak tau gadis cantik, aku sudah menyingkirkan mereka semua! Mereka tidak berguna! Iyork adalah milikku dan sebentar lagi Arasely juga yang akan jadi milikku!" ujarnya berambisi. "Ikutlah denganku, kalian sebagai pemilik kekuatan dan penjaga pohon keabadian kita akan membuat tatanan baru di alam semesta!".
"Jangan pernah bermimpi Iblis! Aku akan menghalangimu mendapatkan semuanya dengan segenap nyawaku!" teriak Ewa Lani yang langsung menyerang Floy dengan gelombang cahaya biru yang berubah menjadi panah berapi biru.
Anak panah biru melesat penuh dengan energi dasyat, Ewa Lani menghujani Floy Beelzebub dengan serangan yang ternyata tampak mudah dihindarinya. Ewa Lani dengan emosi menarik pedangnya, pedang yang selama ini ternyata tersembunyi di gelang tangannya. Pedang itu mengeluarkan kekuatan hewan besar, burung Phonix bercahaya putih keemasan keluar dari pedang Ewa Lani yang bersiap menghujam ke arah Floy. Pria itu bisa merasakan ancaman, dia mundur cepat dan balik menyerang. Tangan bercakar hitam itu mengeluarkan bola ungu yang dengan sekali sentilan bisa membuat badan Ewa Lani terhempas jauh dan menabrak pilar batu.
"Ewa Lani...!!" Rei berteriak, dia berlari mendekat dan segera menarik badan gadis itu menjauh.
Kiora menyerang Floy dengan kabut asap dan para penyihir lain mulai membuat perisai untuk perlindungan agar serangan Floy tidak berdampak parah. Mereka semua kualahan, pria jahat itu ternyata jauh lebih kuat dari apa yang mereka perkirakan.
"Sudahlah! Aku tidak sedang mencari keributan, aku ingin kalian bergabung denganku, mari kita buat dunia baru yang lebih baik nanti!" ujar Floy sembari melayang di atas permukaan tanah.
Kiora dan penyihir lain tidak menjawab, begitu pula dengan Ewa Lani yang tampak menahan sakit dari serangan yang mengenai pundak kanannya itu.
"Aku akan pergi sekarang! Seperti sebelumnya aku kemari menawarkan sebuah kerjasama! Aku tunggu berita baik dari kalian satu minggu ini dan untuk kau gadis berambut biru, kekuatanmu masih sangat lemah untuk bisa membalas dendam ayahmu! Jadi MENURUTLAH PADAKU!, HAHAHA!" ujar Floy tertawa keras sembari mengilang dengan sekali kibasan jubahnya.