Diruang khusus, Sonia berpikir keras gimana caranya dia bisa berkenalan lebih dekat dengan Agus.
Tapi itu semua mustahil bagi Sonia, karena dirinya dengan Agus sangatlah berbeda, bagaikan langit dan bumi.
Sonia gadis yang urakan, dia juga terkenal murahan di cave nya, walau sebenarnya berita itu sama sekali nggak benar.
Sedangkan Agus terlihat sosok laki-laki yang pendiam, dan juga beriman.
Mana mungkin Sonia bisa mendapatkan laki-laki seperti itu.
Tok tok tok
Saat Sonia sedang memikirkan laki-laki idamannya, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk." Ucap Sonia sambil memutar kursi menghadap kearah pintu.
"Maaf, Mbak. Saya cuma mau bilang kalau ada karyawati baru yang akan bekerja di cave ini." Ucap manager cave kepercayaan Sonia.
"Kenapa ada karyawati baru? Bukannya cave kita tidak membutuhkan karyawati lagi? Kamu kan tahu, kalau yang melayani para laki-laki diluar itu hanya saya, dan khusus pekerjaan saya." Bentak Sonia pada managernya.
"Maaf, Mbak. Saya memasukkan karyawati baru karena karyawati yang biasa membuat kopi sudah resign." Jawab Manager Sonia sambil menunduk.
Manager Sonia bernama Vika, yang seumuran dengan Sonia.
Awalnya Vika hanyalah karyawati biasa, tapi karena kerjanya yang sangat jujur dan ulet, Sonia mengangkatnya menjadi manager cave.
"Yasudah, kamu sekarang keluar." Pinta Sonia sambil memutar kursinya membelakangi Vika.
"Mbak Sonia nggak mau melayani para laki-laki diluar? Cave sangat ramai loh, Mbak." Ucap Vika membuat Sonia semakin pusing.
Sonia tidak lagi bersemangat jika mendengar cave ramai pengunjung, karena dia sedang berpikir keras tentang Agus sang pujaan hati.
"Nggak, suruh saja karyawati baru untuk menggantikan pekerjaanku untuk sementara." Ucap Sonia yang membuat Vika mengangguk, setelah itu Vika permisi untuk kembali bekerja.
Padahal dalam hati Vika bertanya-tanya, kenapa bosnya bisa berubah seperti itu.
Biasanya bosnya lah yang paling bersemangat jika mendengar banyak pelanggan yang datang ke cave.
Sonia keluar dari ruangannya, dan melihat kearah meja yang paling pojok, yang tadi diduduki oleh laki-laki idamannya.
Tapi ternyata laki-laki itu sudah tidak berada di tempat, Sonia berpikir kalau laki-laki itu pasti langsung pulang setelah Sonia ke ruangannya tadi.
"Aku benar-benar bodoh, harusnya tadi aku meminta nomor ponselnya sebelum meninggalkan laki-laki itu." Lirih Sonia yang mengumpat dirinya sendiri.
Sonia kembali ke ruangannya untuk mengambil tas dan berjalan keluar dari cave.
"Mbak Sonia mau kemana?" Tanya Vika saat mengetahui kalau bosnya ingin pergi.
"Biasa." Jawab Sonia.
Seperti biasa, Vika selalu paham dengan kebiasaan Sonia.
Vika tahu kalau Sonia pergi dari cave karena sedang banyak pikiran, dan Vika juga tahu kalau Sonia pasti pergi ketempat biasa Sonia kunjungi disaat dia lagi stress.
Sonia mengendarai mobilnya dan berhenti di suatu tempat yang sangat sepi, dan hanya dirinyalah yang berada ditempat itu.
Danau.
Tempat yang biasa Sonia kunjungi adalah danau, tempat yang sangat sepi dan juga jauh dari perumahan.
Jika ada kejahatan di danau itu, pasti nggak akan ada orang yang mendengarnya walau berteriak sekuat tenaga sekalipun.
Tapi Sonia tidak pernah memikirkan hal itu, karena Sonia terlanjur merasa nyaman dengan tempat itu.
Tempat yang bagi orang adalah tempat paling angker, tapi bagi Sonia tempat itu adalah tempat ternyaman untuk membuang pikiran-pikiran yang sedang melayang dalam benaknya.
Plung
Suara air danau yang sedang ditumpuk oleh batu kecil.
Plung
Suara itu lagi-lagi terdengar oleh telinga Sonia.
Sonia pikir hanya dia yang sedang berada di danau itu, tapi ternyata ada orang lain yang juga berada ditempat itu.
Sonia tidak bisa melihatnya, karena disekitar danau terdapat semak belukar yang sangat panjang-panjang, lebih panjang dari tubuh manusia.
Sonia mencoba mengintip kearah orang yang menumpuk danau dengan batu kecil, dan Sonia sangat terkejut saat melihat siapa yang sedang berada di danau bersamanya.
"Laki-laki itu, ternyata disini juga." Lirih Sonia dengan senyum mengembang, setelah tahu jika yang sedang berada di danau bersama dirinya itu adalah Agus, laki-laki idaman Sonia.
Sonia mencari cara agar dia bisa mengobrol dengan Agus berdua di danau itu.
Tapi Sonia bingung, cara apa yang akan dia lakukan.
"Aaaa, tolong, ada ular, tolong." Teriak Sonia sambil berjingkrak-jingkrak seperti orang ketakutan, padahal itu hanyalah akal-akalan Sonia agar Agus menolongnya.
Tak lama akting Sonia berhasil, Agus langsung berlari kearah Sonia.
"Kamu?" Ucap Agus sambil menunjuk kearah Sonia.
Sonia tak perduli dengan ucapan Agus Sonia masih berjingkrak-jingkrak dan pindah tempat tepat dibelakang Agus.
Sonia menampakkan wajah takutnya, agar dia bisa lebih mendekat kearah Agus untuk minta perlindungan, padahal itu hanyalah modus belaka.
"Dimana ularnya?" Tanya Agus.
"Tadi disitu." Jawab Sonia asal sambil memegang sebelah tangan Agus dengan erat.
Agus sama sekali tidak sadar jika dirinya telah dibohongi oleh Sonia, sedangkan saat ini Sonia sedang tertawa dalam hati.
"Ularnya sudah pergi mungkin, Mbak." Ucap Agus sambil menyibak semak-semak untuk memastikan kalau ularnya sudah tidak ada.
"Makasih ya." Ucap Sonia sambil melepaskan pegangan tangannya pada tangan Agus.
Sonia sengaja melepaskan pegangan tangannya dari tangan Agus karena dia sudah punya rencana lain agar lebih dekat dengan Agus.
Sonia melangkahkan kakinya sedikit menjauh dari Agus dan dia berpura-pura terpeleset.
Agus segera menangkap tubuh Sonia agar Sonia tidak terjatuh.
Sonia lagi-lagi tertawa dalam hati, karena dia merasa menang untuk kesekian kalinya.
Sonia lebih mendekatkan badannya pada badan Agus, hingga buah dada Sonia sedikit menempel di dada Agus.
Dalam hati Agus juga ternyata diam-diam mengagumi sosok Sonia yang memang benar-benar cantik, hingga Agus sampai tidak sadar jika Sonia semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Agus.
Saat Agus merasakan kalau dadanya menubruk benda empuk yang sedikit kenyal, membuat Agus baru tersadar dari lamunannya dan segera melepaskan tangannya dari tubuh Sonia hingga membuat Sonia terjatuh.
Bugh.
"Aduh, kok dilepas." Protes Sonia saat pinggangnya merasakan sakit yang luar biasa akibat terjatuh.
"Ma... Maaf, Mbak." Ucap Agus yang sedikit gugup.
Agus hanya meminta maaf dan sama sekali tidak berniat membantu Sonia untuk bangun.
Sonia mengumpat kesal, karena rencana yang dia buat ternyata memakan dirinya sendiri.
Akhirnya Sonia bangun sendiri dan pergi dari tempat itu, meninggalkan Agus yang masih berdiri tegak.
Sonia berjalan kearah mobilnya dengan kesal, karena rencana yang dia buat untuk mendekati Agus telah gagal.
Dia merasa malu karena terjatuh didepan Agus tadi, apalagi Agus sama sekali tidak ada niat untuk membantunya bangun.
Sonia berniat mengendarai mobilnya kembali menuju cave, karena dia berpikir kalau dia bisa bersenang-senang dengan pelanggan laki-laki untuk menghilangkan rasa kesal dalam hatinya.