Sonia masuk kedalam mobil dengan hati yang masih dongkol.
"Aku akan menyusun rencana lain." Ucap Sonia sambil menutup pintu mobilnya dengan kasar.
Sonia mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, hingga tak butuh waktu lama mobil Sonia sudah sampai diparkiran cave miliknya.
Sonia berjalan masuk kedalam ruangannya dan membanting tasnya ke atas meja.
"Laki-laki bodoh." Teriak Sonia sekencang-kencangnya didalam ruangan.
Kebetulan ruangan Sonia dipasang kedap suara, jadi tidak akan ada yang mendengar teriakan Sonia walau Sonia teriak sampai suaranya habis sekalipun.
"Aku sudah secantik ini, tapi laki-laki itu masih menolak ku? Padahal selama ini tidak pernah ada laki-laki yang berani menolak wanita secantik aku."
Sonia masih berbicara sendiri, karena dia bingung dengan sikap Agus yang selalu mencoba menjauhi Sonia.
Sonia memilih keluar dari ruangannya menemui para pelanggannya untuk bersenang-senang menghilangkan rasa kesal pada diri Sonia.
"Hai, Cantik." Sapa salah satu pelanggan Sonia.
Sonia pun berjalan kearah laki-laki yang baru saja menyapa dirinya.
Laki-laki yang masih seumuran dengannya dan belum mempunyai seorang istri.
Laki-laki itu bernama Huda.
Laki-laki yang sangat tampan dan juga kaya raya, karena Huda adalah anak tunggal dari salah satu pemilik perusahaan yang sangat terkenal di kota.
Tapi sayangnya, Huda juga suka sekali bermain wanita, membuat Sonia merasa muak.
Awalnya Huda pernah berniat untuk menikahi Sonia, tapi Sonia berpikir dia kali sebelum menerima Huda sebagai suaminya.
Sonia berpikir kalau dia menikah dengan Huda, apa jadinya rumah tangganya nanti.
Sonia ingin mempunyai seorang suami yang bisa merubah segala kehidupannya yang buruk, dan Sonia sudah menemukan laki-laki yang masuk dalam kriteria suami Idaman Sonia, tapi sayangnya laki-laki itu susah sekali untuk didapatkan.
"Kamu kemana saja sih, Cantik?" Tanya Huda sambil sedikit memegang dagu Sonia, membuat Sonia merasa risih.
"Kenapa seperti tidak suka begitu? Bukannya biasa yang kamu suka justru lebih dari itu?" Tanya Huda dengan senyum mengejek.
Memang Sonia biasanya selalu menempelkan tubuhnya pada Huda, tapi kali ini Sonia merasa jijik jika berdekatan dengan laki-laki.
Dia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya berubah seperti itu, mungkin karena dia sudah menemukan laki-laki idamannya, makanya Sonia risih jika ada laki-laki lain yang menyentuh bagian tubuhnya, walau hanya memegang sedikit.
Lama-kelamaan Sonia jadi tidak nyaman berada di tempat itu, membuat Sonia pergi dari tempat itu dan beralih ke ruangannya.
Sonia benar-benar bingung, baru kali ini dia merasakan kegundahan dalam hatinya seperti sekarang ini.
Dia sama sekali tak merasa jika cinta bisa merubah diri Sonia.
Yang awalnya dia merasa nyaman jika berdekatan dengan setiap laki-laki, sekarang jadi merasa risih jika berdekatan dengan laki-laki, siapapun itu.
Sonia kembali keluar dari ruangannya dan duduk ditempat kasir, untuk melihat satu persatu para pelanggan yang berdatangan.
Sonia sangat berharap jika Agus kembali datang ke cave nya, tapi ternyata dia sama sekali tidak melihat kedatangan Agus.
"Mbak Sonia kenapa?" Tanya Vika yang melihat kegelisahan di wajah Sonia.
Karena Sonia sangat gelisah menunggu kedatangan Agus, Sonia takut kalau Agus tidak akan datang lagi ke cave nya gara-gara tingkahnya yang menjijikkan dimata Agus.
"Lagi menunggu seseorang yang data ke cave ini." Jawab Sonia tanpa melihat kearah Vika.
Sudah biasa Sonia menjawab pertanyaan Vika tanpa memandang ke wajahnya, lagian Vika juga tahu diri kalau dirinya hanya seorang anak buah, jadi dia tidak berharap besar untuk dihargai.
Sekian lama Sonia menunggu, tapi laki-laki itu tidak datang juga.
Sonia jadi merasa tidak bersemangat lagi untuk menjadi pelayan di cave nya, karena percuma saja, dia juga tidak bisa mendekati laki-laki seperti Agus.
Untung saja Sonia adalah pemilik cave, kalau dia benar-benar hanya seorang pelayan, pasti dia sudah lama dipecat karena kerjaannya yang tidak pernah benar.
Contohnya hari ini, dia hanya mondar-mandir masuk ruangan dengan pikiran yang amburadul.
Hingga hari berganti sore, Sonia masih menunggu kedatangan Agus yang tak kunjung datang, dia sama sekali tidak memikirkan perutnya yang kosong karena dari pagi belum diisi apapun.
"Mbak Sonia nggak pulang?" Tanya Vika yang hanya mendapat gelengan kepala dari Sonia.
"Tapi cave sebentar lagi mau tutup, Mbak." Lanjut Vika berucap.
"Biarkan cave tetap buka sampai malam." Perintah Sonia yang membuat Vika terpaksa mengangguk.
Vika sebenarnya juga bingung dengan tingkah Sonia yang tiba-tiba berubah sangat drastis.
Vika pergi dari hadapan Sonia untuk memberitahu pada pelayan yang lainnya kalau cave akan buka sampai malam hari, dan nggak cuma satu atau dua orang yang mengeluh, tapi semua pelayan mengeluh.
Karena mereka bekerja dari pagi, dan cave selalu ramai pengunjung, tidak pernah sepi.
Sonia masih setia mengintai pintu masuk untuk mencari sosok Agus, walaupun sebenarnya Agus tidak akan pernah datang ke cave itu lagi.
Semakin lama cave semakin sepi, karena biasanya jam lima sore cave sudah tutup.
Sedangkan sekarang jam tujuh malam cave masih buka, belum ada yang tahu kalau peraturan di cave sudah diubah oleh Sonia.
Sonia sudah merasa bosan, dan tubuhnya pun ingin segera diajak istirahat, tapi Sonia masih memaksa untuk menunggu kedatangan Agus.
Sonia berpikir kalau dia bisa menunggu besok lagi, jadinya Sonia menyuruh Vika untuk menutup cave sekarang juga.
Vika pun mengangguk dan mengumumkan pada para pelayan kalau cave sudah tutup.
Sonia masuk kedalam ruangannya untuk mengambil tas dan kunci mobil, setelah itu Sonia berjalan keluar dari cave dengan terburu-buru. Hingga saat didepan cave, Sonia menabrak seorang laki-laki yang dari tadi membuat pikiran Sonia menjadi kacau.
Sonia sama sekali tidak menyangka, kalau ternyata Agus datang ke cave nya juga.
"Cave nya sudah tutup?" Tanya Agus.
Sonia menjawab pertanyaan Agus dengan mengangguk pelan.
"Andai saja aku tadi mau menunggunya sebentar lagi, pasti aku bisa mengobrol dengannya didalam cave." Batin Sonia menjerit, gara-gara dia menutup cave disaat Agus datang.
Sonia memandang pada wajah tampan Agus, tapi hanya sekilas.
Karena Sonia lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya saat Agus balik memandangnya.
Jantung Sonia tiba-tiba berdetak lebih kencang dari biasanya, membuat Sonia terheran-heran.
Padahal Sonia sudah biasa berdekatan dengan laki-laki bahkan sering menempel pada pundak di setiap laki-laki yang masuk kedalam Cave nya.
Tapi kenapa saat bertemu Agus, jantungnya terasa ingin lepas dari tempatnya.
Sonia ingin sekali mendekati Agus, tapi Sonia takut jika Agus menolak seperti tadi.
"Em, mau masuk dulu?" Tanya Sonia dengan gugup.
Sonia belajar bersikap seperti layaknya wanita normal, tidak seperti biasanya yang kegatelan dengan setiap laki-laki, walaupun itu sangat sulit bagi Sonia.