Tiba-tiba secara spontan terdengar suara, "Aku mengatakan kakiku. Aku tidak menyuruhmu melakukan pijatan di bagian pergelangannya."
Selama lima menit, Zophie memijat tidak bisa bergerak naik lebih dari batas yang ada. Dirinya hanya memijat pergelangan kaki pangeran dan tawa pria bangsawan itu pun jatuh padanya.
Zophie memaksa tangannya untuk menjangkau betis seorang pangeran dengan menggunakan semua kekuatan yang bisa dia kerahkan, sekuat mungkin seolah dirinya menginginkan balas dendam. Berbeda dengan niatnya, pria itu justru memejamkan mata. Dia seolah menikmatinya dengan puas, merasakan kesejukan saat otot-otot yang tegang itu perlahan mengendur.
Pangeran kembali memerintahkannya, "Sekarang sudah menjadi mendingan di area sana. Selanjutnya kau bisa memijat pahaku."
Tangan Zophier terangkat atas perintah pangeran, "Lebih tinggi." Gadis itu dengan lugu bertanya, "Di bagian atas sana maksudmu?"
Pria bangsawan itu berpura-pura tidak tahu lalu meletakkan tangan Zophie yang menolak melangkah lebih jauh dari lututnya ke tengah pahanya. Sambil menutup matanya lagi, sang pangeran memerintah, "Jangan mencubit, berikan pijatan yang keras. Naik, naik, naik lagi."
Zophie yang hanya memiliki tenaga kentang terus berusaha mengepal tangannya kepada pria bangsawan itu yang terus meminta lebih. Sekali lagi dia berpikir perintah harus segera dilakukan. Oleh karena itu dirinya mulai menyentuhnya sejauh mungkin.
Saat dia menggosok pahanya yang kuat, sang pangeran menghembuskan nafas dengan normal dan pada akhirnya dirinya pun terlelap puas. Ketika Zophie terbebaskan dari kerja paksa itu, dengan lembut ia melepaskan tangannya, pangeran dalam posisi tidurnya seperti sadar lalu memerintahkannya untuk melanjutkan pijatan yang tengah dilakukannya.
Pada saat yang sama desahan Zophie menjadi semakin keras karena perintah pangeran untuk melanjutkan, sedangkan tangannya sudah tak ingin melakukannya lagi. Namun pada akhirnya pangeran jatuh dalam lelapan tidurnya, dan tak lama kemudian kereta akhirnya berhenti.
"Yang Mulia, kita telah sampai di tempat peristirahatan untuk hari ini," sahut Albert,
Baron Albert yang berada di dalam kereta perlahan membuka pintu gerbong yang ada dan dirinya bingung saat melihat sorang pelayan tengah memijat paha seorang pangeran. Pria bangsawan itu bertanya, "Apakah kita sudah sampai?"
Tak peduli kereta berhenti atau tidak, Pangeran Lucius Artorius yang pahanya masih berada pada tangan Zophie, menatap dengan acuh tak acuh pada kebingungan Albert. Matanya bahkan hampir keluar karena melihat pemandangan yang penuh dengan keheranan.
"Apa? Ya, ya… Yang Mulia," tegasnya mencoba bersikap fokus.
"Kau cukup menjawab diriku sekali, aku pasti sudah mengerti," tegur sang pangeran.
Dia tentu dapat melihat ekpresi bingung Albert yang terukir begitu jelas. Pria bangsawan itu menurunkan kaki yang sebelumnya dia letakkan di kursi seberang yang berada didepannya. Secara perlahan dia meregangkan dirinya dan dengan anggun turun dari gerbongnya.
Bertanya singkat, "Apakah itu penginapan di sana?" Sebuah jawaban spontan terdengar, "Ya, Yang Mulia."
***
Berbeda dengan bangsawan berpangkat tinggi lainnya yang tinggal di kastil penguasa setempat, seorang yang berada keluarga bangsawan biasanya mendapat perlakukan baik. Terutama saat mereka mengunjungi daerah-daerah tertentu.
Namun, previlage tersebut tak serta merta juga diterima oleh Pangeran Lucius Artorius. Dirinya merasa sangat kesal dengan adanya perbedaan perlakuan seperti itu. Mereka memperlakukan keluarga bangsawan dengan berbeda-beda lalu menjadikan kebiasaan itu sebagai budaya dan juga penguasa setempat senang menekan para bawahan.
Oleh karena itu sang pangeran tidak memberi tahu penguasa setempat atau bangsawan lokal mengenai kunjungannya nanti dan malah lebih memesan penginapan seperti ini. Karena sayangnya jika berita tentang kunjungan pangeran terdengar hingga ke telinga bangsawan lokal, maka penyambutan spektakuler akan di gelar secara tiba-tiba. Parahnya lagi sang penguasa hingga seluruh keluarganya akan segera mengunjungi penginapan miliknya.
Sang pangeran membuat gertakan seolah-olah dia telah mempertimbangkan ide dari Baron Albert. "Jika perjalanan ini gagal karena sesuatu datang mencegahku atau pun karena mendapat gangguan dari Keluarga William, maka kau harus benar-benar siap untuk pensiun."
Albert telah dilatih menjadi kepala pelyan rumah tangga dan bendahara agung sejak dia masih kecil. Pria itu hanya pura-pura tidak mendengar kata-kata yang sering diucapkan pangeran dan membuka mulut untuk mengeluh karena pangeran tidak mungkin ingin mendengar penderitaannya.
Dia merespon, "Tapi, Yang Mulia kalau keluarga bangsawan kerajaan memang berkunjung, maka kau harus memahami niat dan jalan pikir keluarga mereka yang sekedar datang untuk menyapa."
Sang pangeran menyeletuk, "Berhenti. Aku bersedia memberikan kelonggaran jika dia memang datang dengan hati yang tulus. Tetapi, aku tidak dapat memaafkannya jika dirinya mengatakan bahwa perbuatanya adalah bukti kesetiaan saat dia menawarkan putri pertamanya hingga putri yang paling bungsu padaku. Kau sendiri tahu bahwa mereka semua bahkan belum pernah memulai masa menstruasi bulanan pertamanya."
Albert tutup mulut ketika dia mendengar kalimat tersebut. Dirinya kembali mengingat mengenai hal yang telah terjadi ketika mereka melakukan perjalanan ke Kerajaan Artorius saat terakhir kali.
"Bagaimana dengan Joseph?" tanya sang pangeran memecah keheningan.
"Luka bakar di dagu dan lehernya terlihat sangat menyakitkan. Aku tidak berpikir dia akan dapat melayani dirimu untuk saat ini. Jadi, sepertinya pelayan pribadiku yang akan melayani dirimu Yang Mulia. Apakah kamu tidak masalah akan hal itu?" respon Albert.
"Untuk apa? Mengapa aku harus menggunakan pelayan milikmu ketika aku memiliki pelayanku sendiri? Katakan padanya untuk cepat dan persiapkan rutinitas mandiku," balas sang pangeran.
"Apakah kau serius, Yang Mulia?" tanya Albert untuk memastikan. "Apakah diriku terlihat seperti sedang bercanda?" Pria bangsawan itu langsung menegurnya.
"Tapi, tapi..." Albert melihat kembali pada pelayan dari Kediaman Artorius yang dia ajak dengan tergesa-gesa, saat pangeran melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang.
Zophie yang telah menunggu dengan tenang di sisi Baron Albert turun dari kereta dan langsung dikejutkan oleh kata-kata untuk menyiapkan mandi yang keluar dari mulut sang pangeran. Perintah Baron Albert datang ketika dia mencoba berdiri di sana, berpura-pura tidak tahu, dan dia ingin percaya bahwa itu tidak akan seperti yang dia pikirkan.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa kau tidak pergi ke sana sekarang untuk menyiapkan pemandian Yang Mulia ?" Teriak Albert pada Zophie, membuat gadis itu kembali menggerutu pada Maker yang telah membuatnya terlahir kembali di masa seperti ini.
"Tidak, haruskah aku mengutuk sang pangeran saja. Siapa yang harus minum teh tertentu saat mereka berada di dalam kereta?" pikirnya.
Setelah dengan puas mengutuk mereka berdua, dia dengan cepat beradaptasi dengan kenyataan seperti biasanya. Kepalanya kembali berputar, "Aku bahkan belum pernah melihatnya sekali atau dua kali, jadi tidak ada hubungannya dengan ini. Ya, itu bukan masalah besar. Tidak apa. Aku hanya membantunya mandi. Zophie, kau adalah pelayan Pangeran Lucius Artorius. Dirimu adalah seorang wanita profesional. Banggalah dengan pekerjaanmu sebagai seorang yang profesional."
**To Be Continued**