Rei menatap Ewa Lani yang juga terlihat bingung ketika mengetahui Reina Putri negeri Iyork adalah anak dari William.
"Apa kau anak kembar Rei?" tanya Ewa Lani.
"Tidak, ulang tahun ku sudah lewat!" ujar Rei. "Hei, apa kau yakin kalau kita tidak salah orang?, mungkin ayahku William yang lain, ada ribuan orang bernama William di Bumi!" jelas Rei.
"Tapi di Arasely ini hanya satu! Ayo kita cari tau!" Ewa Lani mengajak Rei untuk berjalan mendekat, mereka penasaran dengan wajah Putri Reina dan bagaimana silsilahnya.
Suara dengung terompet gunung bergema, sebuah sayembara besar akan dimulai. Putri Reina sedang memilih kesatria terkuat di Arasely untuk menjadi pengawalnya. Tampak para makhluk aneh berbadan besar sedang mengantri untuk uji ketangkasan dan bertarung demi mendapatkan posisi bergengsi pengawal pribadi Putri Reina.
Ewa Lani dan Rei tampak kesulitan untuk mendekati mereka sehingga mengambil jalan memutar untuk mendekati singgasana tempat putri dan para pengawalnya menonton pertarungan.
"Apa kau melihat wajahnya? Apa mirip denganku?" tanya Rei.
"Sama sekali tidak terlihat, wajahnya terlihat jelas kalau kau naik ke arena!" ujar Ewa Lani.
"Arena..! Ke tempat pertarungan? Aku bisa mati konyol kalau naik ke sana!" protes Rei.
"Kau bisa langsung menyerah dan turun jika sudah melihat wajahnya!" jelas Ewa Lani.
"Kenapa semua idemu selalu tidak masuk akal Nenek Ewa!" protes Rei lagi. "Kau saja yang naik!"
"Hei, itu pertarungan para pria, wanita secantik aku pasti langsung di tolak," ujarnya berdalih.
"Aku tidak mau itu, itu sama saja bunuh diri!" tolak Rei.
Tiba-tiba ada raksasa hijau berbulu yang sangat besar bermata satu, dia membawa senjata semacam pedang yang gagangnya aneh dan melengkung panjang. Raksasa itu menerombol barisan penonton, sangat dekat dengan Rei yang tak sempat menghindar, jaket bocah itu tersangkut di gagang pedangnya sehingga Rei bergelantungan dan naik ke arena bersama monster itu. Untung saja kain penutup kepala Rei tak terbuka, sehingga penonton tidak bisa melihat rambut emasnya.
"Hei, turunkan aku! Turunkan aku!" teriak Rei.
Raksasa yang mendengar suara teriakan kecil mengangkat pedangnya tinggi, mengamati Rei yang berteriak-teriak lalu mencubit jaket Rei sembari menurunkan bocah itu di lantai arena.
"Maafkan aku makhluk kecil, aku tak bermaksud menggantungmu di pedangku!" ujar raksasa hijau yang ternyata sopan itu.
Rei minggir dari tempat pertempuran dan mencoba melihat dengan jelas seperti apa wajah Putri Reina. Ternyata gadis itu memakai topeng, topeng berwarna putih silver dengan ornamen bulu seperti sedang karnaval di bumi.
"Astaga, tetap tidak terlihat!" gerutu Rei yang berlari turun.
Ewa Lani yang tadi mengejarnya tampak menyambut Rei yang turun dari arena.
"Hei, boleh juga caramu naik ke arena!" ujar Ewa Lani menahan tawa.
Rei melihat rekannya tadi tertawa terpingkal saat Rei tak sengaja tersangkut di pedang raksasa hijau.
"Sepertinya selera humor Ewa Lani sama buruknya dengan selera fashionnya!" batin Rei yang kesal.
"Apa kau melihatnya? Putri Reina, apa kau melihat wajahnya?" tanya Ewa Lani penasaran.
"Tidak! Dia memakai topeng," ujar Rei menggerutu.
"Ah sayang sekali!" komentar Ewa Lani.
Rei berjalan keluar dari kerumunan, dia tidak mau kejadian konyol seperti tadi menimpanya lagi di dunia aneh yang sangat baru untuknya.
"Hei, mau kemana?" tanya Ewa Lani.
"Berkeliling, siapa tau aku bisa menemukan petunjuk dan mungkin sesuatu yang bisa dimakan!" ujar Rei.
"Okay, ayo kita belanja!" jawab Ewa Lani setuju.
Banyak makhluk yang sedang berjualan, bentuknya beragam, seperti melihat film alien yang berperan sebagai pedagang. Ada makhluk yang terlihat seperti ulat yang menggelikan sedang menjajakan makanan yang bentuknya aneh, ada juga makhluk yang tampak cantik berkilau dan menjajakan makanan yang terlihat lezat.
"Kau mau makan apa?" tanya Ewa Lani pada Rei yang tampak bingung melihat kesana-kemari.
"Aku mau itu!" sembari menunjuk makanan yang tampak lezat.
"Okay, kalau aku mau yang ini saja!" kata Ewa Lani membeli makanan dari makhluk serupa ulat bulu itu.
Ewa Lani dan Rei duduk dan membuka makanannya masing-masing.
"Apa kau yakin mau makan itu?" tanya Ewa Lani. "Makanan buatan kaum Dapne biasanya rasanya aneh!".
"Hei, makanan yang kau beli itu lebih aneh lagi!" protes Rei.
Tak pikir panjang Rei menggigit makanan yang tampaknya lezat itu dan "cuiiih!" dia memuntahkannya. Rasanya dominan amis dan tengik sangat tidak enak dan hampir tidak bisa dimakan dengan lidah manusia Bumi.
"Kubilang juga apa, coba saja yang ini, masakan kaum Caterpi biasanya bahannya sehat, dulu Anastasia juga menyukainya!" ujar Ewa Lani merekomendasikan.
Dengan ragu Rei mengambil makanan berbentuk kotak kemerahan dengan tekstur sedikit empuk dan berserat dari kantong makanan Ewa Lani, Rei mencoba menggigitnya, mengunyahnya dan menelannya.
"Wow! Ini seperti Rendang! Ini enak!" ujar Rei senang. "Tolong belikan satu yang seperti ini lagi, aku mau!"
Rei tak menyangka di Arasely dia masih bisa menemukan masakan yang rasanya hampir mirip seperti masakan dari Bumi. Ewa Lani beranjak pergi untuk membeli jajanan Rendang ala Caterpi sementara Rei sepertinya asik jalan-jalan dan melihat-lihat pasar street food ala monster dari dunia Arasely.
Tiba-tiba ada seseorang yang lari dengan cepat, tanpa sengaja menabrak Rei yang juga tak siap dengan benturan.
"Bruak...!" mereka bertabrakan.
Rei melihat wajah yang mirip dengannya pada orang yang saat ini sedang menabraknya. Sosok itu berdiri dan melanjutkan pelariannya, tanpa sempat berkata-kata Rei yang awalnya ingin bertanya sekarang sudah dikepung oleh sekelompok makhluk aneh berwajah menyeramkan.
"Kau tak bisa lari lagi, ayo ikut aku!" ujar makhluk serupa manusia serigala berbadan besar di depan Rei.
"Sebentar, sepertinya kalian salah orang!" ujar Rei mencoba menjelaskan.
"Mata merah, rambut emas! kau adalah Putri Reina! Tak salah lagi cepat tangkap dia!" perintah makhluk itu pada prajuritnya yang sama mengerikan.
"Okay baiklah, aku ikut denganmu tapi lihat itu!" Rei menujuk ke arah belakang makhluk jelek itu dan mengecoh lawan untuk menoleh.
Makhluk jelek itu menoleh kebelakang dan Rei lari dengan cepat, dia tak menyangka kalau tipuan khas aktor film action Bumi bisa berguna di Arasely. Para makhluk itu mengejar, Rei berkelit, menghindar dan masuk ke tempat-tempat sempit yang membuat para makhluk berbadan besar itu sedikit terhambat karena badan mereka memang cukup lebar.
"Ewa Lani tolong aku!" teriak Rei berharap temannya mendengar.
Makhluk itu mengeluarkan senjata seperti gada berduri dengan tali panjang yang saat di pukulkan talinya melompat dan mengikat apa saja yang melintas.
"Uwaaaaa! ini benar-benar mimpi buruk! Ewa Lani tolong aku!" teriak Rei memanggil-manggil nama temannya.
Rei naik ke atas atap, meloncat ke kanan ke kiri, meluncur terjun melalui atap kain dan jerami rumput. Pelarian yang sangat menegangkan, tak ada cara lain untuk menghindar selain meminta pertolongan Ewa Lani lagi dan lagi.
"Hantu Nenek Tua! Tolong aku!" teriak Rei kencang.
Sesuatu menyambar badan Rei dan membawanya terbang sangat tinggi ke langit, itu Ewa Lani dia menyelamatkan Rei kali ini.
"Sudah kubilang jangan panggil aku hantu!" protes Ewa Lani sembari melayang tinggi.
"Tapi, kau selalu tak menanggapi saat aku memanggil namamu!" protes Rei.
"Aku sedang melakukan transaksi pembayaran dengan suku Caterpi, kotak Giok mereka sudah penuh jadi aku menunggu mereka mengambil yang baru!" alasan Ewa Lani yang terdengar konyol di telinga Rei yang bau saja mati-matian berlari menghindari monster berkepala serigala.
"Ah sudahlah, aku tidak ingin berdebat, Ewa Lani aku tadi melihat seseorang yang sangat mirip denganku sedang melarikan diri, pasukan yang mengejarku tadi sedang ingin menangkapnya, tapi mereka salah paham karena wajah kami sangat mirip, apa kau tau, mereka memanggil dia siapa? Putri Reina...!! Mereka memanggilnya Putri Reina..!" jelas Rei pada Ewa Lani.
"Jadi bisa jadi Putri yang ada di arena itu putri palsu!" duga Ewa Lani dan Rei mengangguk.
Malam itu di kota Iyork, Rei dan Ewa Lani merasa benar-benar ada hal buruk yang terjadi pada keluarga bangsawan di Negeri Iyork. Hal yang bisa jadi adalah kekacauan besar yang akan segera muncul di Arasely.