Di pagi hari, Sonia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke cave seperti biasa. Padahal tadi malam dia sama sekali tidak tidur karena memikirkan Agus dan Mamanya.
Tapi Sonia tetap bersemangat ke cave karena dia ada tujuan lain, maksud kedatangan dia ke cave karena ingin mengorek informasi tentang Agus dan juga perempuan tadi malam yang mengajak Agus untuk pulang bareng.
Sampai didepan cave ternyata cave sudah buka, dan pelanggan juga sudah banyak yang berdatangan.
Sonia masuk kedalam cave sambil melihat kearah sekeliling, barangkali laki-laki yang selama ini hampir membuatnya menjadi gila ada didalam cave nya, tapi ternyata laki-laki itu tidak ada.
Jadi Sonia melangkah cepat menuju kedalam ruangannya, setelah itu memanggil Vika untuk segera menemuinya.
"Ada apa, Mbak?" Tanya Vika setelah masuk kedalam ruangan Sonia.
"Mbak Sonia kenapa terlihat sangat lelah? Matanya juga agak hitam seperti panda." Vika bertanya lagi, kali ini dengan ekspresi yang sangat terkejut saat melihat muka bosnya yang agak kusut hari ini.
"Kamu nggak perlu banyak tanya. Saya menyuruh kamu kesini bukan untuk kepo tentang saya." Jawab Sonia dengan jutek.
"Iya maaf, Mbak." Ucap Vika sambil menundukkan kepalanya.
"Karyawati yang kemarin kamu masukkan ke cave ini itu siapa? Apakah kamu kenal?" Tanya Sonia dengan tegas.
"Sekali lagi saya minta maaf, Mbak. Sebenarnya saya sama sekali tidak mengenalnya, tapi kemarin saya terima perempuan itu karena di dapur lagi ada keributan karena kekurangan karyawati." Jawab Vika yang masih menunduk, karena dia takut jika bosnya akan memarahinya gara-gara melanggar peraturan cave saat menerima karyawati baru.
Vika sudah tahu peraturan yang dibuat Sonia di cave itu, bahwa tidak ada yang boleh memasukkan atau menerima karyawati baru dengan seenaknya jika tidak mengenal atau bahkan tidak mengetahui asal-usul calon karyawati baru.
Padahal Sonia sangat ingin tahu tentang siapa perempuan itu, dan ada hubungan apa perempuan itu dengan Agus. Tapi ternyata yang didapat hanyalah zonk, Sonia tidak mendapat informasi apapun.
"Kamu dapat dari mana perempuan itu?" Tanya Sonia yang sibuk dengan laptop dihadapannya.
"Awalnya saya bertemu dia di sebuah toko yang lumayan besar, Mbak. Dia sedang bersedih karena kesusahan mencari pekerjaan, makanya saya tawarin untuk bekerja disini." Jawab Vika pelan dengan kepala menunduk.
Sonia hanya diam sambil mencerna jawaban Vika, bagaimana mungkin gadis yang tadi malam terlihat angkuh seperti itu bisa menunjukkan kesedihan dihadapan orang juga.
"Sekali lagi saya minta maaf, Mbak." Ucap Vika yang masih menunduk, sama sekali tak berani menatap pada bosnya. Karena Sonia juga sama sekali tak menanggapi jawaban Vika, membuat Vika jadi sangat merasa bersalah.
"Sudah, kamu kembali ketempat kerjamu sana." Usir Sonia, membuat Vika mengangguk pasrah, setelah itu pamit keluar untuk kembali bekerja.
"Apa lebih baik aku menyuruh Vika untuk memata-matai perempuan itu dan juga mengorek informasi tentangnya?"
"Tapi nanti pasti akan terlihat jika aku sangat bucin dengan Agus. No, harga diriku bisa jatuh jika aku ketahuan mengejar laki-laki, karena selama ini banyak laki-laki yang datang sendiri padaku tanpa aku mengejarnya."
****
"Kenapa Mbak Sonia jadi aneh begitu ya? Sudah beberapa hari ini aku melihat gelagat aneh dari Mbak Sonia."
Vika bingung dengan sikap bosnya yang tiba-tiba berubah, tidak seperti biasanya bosnya mengurung diri didalam ruangan.
Vika duduk ditempat kasir sambil mengawasi para pelayan yang sedang mengerjakan pekerjaannya masing-masing.
Vika mengarahkan pandangannya ke sana dan kemari untuk mencari seseorang yang dari tadi tidak terlihat sama sekali dalam pandangannya.
"Kemana perempuan itu? Sudah untung dikasih pekerjaan, tapi dia malah keluyuran seenaknya." Lirih Vika sambil memijit pelan pelipisnya yang terasa sedikit berdenyut.
Vika berdiri dari tempat duduknya untuk mencari perempuan itu. Perempuan yang baru diterima bekerja di cave karena Vika kasihan melihatnya bersedih. Tapi sekarang perempuan itu sama sekali tak terlihat di cave ini, sedangkan apapun yang dilakukan para pelayan di cave itu adalah tanggung jawabnya.
"Kemana pelayan baru itu? Kenapa dari tadi saya tidak melihatnya sama sekali?" Tanya Vika pada pelayan yang sedang menyeduh air.
"Maksud Mbak Vika si Della? Dia izin tidak masuk untuk hari ini, Mbak." Jawab pelayan itu.
"Kenapa dia tidak izin denganku?" Tanya Vika dengan nada marah, karena dia harus bertanggung jawab jika nanti bosnya bertanya tentang pelayan baru itu.
"Maaf, Mbak. Saya nggak tahu kalau dia belum izin. Saya pikir dia sudah memberi tahu Mbak Vika sebelumnya." Jawab pelayan itu sambil menunduk, karena takut terkena imbas dari kemarahan Vika.
Vika meninggalkan pelayan itu dengan hati yang sangat dongkol. Baru kali ini dia menemukan pelayan yang tak punya sopan santun. Baru beberapa hari diterima kerja sudah melunjak. Nggak masuk tanpa meminta izin ataupun memberi kabar sebelum dia tidak masuk.
Ini bisa jadi bumerang bagi Vika jika Sonia mengetahui hal ini. Karena Vika yang mengajak perempuan itu untuk bekerja disini, padahal dia juga sama sekali tak mengenal perempuan itu.
****
Sonia benar-benar kalut dengan pikirannya sendiri. Disatu sisi Sonia sangat ingin mencari tahu semuanya tentang Agus, tapi tetap saja dia harus mengorek informasi lebih dulu pada orang-orang yang dekat dengannya, termasuk pada perempuan yang menjadi karyawati baru di cave nya saat ini.
"Bagaimana mungkin Agus mau menikah dengan Mama, sedangkan dia sendiri lagi dekat dengan seorang perempuan saat ini?"
Sonia menggebrak meja dengan kasar karena berfikir kalau Agus ternyata tidak sebaik yang dia pikirkan.
Tapi perasaannya pada Agus sudah terlanjur mengembara, hingga membuatnya frustasi karena dia harus mengetahui hal yang paling menyakitkan, bahwa Agus ternyata adalah calon Ayah tirinya.
Sonia bukan lagi anak kecil yang akan mengalah, apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan, walaupun nantinya dia akan bersaing dengan Mama kandungnya sendiri.
Tak terasa hari telah berganti sore, Sonia sama sekali masih belum beranjak dari kursi yang ada didalam ruangannya.
Padahal dari tadi pagi dia sama sekali belum makan, bahkan perutnya sama sekali belum terisi apapun.
"Buat apa aku menyiksa diriku seperti ini hanya karena seorang laki-laki. Lagian aku sangat yakin jika suatu saat nanti aku yang akan mendapatkan laki-laki itu." Sonia berdiri dan melangkah keluar dari ruangannya untuk mencari makan, karena dia baru merasakan lapar, padahal cacing diperutnya sejak tadi sudah pada demo minta segera diberi makan.
Sonia keluar dari ruangannya dengan berjalan tergesa-gesa, karena dia punya riwayat penyakit magh, takut jika penyakitnya kan kambuh diwaktu yang salah, karena Sonia masih ingin menikmati hidupnya sampai keinginan menikah dengan Agus terlaksana.