(Siang hari, Iyork)
Ewa Lani yang dijadikan tawanan dibawa ke Iyork oleh Kiora dan para pengikutnya. Para penjaga berwajah serigala segera mengambil alih tawanan dan membawa Ewa Lani menemui Floy Beelzebub yang sudah menunggunya. Gadis yang kehilangan kekuatan sihirnya itu tak berdaya saat pengawal berbadan besar menyeretnya masuk dan didorong tersungkur ke sebuah aula utama Kerajaan Iyork. Floy berdiri tepat di depannya.
"Floy..! Dasar penyihir kurang ajar! Berani kau memanfaatkan temanku!"
"Hah...! Akhirnya putri cantikku datang kemari!" ujar Floy. "Temanmu sudah membuangmu! Itu kenyataannya!"
"Jangan membual Floy! Aku bukan anakmu!" sanggah Ewa Lani.
"Bagaimana kau bisa tau kau bukan anakku? Apa Calestyn tidak pernah bercerita tentang aku?"
"Ibuku sangat membencimu! Aku pastikan itu!" tegas Ewa Lani.
"Aku tak peduli dengan ayahmu! Putri dari Calestyn adalah putriku! Kau anakku!" bentak Floy.
"Hahaha...! Tak kusangka penyihir sepertimu hanya pria sampah yang haus kasih sayang! Ibuku tak pernah mencintaimu! Meskipun kau membunuh Ayahku, itu tak akan menutupi fakta kalau ibuku hanya mencintai Ayahku! Bukan Kau!"
"Beraninya kau!" sambaran gelombang sihir menghempas badan Ewa Lani.
"Akgggh.....!" Ewa Lani mengerang kesakitan, kondisi badannya sama sekali tak bisa dipakainya untuk melompat menghindar.
"Kau pria jahat! Pantas saja ibuku tak pernah mencintaimu!" ujar Ewa Lani semakin berani.
Floy diam, dia pergi meninggalkannya, tak meneruskan serangan dan juga tak meneruskan pembicaraannya. Hanya pengawalnya saja yang menyeret Ewa Lani lagi untuk dimasukkan ke sel bawah tanah. Kali ini ada gelang batu merah yang turut mengikat tangannya. Gelang itu menyerap semua kekuatan sihir. Jadi meskipun efek Pil Embun Pagi hilang Ewa Lani akan tetap sulit melarikan diri karena dia tak bisa mengembalikan energinya.
Brugg...! Ewa Lani dilempar ke dalam sel. Penjaga pergi dan kini dia sendirian di sana. Gadis pemberani itu mulai mencoba melepaskan gelang batu di tangannya. Tapi ternyata cukup sulit, gelang sihir itu menempel erat seperti lintah yang menyedot darah manusia. Dia lemas, apalagi dia baru saja terhempas gelombang sihir yang dihentakkan Floy. Dia duduk bersandar di dinding sembari mengkhawatirkan kondisi Rei, remaja cilik yang selalu bergantung padanya saat ini sedang ada di luar sana. Ewa Lani yang lemah, dia tertidur sendirian di sel bawah tanah.
Klang...! Suara gembok pintu sel bagian luar dibuka, tampaknya ada pengawal yang masuk untuk mengantar makanan. Sosok besar dan gemuk menggeliat masuk di lorong penjara, sosok menggelikan itu menaruh nampan makanan di depan sel Ewa Lani.
"Makanlah! Semua makanan yang kusajikan pasti lezat!" ujar sosok itu.
Ewa Lani seperti kenal dengan suara itu, dia memicingkan mata, mencoba melihat sosok besar si pengantar makanan di lorong penjara yang sedikit gelap.
"Antonie!" sapa Ewa Lani yang mengenali koki ulat bulu berkumis bangsa Caterpi.
"Siapa itu? Kau mengenalku?" pria itu melongok ke dalam.
"Ini aku!" Ewa Lani langsung menampakkan dirinya.
"Kau gadis kecil bermata cantik! Pantas saja kau tak pernah kerja, kau ditawan mereka? Apa yang kaulakukan gadis kecil?" tanya Caterpi gemuk itu.
"Entahlah, mereka memang sekumpulan orang jahat! Kebetulan salah satu dari mereka mengenalku dan menangkapku!"
"Emm, apa itu yang di tanganmu? Ah, aku tau rupanya kau penyihir ya gadis kecil, apa mungkin penyihir kepercayaan Azazel yang menangkapmu?"
"Ya begitulah, dia memaksaku bergabung dengannya lalu aku menolak,"
"Kau memang pemberani gadis kecil, tenang saja makan yang banyak, makanan sehatku akan mengembalikan semua energimu,"
"Tapi, gelang batu ini bisa menyerap energi penggunanya hanya penyihir kuat saja yang bisa memutuskannya!" jelas Ewa Lani.
"Ahahaha, itu yang diketahui para penyihir kami bangsa koki punya cara kami sendiri, tunggu saja aku pasti menyelamatkanmu! Selamat makan!"
Antonie segera keluar dari lorong penjara, menyapa penjaga yang tampak sangat akrab dengan pria gemuk itu. Sedikit ada harapan untuk Ewa Lani bisa bebas dari Iyork. Setidaknya saat ini dia juga punya teman bicara yang pintar membuatkan makanan enak.
Hutan Hujan Kristo (malam hari)
Rei yang berlari cepat jatuh terjungkal karena tersandung akar pohon. Dia jatuh terjerembab dan kakinya terkilir, sebelum dia sempat bangun binatang besar bertaring panjang itu menerkamnya.
"Akkkhgggg...!" Rei berteriak keras tapi teriakannya segera hilang ditelan malam.
Rupanya Rei pingsan, rasa takutnya membuat bocah itu pingsan saat itu juga. Pagi hari di Hutan Hujan Kristo terasa sangat hangat. Rei terbangun di atas selimut bulu lembut yang menghangatkannya dengan nyaman. Rei tak sadar, dan bermimpi itu selimut baru milik Bibi Laura tapi saat dia mulai ingat kalau dia tersesat di Arasely dia langsung berteriak.
"Akgggghhh...!"
Ternyata dia tidur di atas badan binatang besar berbulu hitam yang mengejarnya tadi malam. Binatang itu tidak memakannya, Rei malah dipeluk dengan sangat hangat seperti anaknya.
"Lepaskan aku..! Lepaskan..!" ronta Rei mencoba mengangkat tangan besar binatang yang memeluknya itu.
Tak mau melepaskan, binatang besar yang ternyata menggemaskan itu malah menjilati Rei seperti memandikannya.
"Hentikan..! Hentikan..! Kau membuat badanku berlendir! Iyuuuh..!"
"Lepaskan dia Scot! Kau membuatnya basah kuyup!" perintah seorang pria tua yang baru saja datang.
"Maafkan peliharaanku ya Nak, sepertinya dia sangat menyukaimu. Tadi malam kau pingsan, kuminta Scot menghangatkanmu, dia mengejarmu karena melihat sinar di mata merahmu yang sangat terang saat malam," jelas pria itu.
"Ah iya Kek, syukurlah ternyata di hutan ini ada penghuninya, siapa nama Kakek? Aku Rei, senang bertemu denganmu Kek!"
"Aku Linco, kau bisa memanggilku Kakek Linco!"
"Sedang apa kau kemari? Apa kau tersesat?" tanyanya.
"Aku ingin pergi ke Gunung Carmella tapi aku tak tau arahnya, sepertinya aku benar-benar tersesat!"
"Gunung Carmella, itu sangat jauh, kalau kau berjalan kaki dengan kakimu yang kecil itu bisa dua hari perjalanan," jelasnya.
"Ah, begitu ya" Rei menjadi patah semangat.
"Apa kau harus ke sana? Apa ada orang yang kau kenal di sana?"
"Aku harus menyelamatkan temanku yang di tangkap di Iyork. Dia berasal dari sana, aku ingin mencari bala bantuan,"
"Iyork? Jadi temanmu ditawan di Iyork? Sekarang orang Iyork memang suka menangkap orang, sepertinya mereka ingin memperluas wilayah!"
"Iya, itu juga yang sudah kudengar. Kami tak mau bergabung dengan mereka dan mereka menangkap temanku!"
"Apa kau menyimpan benda milik temanmu? Benda yang sering dia pakai, aku punya hewan peliharaan yang bisa mencari tau keberadaan seseorang dari baunya."
"Ada, aku membawa tas dan pakaiannya," ujar Rei.
Rei mengeluarkan pakaian yang dipakai Ewa Lani saat menyamar, Kakek Linco memanggil empat binatang kecil mirip lebah berwarna biru untuk mencium aroma baju milik Ewa Lani. Kakek Linco seperti berbincang dengan bahasa sihir, binatang kecil itu terbang tinggi menuju Iyork tempat mereka mencari Ewa Lani.