tidak begitu lama pintu apartemennya terbuka memperlihatkan sosok Winda, Kenan langsung menoleh ke arah Winda yang berjalan ke arahnya
"Ken, kita keluar yuk" ajak Winda yang sudah berdiri di samping Kenan
"aku lagi malas keluar Win" tolak Kenan karena sekarang pikirannya sedang tertuju kepada Keyla
"ya ampun Ken, biasanya juga kamu tidak menolak kalau aku ajak pergi" jawab Winda yang sedikit kecewa karena kali ini Kenan menolak ajakannya
"lain kali saja karena hari ini aku benar-benar malas keluar"
Winda yang sedikit kecewa karena Kenan menolaknya hanya bisa pasrah karena dia tahu jika sekarang Kenan sedang tidak baik-baik saja apalagi dia melihat raut wajah sahabatnya itu yang tampak murung hingga tanpa menunggu lama dia segera mendudukan dirinya tepat di sisi Kenan
"apa kamu sedang ada masalah?" tanya Winda yang melihat ke arah Kenan yang tampak kusut
"apa bisa kita kembali ke Jakarta besok?" ucap Kenan yang tidak menjawab perkataan Winda
Winda sontak kaget karena Kenan mengatakan hal itu padahal selama ini Kenan tidak pernah membahas masalah itu selama Mereka di sana hingga membuat dia berpikir bahwa Kenan akan menetap di sana dan tidak akan mau kembali ke Jakarta
Kenan langsung membenarkan posisi duduknya hingga menghadap Keyla karena Keyla belum juga memberikan jawaban kepada dirinya, "apa kamu dengan aku berbicara?"
"kamu yakin akan pulang?"
"tentu saja, karena aku juga sudah rindu dengan suasana rumah"
"apa hanya itu alasan kamu atau ada hal lain?"
Kenan menarik napasnya karena dirinya sebenarnya mempunyai alasan lain hingga dia memutuskan untuk kembali besok, "aku ingin menemui Keyla dan ingin meminta maaf kepada dirinya"
Winda langsung membisu hatinya begitu sakit saat mendengarnya namun dia berusaha menyembunyikannya karena dirinya sadar bahwa Kenan ingin kembali pasti untuk bertemu dengan Keyla kembali hingga dia harus menyiapkan hatinya saat melihat pria yang di cintai-Nya bersama dengan wanita yang memang di cinta Kenan
"tapi kita tidak bisa kembali besok karena jadwal kamu masih padat sampai Minggu depan dan semua itu tidak bisa kamu tinggalkan begitu saja"
"apa kamu tidak bisa mengurusnya sendiri di sini?"
"Ken, bukan aku tidak mengurusnya di sini tapi semua agenda kita penuh itu mengharuskan kamu ada oleh sebab itu aku tidak bisa menggantikan kamu"
"baiklah tapi aku minta setelah semua urusan kita selesai di sini kamu langsung urus untuk kepulangan kita karena aku tidak ingin membuang- buang waktu lagi"
Winda hanya mengagukan kepalanya sebagai jawaban karena dia bisa melihat jelas kekecewaan di mata Kenan sedangkan Kenan langsung menarik napas panjang karena dia masih harus bersabar untuk bertemu dengan Keyla.
Hardi di buat pusing karena maminya berencana untuk menginap di rumahnya Hinga dia bingung jika sampai maminya tahu bahwa dirinya dan Keyla tidak pernah tidur dalam satu kamar tentunya hal itu pasti akan membuat maminya murka
dalam kebingungan tiba- tiba Adit yang melihat Hardi termenung sengaja mengagetkan sahabatnya itu hingga membuat Hardi kaget karena ulah Adit
"Lo gila?" decih Hardi yang sangat kaget akibat ulah sahabatnya itu
"sorry gue becanda, lagian Lo dari tadi gue perhatiin melamun terus memang sedang memikirkan apa? cerita sama gue siapa tau gue bisa membantu Lo"
Hardi langsung memasang wajah bingung di hadapan Adit hingga dia melupakan rasa kesalnya kepada Adit karena telah mengagetkan dirinya, tentu saja Adit merasa penasaran melihat sahabatnya yang biasanya marah namun kali ini justru ter banding terbalik hingga membuat dirinya penasaran
"Lo baik-baik saja kan Hardi?" tanya Adit sambil memerhatikan wajah Hardi yang terlihat bingung
"semua sedang tidak baik-baik saja sekarang gue dalam masalah" ucap Hardi sambil memijat pelipisnya
"Lo bicara apa? Masalah apa? apa ini tentang masalah perusahaan tapi semua gue sudah urus dan sudah selesai" sahut Adit yang langsung mendudukan dirinya karena dia menyangka bahwa Hardi masih memikirkan masalah tentang perusahaan
"ini bukan masalah itu tapi ada masalah yang lebih parah dari itu" jelas Hardi yang memikirkan nasib dirinya jika maminya sampai tau
Adit semakin dibuat bingung saat mendengarnya tentunya dia penasaran masalah apa hingga membuat Hardi seperti itu
"masalah apa? cerita sama gue siapa tau gue bisa memberi jalan keluar buat masalah Lo" pinta Adit yang masih
Hardi menghela napas seraya melirik ke arah Adit sejenak dia melihat wajah Adit sambil berpikir haruskah dia meminta saran kepada sahabatnya itu cukup lama dia berjibaku dengan pemikirannya sendiri akhirnya dia memutuskan untuk meminta saran dari Adit
Adit yang salah tingkah karena Hardi bukanya menjawab pertanyaannya malahan memandangi wajahnya tentunya membuat dia merinding karena berpikir yang tidak-tidak kepada Hardi
"jangan melihat gue seperti itu, sorry gue masih normal" celetukan Adit yang seketika membuat Hardi membulatkan matanya
"Lo gila, gue juga normal" ucap Hardi yang tau apa yang sedang ada dalam pikiran Adit
"siapa bilang Lo gak normal? lagian Lo melihat gue seperti itu wajar saja kalau gue berpikir kaya gitu" sahut Adit sambil menahan tawannya
"terserah Lo! mau berpikir apa karena sekarang ada yang lebih penting dan Lo harus bantuin gue"
"ya udah Lo cerita kan dari tadi gue bilang apa Lo punya masalah tapi Lo malahan diam saja sambil melihat gue kaya gitu!"
Mendengar itu Hardi Sebenarnya jengkel tetapi dia menahannya karena sekarang yang terpenting adalah bagaimana memecahkan masalah jika sampai maminya beneran datang dan menginap di rumahnya
"mami gue mau datang, itu yang membuat gue pusing" ucap Hardi yang kembali menyandarkan tubuhnya sambil menghela napas
Adit menaikan alisnya karena dia bingung mengapa Hardi mempermasalahkan kedatangan ibunya padahal seharusnya dia senang
"Lo itu aneh, harusnya Lo senang mami Lo mau datang. ini malahan Lo pusing" sahut Adit
"bukannya gue tidak senang mami datang tapi masalahnya dia akan tahu tentang pernikahan gue dan Keyla"
"Coba Lo perjelas lagi gue sama sekali tidak mengerti apa maksud dari perkataan Lo? bukanya mami Lo tau soal pernikahan Lo dan bukannya mereka yang menikahkan Lo tetapi kenapa Lo sekarang menjadi bingung?"
Hardi melirik ke arah Adit setelah mendapatkan jawaban itu tentunya dia paham mengapa Adit bisa berkata seperti itu kepada dirinya, "tapi masalahnya bukan itu Adit"
"iya terus apa?"
"karena mami pasti tahu kalau pernikahan gue dan Keyla hanya sebatas Formalitas di depan mereka dan gue tidak bisa bayangkan kalau sampai orang tua gue tahu dan orang tua Keyla tahu pasti mereka akan murka" jelas Hardi seraya memijat pelipisnya