Chereads / Menikah Sembilan Bulan / Chapter 17 - pernikahan

Chapter 17 - pernikahan

"Kenapa?" tanya Billy dnegan sorot mata penuh selidik dan intimidasi.

"Aku tidak mau membuat keluarga, dan hubungamu dengan wanita hancur karena pernikahan sementara ini," jawab Jesica.

"Sudahlah, jangan hiraukan wanita itu." Billy menganggap sepele Alexa. Menurutnya Jesica tidak perlu tahu sekarang hubunganya dengan Alexa serumit apa.

"Tapi…"

"Ssst…" Billy meletakkan jari telunjuknya di bibirnya memberi kode agar diam kepada wanita yang akan menjadi istrinya dalam hitungan hari tersebut.

"Keputusan yang sudah diambil tidak perlu di batalkan," imbuhnya.

Billy segera membawa Jesica masuk kesebuah toko sepatu ternama di dalam mall tersebut. Dengan melakukan itu Billy ingin meminta maaf kepada Jesica atas apa yang dilakukan oleh ibunya waktu itu.

****

Hari demi hari Jesica dan Billy semakin akrab.Billy meraskan ada yang berbeda dengan Jesica. Dia bukan gadis yang selama ini dia temui. Dia adalah gadis yanga sangat sedehana. Hal itu bisa di lihat dari cara dia memilih semua persiapan yang dia pilih.

"Lo nggak keberatan dengan acara sederhana ini?" tanya Billy saat menentukan gaun yang akan dia pakai.

"Enggak, toh juga pernikahan sementara," jawab Jesica.

Billy merasa kasihan dengan gadis di depannya itu. Tapi dia tidak ada pilihan lain. Bisa saja dia menuruti keinginan ibunya untuk meninggalkan Jesica begitu saja. tapi Billy masih memiliki hati, meskipun dia terkenal sangat angkuh. Berkat saran dan ucapan Robin tempo hari, Billy akhirnya menekan rasa angkuhnya dan menikahi Jesica.

Persiapan benar-benar sederhana, bahkan persiapan sudah mencaai delapan puluh persen sedangkan waktu tinggal dua hari lagi. Jesca dari kemarin memikirkan ibunya dan Bimo yang akan datang ke Jakarta esok hari. Jesica takut jika ibunya akan mengalami kesulitan saat berada di bandara.

Tok… tok….

Suara pintu terketuuk membuat Jesica yang ada di dapur berjalan cepat kearah pintu. "IBU!" seru Jesica saat melihat Ibu dan adiknya sudah berdiri di depan pintu . tanpa berfikir panjang lagi Jesica segera berry memeluk erat ibunya. Bimo yang berdiri di sampingnya hanya bisa menahan tangis. Dia tidak mau terlihat lemah di depan kakaknya.

"Ibu sama Bimo kok bisa sampai disini hari ini?" tanya Jesica dengan heran.

"Lah… kan suami kakak yang kirim tiket, katanya yang kakak kirim salah tanggalnya," jawab Bimo.

"Suami?" ulang Jesica.

"Iya, kemarin ada telepon dari orang suruhan suami kakak," jelas Bimo seraya menunjuk seorang pria yang tak jauh darimereka.

"Udahlah,penting kalian sampai sini dengan selamat," pungkas Jesica untuk mengakhiri perdebatan itu. Dia akan menanyakan kepada Billy atau Robin setelah memastikan Ibu dan adiknya istirahat. Robin masih terlihat sedang berbicara dengan seseorang.

"Jes!" panggil Dewi. Ia berjalan medekati Jesica yang hendak menuju dapur untuk membuat minum.

"Kenapa, Bu?" tanya Jesica

"Perut kamu…" Dewi hendak megusap perut Jesica yang terlihat sangat menonjol.

DEG!!!

"Jesica nggak lancer buang air besarnya. Bu," kata Jesica dengan cepat sebelum ibunya benar-benar menyentuh perutnya.

"Oh…"

Jesica berjalan dengan cepat dan segera ke dapur untuk membuat minun. Tangannya sangat gemetar dia takut jika ibunya tahu kalau dia hamil duluan.

****

Kabar datangnya keluarga Jesica terdengar oleh keluarga Wanda Admadja. Ia ingin sekali meremehkan keluarga Jesica. Namun, Billy yang hafal betul sikap ibunya menahannya untuk pergi.

"Ma, acara sebentar lagi. Bisakan jangan buat masalah?"

"Kenapa kamu bilang begitu sama mama?"

"Billy tahu kalau Mama mauke rumah Billy karena tahu keluarga wanita itu sudah datang."

"Terus, apa pedulimu?"

"Nggak ada. Cuma jangan sekarang ma kalau buat ulah."

Kepala rumah tangga Admadja, Ronald admadja mulai angkat bicara. "Benar kata Billy," katanya. "Mama bisa saja menekan gadis itu, tapi tidak dengan ibunya. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan ibunya saat tahu anaknya hanya menikah kontrak dengan Billy," imbuhnya.

"Memangnya ibunya siapa, kenapa kita harus takut dengan mereka," kata Wanda.

Ronald hanya menatap tajam istriny. Hal itu membuat wanda menjadi kikuk. Dia tidak berani lagi membantah suaminya saat sudah memberikan tatapan pedas itu.

****

Hari sabtu telah tiba, Dewi menemani anaknya yang sedang dirias. Ia sangat bahagia melihat anaknya hendak menikah dengan orang yang mapan. Dewi berharap kehidupannya akan jauh lebih baik. Jesica memasang senyuman palsu demi terlihat bahagia oleh ibu dan adiknya. Hingga akhirnya keluarga Billy datang. Hanya beberapa gelintir saja yang datang. Sempat membuat perasaan janggal di hati dewi melihat rombongan pernikahan hanya beberapa orang. Jesica segera menyadarinya "Keluarganya banyak yang sibuk, Bu. Jadi yang dating sedikit," bisik Jesica. Dewi mengangguk percaya ucapan anak perempuannya.

Seraya menunggu penghulu, Dewi dan calon besan duduk bersama. Namun, Wanda memberikan tatapan sisnis kepada Dewi.

"Ibunya Jesica ya?" tanya Wanda.

"Iya," jawab dewi dengan lembut.

"Sepertinya Jesica sudah biasa dengan kerjaan dapur," kata Wanda.

"Benar, dia sejak kecil sudah mandiri."

"Syukurlah, tidak perlu menyewa pembantu," kata wanda dengan ketus.

Dewi tersenyum masam mendengat perkataan besannya tersebut. rasa sakit seperti menancap dihatinya. Tapi dia menurunkan rasa marahnya demi kebehagiaan anaknya. Acarapun dimulai. Para penghulu dan saksi sudah siap.

Rasa deg-degan, takut dan cemas menguasai hati Jesica. Wajahnya yang telah dirias sangat cantik menjadi sangata pucat. Bibirnya terasa kaku, ingin sekali dia membatalkan peernikahan ini. Perasaan yang campur aduk membuatnya pusinga. Bahkan ia merasakan mual karena mencium aneka parfum di ruangan itu.

Penghulu mulai membacakan syahadat dan memulai ijab kobulnya. Billy menggenggam erat tangan penghulu itu dan mengikuti apa yang di arahkan olehnya.

"SAUDAR BILLY ADMADJA BIN RONALD ADMADJA, SAYA NIKAHKAN DAN KAWIN KAN ENGKAU DENGAN SAUDARI JESICA ALMAIRA BINTI BAMBANG DENGAN MAS KAWIN DUA KILO EMAS DAN UANG TUNAI DUA PULUH JUTA DI BAYAR TUNAI!"

"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINYA JESICA ALMAIRA BINTI BAMBANG DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI!"

"Bagaimana Saksi? SAH?" tanya penghulu yang masih menjabat tangan Billy.

"SAH…!" sahut serebtak para saksi dan seisi ruangan.

Perasaaan lega sangat terpancar dar raut wajah Jesica dan Billy. tangan Billy sangat berkeringat. Meskipun ini hanya perkawinan kontrak. Kebahagian juga terlihat dari wajah Dewi. Dia segera memeluk erat anak perempuannya, air mata tumpah. Dia tidak menyangka anak yang baru saja merantau kini sudah menjadi milik orang. Rasa rela dan tidak rela Tarik ulur di hatinya. Namun, melihat anaknya sagat bahagia, Dewi mau tidak mau tetap harus terlihat bahagia.

"Selamat ya," ucap para tamu undangan silih berganti. Jesica sangat pandai menyembunyikan rasa sakit yang dia alami. Dengan sahnya pernikahan ini maka kehidupan baru akan di mulai. Entah apa yang akan terjadi dengan dirinya setelah menikah itu akan dia pasrahkan. Yang terpenting ibu dan adiknya tetap tahunya dirinya bahagia. Jangan sampai mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.