Rei tertegun mendengar perkataan Ewa Lani, gadis berambut biru yang saat ini tampak serius dengan semua ceritanya. Dia berpikir kalau misalkan ayahnya benar-benar pangeran bangsa Iyork yang merupakan keturunan kaum Devoj terakhir, itu artinya masih ada kemungkinan kedua orang tuanya masih hidup. Rei akan sangat bersyukur kalau dugaan itu benar.
"Lalu apa rencanamu?" tanya Rei.
Ewa Lani mendekat dia berbisik tentang rencana ekstremnya untuk bisa masuk ke kota Iyork tempat banyak kaum yang berbeda tinggal. Sore itu rencananya mereka akan langsung berangkat, membawa bekal seadanya dan tentunya dengan rencana yang sebenarnya cukup konyol tapi tak ada salahnya dicoba.
Ewa Lani meniup kalung yang terbuat dari rumah siput kecil di lehernya, suaranya samar tapi menimbulkan gelombang yang bisa mengerakkan udara di sekitar. Sebuah burung besar datang dengan kepakan sayap yang sangat kuat, besarnya sekitar 1 buah bus sekolah. Mulut Rei melongo, baru kali ini dia melihat burung sebesar itu.
"Apa nama binatang ini?" tanya Rei tiba-tiba.
"Dia salah satu burung Roc, kuberi nama dia Grif, dia peliharaanku yang cukup jinak!" ujar Ewa Lani.
Grif menatap Rei yang terlihat asing, binatang yang katanya jinak itu punya aura monster yang tampak lapar setelah melihat keberadaan Rei.
"Hei Grid, kau kenapa? Dia temanku jangan dimakan! Dagingnya pahit!" kata Ewa Lani sembari mengusap lembut kepala binatang besar itu.
Ewa Lani naik ke punggung Grid, dan mengajak Rei untuk naik.
"Apa benar aman?" tanya Rei yang masih saja dipelototi oleh Grid yang akan dinaikinya.
"Sudah, naiklah! Grid memang begitu pada orang asing!" ujar Ewa Lani sembari menarik lengan Rei untuk naik.
Binatang besar itu mulai terbang, Rei segera berpegangan erat pada leher dan sayapnya. Grid terbang sangat tinggi, untung saja dia terbang dengan cukup tenang, pantas saja binatang itu dijadikan binatang transportasi di Arasely. Binatang itu terbang memecah awan, hamparan putih dengan birunya langit sangat indah dapat terlihat dari punggung Grif. Rei baru sadar kalau di Arasely bintang tetap terlihat bersinar walaupun siang hari. Sekitar 3 jam perjalanan di udara dengan kecepatan Grif yang hampir setara dengan pesawat penumpang itu.
"Kita turun di sini saja!" ujar Ewa Lani sembari memerintahkan Grif untuk terbang merendah, menurunkan mereka di padang rumput yang cukup luas.
"Turun di sini? Di padang rumput?" tanya Rei.
"Iya, karena di kota Iyork tidak boleh ada binatang bersayap besar melintas, mereka akan menembaknya dengan meriam api," jelas Ewa Lani.
"Apa tempatnya masih jauh?" tanya Rei.
"Dekat kok, sekitar satu jam terbang dari sini!" ujar Ewa Lani seakan lupa kalau rekannya tak bisa terbang.
"Hei, jangan bercanda! Aku hanya punya kaki!" jawab Rei.
"Tak apa kau bisa lari! Ikuti aku!" tanpa banyak omong Ewa Lani langsung terbang.
"Astaga gadis ini! Dia menyebalkan!" gerutu Rei yang berlari mengikuti arah temannya itu terbang.
Kaki Rei berlari melintasi padang rumput, bebatuan dan tanaman-tanaman aneh. Sesekali kakinya tersangkut pada tanaman sulur yang ternyata memang bisa bergerak dan mengikat kaki siapa saja yang lewat.
"Ewa lani tolong!" teriak Rei setelah tau tanaman aneh itu ternyata cukup kuat menarik kakinya.
"Dasar Dionne, apa kau benar-benar tak punya kekuatan! Coba kau gunakan mata merahmu! Bakar saja sulur itu!" saran Ewa Lani yang terlihat enggan menolong.
Rei mencoba konsentrasi, memicingkan mata, melotot , mengangkat alisnya tapi tak ada apapun yang keluar dari mata merahnya. Sulur tanaman itu semakin banyak, dan tiba-tiba muncul tunas besar dari dalam tanah, mekar seperti bunga tapi berlendir dengan ujung-ujung mahkota bunga yang lancip seperti pedang. Tanaman itu bersiap mencabik badan Rei dan menjadikannya makan sore yang empuk.
"Tidaaaak!" Rei berteriak sangat kencang.
Angin berhenti berhembus. Lalu ,"Duarrrr!" ledakan besar berbunyi nyaring, kekuatan besar berwarna ungu menghancurkan tanaman jahat itu berkeping-keping. Rei tertegun, dia tidak percaya kalau dengan teriakkannya bisa menghancurkan tanaman itu.
"Apa itu kekuatanku?" tanya Rei tidak percaya.
"Bukan, itu kekuatanku! Dasar Dionne lemah, ayo jalan, sebentar lagi sudah gelap!" kata Ewa Lani yang terbang kembali.
"Dasar hantu jahat! Tak berperasaan! Kalau dia kuat kenapa tak menolongku dari tadi!" gerutu Rei sembari mulai berlari mengikuti Ewa Lani.
"Hei, aku dengar suaramu! Jangan banyak mengeluh Dionne!" ucap gadis itu sembari mempercepat terbangnya.
Langit sudah gelap, sinar bintang tampak lebih banyak daripada siang hari tadi. Rei dan Ewa Lani berhenti, mereka menatap gerbang tinggi yang terbuat dari batu dan besi. Kota Iyork, kota tempat para bangsa Devoj tinggal. Kota di mana cerita pertemuan Anastasia dan William di mulai.
(Kota Iyork)
Ewa Lani mengeluarkan baju penyamarannya, ternyata rencana konyol mereka adalah dengan menyamar sebagai seniman keliling, lengkap dengan topi aneh dan alat musik. Rei merasa kalau pakaiannya lebih mirip badut konyol daripada seniman. Bangsa Iyork sangat suka bersenang-senang, oleh karena itu mereka sering mengundang seniman, musisi dan sirkus untuk menghibur di taman kota.
Rei dan Ewa Lani menuju gerbang Iyork. Pintu gerbang yang biasanya ditutup dan banyak pengawal saat itu dibuka lebar, tanpa pengamanan. Negeri Iyork yang menurut mereka menakutkan sedang terbuka untuk umum, lalu lalang para pedagang dan pendatang tampak riuh. Terlihat dari bentuk tubuhnya yang beragam jelas mereka dari kaum yang berbeda-beda. Beberapa pengunjung tampak melihat penampilan Rei dan Ewa Lani yang malah mencolok karena terlihat konyol.
"Hei, kota ini tak seperti apa yang kau ceritakan!" ujar Rei.
"Hem, mungkin karena aku jarang keluar" ujar gadis itu santai.
"Berapa lama kau tidak keluar?" tanya Rei lagi.
"Sekitar 13 tahun yang lalu!" jawabnya. "Tak kusangka dalam waktu singkat kota ini bisa banyak berubah!" ujar Ewa Lani sembari mencopot topi besarnya yang sangat mencolok.
"Hei, 13 tahun itu seumuran denganku! Memangnya umurmu berapa?" ujar Rei penasaran.
"Entahlah mungkin 215 atau 216 tahun, ah aku lupa pastinya," jawab gadis itu mengingat-ingat.
"Ah, ternyata kau hantu nenek tua! Pantas saja selera fashionmu buruk!" ujar Rei sembari mencopot beberapa atribut aneh di lehernya.
"Hei, jaga bicaramu! Bocah tak sopan, jangan copot topimu, rambut pirangmu tidak boleh terlihat!" Ewa Lani tampak kesal.
"Baiklah Nenek Ewa, akan aku lakukan semua petunjukmu!" ujar Rei yang ternyata tak mengurangi ketidak sopanannya.
Ada iring-iringan yang datang, sepertinya keluarga kerajaan bangsa Iyork berada dalam kereta kuda terbang yang ditarik oleh makhluk seperti gajah yang bersayap. Iring-iringan itu berhenti di taman kota. Seorang gadis berambut emas keluar dari kereta kuda, rambutnya keemasan berkilau dan panjang. Bangsawan keturunan Devoj memang punya rambut emas berkilau yang khas.
"Selamat untuk tuan putri Reina, semoga kesejahteraan dan kesehatan terlimpah untuk keluarga kerajaan!" suara rakyat di kota Iyork bersahut-sahutan.
Ewa Lani mencoba mencari informasi, ternyata hari itu adalah perayaan ulang tahun putri Reina yang ke 13.
"Selamat untuk Tuan Putri Reina putri dari Yang Mulia Agung William!" suara rakyat kembali bersahut-sahutan.
Rei menatap Ewa Lani, dia kaget setelah mendengar nama ayahnya disebut, karena bisa jadi putri yang di elu-elukan oleh rakyat Iyork itu adalah saudarinya.