satu Minggu berlalu Keyla yang sudah siap berangkat ke kampus segera melangkah keluar kamar dan dia segera berjalan menuju ruang makan tidak ada yang berubah dalam hidupnya setelah pertunangannya dengan Hardi karena baginya ada atau tidak adanya Hardi tetap saja baginya
"pagi bu, pagi ayah" sapa Keyla kepada kedua orang tuannya dan langsung menarik kursi dan mendudukan dirinya di hadapan kedua orang tuanya
"bagi ndok" sahut Heni yang langsung mengambilkan sarapan untuk keyla
"kamu masih kuliah? apa Hardi mengizinkannya?" tanya Hendra yang segera menoleh ke arah indah yang sudah duduk di hadapannya
"iya yah, Hardi masih mengizinkan aku untuk kuliah lagi, lagian aku senang jika masih melanjutkan pendidikan aku ditambah jika kelak aku lulus aku bisa bekerja dan membatu Ayah serta ibu"
"tapi ndok kamu itu tidak bisa seperti itu ibu dan ayah senang mendengarnya tapi kelak jika kamu menikah semua harus atas Ridho suami kamu jika kelak suami kamu meminta untuk menjadi istri yang berada di rumah maka kamu harus menurutinya"
"iya Bu Keyla paham tapi aku sudah membicarakan itu dengan mas Hardi dan dia tidak keberatan"
"syukurlah kalau nak Hardi menyetujuinya tapi ingat ibu tidak ingin jika kamu melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Hardi"
"benar yang di katakan ibu kamu"
Keyla hanya mengangguk seandainya kedua orang tuanya tahu mungkin mereka tidak akan berkata seperti itu tetapi Keyla berusaha untuk merahasiakan semuanya karena dia tidak ingin melihat kedua orang tuanya bersedih tidak apa jika demi itu dia harus menahan sakit dalam hatinya
di tempat lain Hardi begitu kesal karena semua pekerjaannya berantakan karena kecerobohan salah satu pegawainya, entah mengapa setelah Keyla masuk ke dalam kehidupannya semuanya tidak berjalan dengan benar hingga membuat Hardi berpikir bahwa Keyla alasan dari semua Masalah yang terjadi
"pecat dia dan pastikan dia tidak mendapat pekerjaan di perusahaan mana pun" ucap Hardi penuh kemarahan
"baik tuan akan saya lakukan apa yang tuan mau" sahut Adit yang tidak lain asisten pribadi Hardi
Hardi mendudukan dirinya dengan perasaan marah bagaimana tidak dia harus mengalami kerugian yang cukup besar karena hal ini di tambah dengan orang tuanya yang sudah mendesaknya untuk segera menikahi Keyla membuatnya semakin pusing
"kamu boleh kembali ke ruanganmu dan satu lagi jangan biarkan siapa pun mengganggu saya" pinta Hardi sambil memijat pelipisnya
"baik tuan, kalau begitu saya permisi" Adit segera membalik badannya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan kerja Hardi
Hardi segera menyadarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil memijat pelipisnya tidak begitu lama suara dering ponsel membuatnya membenarkan posisinya dan segera meraih ponsel yang ada di atas meja kerja saat melihat nama di laya ponselnya dia segera mengangkatnya
"halo mas" ucap Hardi saat sambungan telepon terhubung
"bagaimana kabar Lo? kabar mama dan papa gimana?" jawab pria di sebrang sana dengan suara khasnya
"mami dan papi baik tapi gue sedang tidak baik" sahut Hardi
"kenapa? apa karena perjodohan itu atau karena masalah perusahaan?" tanya Kenan
"jangan mulai mas, semua ini gara-gara mas coba saja mas tidak menolak saat mami dan papi akan menjodohkan mas dengan anak temannya mungkin gue gak akan menderita seperti ini" ucap Hardi sambil menghela napas panjang
"kenapa jadi gue yang di salahkan? memang gue belum pengen membuat komitmen dengan siapa pun apalagi gue sudah memiliki seseorang yang istimewa jadi masalah perjodohan itu tidak ada hubungannya dengan gue! bukannya Lo sendiri yang setuju?" jawab Kenan yang tidak suka adiknya menyalahkan dirinya
"udahlah tidak usah di bahas. tumben mas telepon?" tanya Hardi yang mengalihkan pembicaraan karena dia akan semakin pusing jika membahas tentang itu
"mas cuma mau bilang kemungkinan mas akan berada di sini selama 2 tahun jadi mas minta selama mas di sini tolong jaga papi dan mami" pinta Kenan karena dia akan cukup lama berada di luar negeri
"mas tidak perlu khawatir aku akan menjaga papi dan mami. ya udah kalau gitu gue tutup dulu teleponnya" ucap Hardi yang tanpa menunggu jawaban dari Kenan segera mematikan sambungan teleponnya sepihak.
di belahan negara lain Kenan berdecih kesal karena tingkah adiknya yang tidak pernah berubah dan selalu seperti itu tetapi dia merasa bangga karena adiknya sekarang sudah sedikit dewasa semenjak dirinya meninggalkan tanah air
dia segera masukan lagi ponselnya ke dalam kantong celana dan segera melihat ke arah meja dimana sebuah foto terpajang disana seutas senyum langsung mengembang di wajahnya
"setiap hari kamu tersenyum melihat foto itu, aku jadi cemburu" ucap seorang wanita yang baru saja melangkah masuk
"kamu ada-ada saja! kenapa cemburu kamu tahu kalau dia adalah belahan jiwaku" jawabnya seraya memalingkan pandangannya ke arah wanita yang sudah berdiri di hadapannya.
"karena aku mencintaimu" ucap Winda sambil menarik kursi dan mendudukan dirinya.
"kamu kalau bercanda bisa saja, oh iya bagaiman apa semua sudah selesai?" tanya kenan kepada Winda sahabatnya itu.
"sudah" jawab singkat Winda sambil menyodorkan berkas kepada Kenan.
Kenan segera meraih berkas yang diberikan Winda dan mulai mempelajarinya sedangkan Winda memerhatikan wajah pria yang selama ini dia cintai namun Kenan selalu menggapnya hanya teman bahkan setiap dirinya mengatakan bahwa dia mencintainya selalu saja di anggap sebagai candaan oleh Kenan.
keduanya memang berteman sejak kecil bahkan Winda tahu perjalan cinta antara Kenan dan juga Keyla bahkan dia pun tahu alasan Kenan pergi begitu saja meninggalkan Keyla semata-mata ingin membuat Keyla bahagia karena bisa melihat Kenan sukses tanpa bantuan orang tuanya.
Kenan yang sibuk dengan berkasnya tidak menyadari jika wanita di hadapannya terus memerhatikan dirinya, sebenarnya Kenan sadar dengan apa yang di rasakan oleh Winda kepada dirinya akan tetapi Kenan sudah berjanji akan tetap setia kepada Keyla dan dia sudah memiliki rencana jika kembali dia akan langsung meminang pujaan hatinya itu
"sepertinya ada yang harus kita rubah sedikit" ucap kenan yang sudah memeriksa berkas yang diberikan Winda
"tapi aku rasa itu sudah benar semuanya" jawab Winda yang merasa semuanya sudah benar.
Kenan mendorong berkas ke arah Winda sambil menunjuk salah satu point' dalam berkas itu yang menurutnya justru akan merugikan perusahaan mereka,l
"ini sepertinya akan merugikan perusahaan kita"
Winda segera melihat ke arah tangan kenan dan dia baru sadar jika point itu memang berpotensi membuat kerugian untuk perusahaan
Kenan sebenarnya tidak terlalu memikirkan soal itu saat ini karena pikirannya tertuju kepada Keyla wanita yang dia tinggalkan begitu saja hingga saat ini penyesalannya semakin dalam mengingat bagaimana dia pergi begitu saja tanpa alasan apapun yang dia berikan kepada Keyla.