Satu minggu berlalu, Jesica dan Billy mengantar Dewi dan Bimo pergi ke bandara. Dan satu minggu pula umurpernikahan antara Jesica dan Billy.
"Nak, ibu titip Jesica ya," kata Dewi sebelum memasuki bandara.
"Iya, Bu." Billy menggengap tangan jesica agar terlihat meyakinkan,
Dewi tersenyum tipis melihat tingkah malu-malu Jesica dan Billy. "Ya sudah, Ibu sama Bimo pergi dulu ya," pamit Dewi. Jesica bersalaman kepada dewi dan memeluk erat tubuh ibunya. Bergantian dengan Bimo, Bmo juga enggan sekali melepas pelukan kakaknya itu. Satu minggu serasa satu hari bagi bimo. Apa lagi kini kakak perempuannya sudah memiliki suami, sehingga Bimo akan merasa sungkan jika berbicara terlalu banyak dengan kakaknya. Nmun, disisi lain, Bimo juga senang karena Billy adalah seorang bos yang tidak mungkin membuat kakaknya sengsara atau kekurangan.
Dewi dan Bimo segera melakukan chek in dan menunggu keberangkatan pesawatnya. Jesica dan Billy menunggu pesawat yang di tumpangi oleh Dewi dan Bimo meninggalkan bandara Soekarno-hatta.
"Terima kasih atas sandiwara anda selama satu minggu ini," kata Jesica kepada Billy, tapi mata Jesica tidak bisa lepas dari pesawat yang mulai meninggalkan bandara.
"Aku melakukan ini karena ibumu," sahut Billy dengan datar.
"Terima kasih anda sudah peduli," ucap Jesica sebelum meninggalakn Billy begitu saja. Billy mengikuti langkah cepat Jesica. "Lo mau kemana?" tanyanya.
"Saya mau mulai mencari kerja," jawab Jesica dengan singkat.
"Kerja?" ulang Billy seraya menahan lengan Jesica.
"Iya!"
"Lo mau cari kerja dimana dalam keadaan hamil?"
"Dimanapun."
"Lo kerja di Billyon Group saja," kata Billy. "Lagian kita sudah membahasnya," imbuhnya.
"Saya tidak mau terlalu banyak hutang budi kepada anda," tolak Jesica dan melepaskan tangan Billy dari lengannya, ia segera meninggalakan Billy. dari kejauhan Billy melihat Jesica menghentikan sebuah taxi, tapi tidak ada yang berhenti. Billy segera mengambil mobinya dan menghampiri wanita keras kepala yang kini menjadi istrinya. "Masuklah!" ucap Billy.
"Tidak! Anda pergi saja dulu," tolak Jesica.
"Lihat antrian mobil yang mau keluar banyak," kata Billy seraya menunjuk bagian belakang mobil yang sudah terlihat beberapa mobil berbaris menunggu mobil milik Billy berjalan. Mau tidak mau Jesica masuk kedalam mobil milik Billy.
"Mulai besok masuklah bekerja, gue tahu lo pasti juga bosan kalau dirumah terus," ucap Billy.
"Tidak," tolak Jesica.
"Lo jangan keras kepala! Lo menikah sama gue karena mau mempertahankan anak ini, tapi kalau lo bekerja di luar sana apa yang akan terjadi nantinya?"
Seketika Jesica terdiam, menurutnya ad benarnya. Jika dia bekerja di perusahaan Billy masih ada tamen-temannya. Jesica mengangguk bersedia bekerjadi Billyon Group lagi.
****
Keesokan harinya Jesica sudah mulai bekerja, orang pertama yang melihatnya adalah Putri, teman satu devisinya. "JES!" seru Putri dan segera bergegas menghampiri Jesica.
"Lo Blik kerja lagi?" tanyanya.
"Iya," jawab Jesica singkat.
"Lo kemana aja sih?"
"kita semua khawatir loh sama kamu." Jesica harus mulai mengarang cerita untuk menutupi semua yang dia lami selama ini. Dengan cepat Putri memberitahu Ramdhan dan Mila agar segera berangkat bekerja. Karena Jesica sudah kembali.
Jam makan siangpun menjadi jam intogasi bagi Jesica. Ketiga sahabatnya mulai menanyainya atas menghilangnya dirinya. Jesica dikunci didalam ruangannya dan tidak di perbolehkan untuk keluar.
"Aku menikah!" kalimat pertama yang keluar dari mulutnya membuat ketiga sahabatnya tercengang. Terutama Ramdhan.
"Menikah?" ulang mereka bersamaan. Jesica hanya mengangguk pelan.
"Tapi…"
"Aku menikah karena sebelum di Jakarta aku sudah lamaran dan pacaraku bekerja di luar negeri, dan saat dia pulang dia maunya menikah jadi dia dengan tenang bisa bekerja lagi. Tanpa khawatir aku bersama pria lain," jelas Jesoca seraya melirik Billy yang sengaja lewat didepan ruangannya. Mila melirik kearah ramdhan, dia tahu pria itu sedang patah hati.
"Apapun yang terjadi, kita senang atas kembalinya kamu," ucap dengan wajah sendu.
"Tapi kenapa lo harus resign sih?" tanya Mila.
"Eh iya, bagimana bisa lo balik lagi ke kantor ini?" sahut Putri
"Pas aku sampai Surabaya, pak Eko menelepon salah satu dosenku, dia meminta nomor telepon adikku."
"Soalnya, aku nggak tahu kalau cuti harus berapa lama," jawab Jesica.
"Hpku jatuh pas sampai bandara, jadi semua kontak hilang pas aku servis," imbuhnya
"Maaf ya. Kalau aku buat kalian khawatir," ucap Jesica.
"Udahlah, yang terpenting kamu sudah balik lagi," pungkas Ramdhan.
Jesica benar-benar sudah menyiapkan kata demi kata hingga menjadi kalimat yang rapi. Temannya sampai tidak ada yang curiga dengan ceritanya. Kini hari demi hari mulai beraktifitas seperti biasa. Namun, baru sehari Jesica mulai bekerja sebuah pengumuman mengejutkan membuat seisi kantor heboh.
"Semua ruangan Devisi kini akan di buat satu persatu, jadi esok hari semua masuk ke ruangan baru masing-masing." Suara dari pengeras suara di setiap lantai kantor tersebut.
"Ih… kan nggak seru kalau kita pisah," keluh salah satu pegawai yang merasa keberatan dengan pengumuman itu.
Jesica dan kelompoknya hanya bisa bengong dan mengangkat kedua bahu. Mereka tidak tahu apa tujuannya mereka harus pindah ruangan. Jesica merasa ada yang aneh dengan peraturan baru ini, tapi dia tidak memikirkan terlalu dalam. Karena jam pulang sudah datang. Mila sempat menanyakan tempat tinggal Jesica yang baru, namun Jesica menutupinya.
***
Keesokan harinya Jesica datang ke kantor sangat pagi, karena dia tidur lebih awal dan bangun lebih awal, dia tidak ada kesempatan untuk berbicara dengan Billy. ia juga baru tahu jika Billy semalam pulang kerumahnya. Jesica mencari denah ruangannya yang baru. "HA!" Jesica terkejut saat melihat ruangannya pindah di depan ruangan Billy. "Apa-apan ini," gumam Jesica dengan kesal. Ia segera naik lift dan menuju ruangan barunya.
"Bener-bener aneh," gumamnya sesaat sebelum pintu lift terbuka. "Cuma dua ruangan yang disini!" Jesica duduk dengan kesal saat melihat papan nama sudah terpasang diatas mejanya. Hanya ada dua bagian yang di pindah dilantai itu oleh Billy. yaitu, Keungan dan sekertaris. Jesica kini tidak memiiki teman berbicara. Wajahnya masam. Ia sangat malas bekerja. "Ini semua demi kebaikan anda," bisik seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kaca itu.
"Pak Robin!" seru Jesica yang tersentak karena kehadiran Robin tiba-tiba. "Maksudnya apa, pak?" tanya Jesica.
"Pak Billy ingin mengawasimu secara langsung," jawabnya. Jesica hanya memberikan senyum masam dan kembali duduk dengan tenang. Melihat Jesica membuang muka Robin seketika meninggalakn ruangan Jesica.
Billy yang baru bangun melihat istrinya sudah tidak ada di rumah, ia segera bersiap untuk pergi kekantor. Pernikahan seumur jagung ini membuat Billy seakan enggan jauh dari Jesica. Belum ada alasan tepat untuk perasaan ini. Namun, dia merasa tidak tenang jika tidak melihat jesica di dekatnya.