Chereads / Takdir Untuk Terlahir Kembali / Chapter 38 - Tidak Bisa Berpikir Tenang

Chapter 38 - Tidak Bisa Berpikir Tenang

Zophie lantas mengambil spons mandi, berhati-hati agar tidak mengalihkan pandangannya ke bak mandi sebab airnya terlalu jernih sehingga matanya jelas dapat melihat segala hal yang tak sedang ingin ia tatap. Sang pangeran anehnya mulai tersenyum sekarang pada pelayan itu. Gadis yang wajahnya berubah masam dan matanya terpejam rapat, melambaikan spons seperti senjata.

Sangat lucu melihatnya memegang spons dengan perasaan putus asa. Zophie terlihat tak berdaya sama sekali sehingga dirinya mungkin saja ikut terkena percikan air karena dia masih mengenakannya. Sayangnya pandangannya juga ikut kabur sebab uap tampak terhembus pada kaca matanya dari air panas yang ada di bak mandi. Sang pangeran hanya bersandar di bak mandi, menyaksikan pemandangan lucu itu sebagai hiburan tersendiri untuknya.

Peran pelayan yang berada di sekitarnya selalu diatur dengan benar. Pelayan laki-laki memiliki tugas untuk mengatur urusan tubuhnya, seperti: menyiapkan mandi untuknya atau mengurus pakaiannya, dan pelayan perempuan umumnya memiliki tugas untuk menyiapkan teh, mengantarkan makanan, dan menjamu tamu.

Suatu hari, pada waktu yang cukup sensitif, saat sang pangeran pernah mengganti seorang pelayan pria muda yang mengurusnya menjadi seorang pelayan wanita. Otomatis pelayan baru itu yang bertanggung jawab untuk merawatnya tapi, pelayan wanita itu malah melakukan tindakan tidak sopan.

Pelayan itu meraba-raba tubuh pria bangsawan secara tidak masuk akal, lalu meliriknya dengan pandangan mesra. Ketidaknyamanan dari pengalaman itu adalah rahasia yang hanya Pangeran Lucius Artorius dan Albert saja yang tahu. Hal itu yang merupakan penyebab dari para pelayan wanita terasa menyebalkan dalam pikirannya sendiri sehingga mereka sering berakhir dipecat.

Terlepas dari perasaannya kepada orang lain, wanita yang berada disekitarnya selalu berusaha untuk berpegang teguh dan mendesaknya untuk berhubungan. Jelas hal tersebut hanya akan dianggap sebagai tindakan pelecehan yang keji. Sang pangeran tahu lebih baik daripada siapa pun bagaimana rasanya ketika dia selalu menjadi sasaran tindakan yang tidak senonoh oleh orang yang tidak diharapkan.

Pangeran Lucius Artorius memiliki prinsip bahwa sekalipun dia berstatus keluarga kerajaan, dia tidak akan memaksa atau membiarkan orang lain untuk memaksakan dirinya pada seorang wanita. Hubungan intim hanya terjadi jika mereka sama-sama saling tertarik.

Hanya ada satu kriteria baginya untuk memilih seorang wanita yakni, hubungan dewasa yang tidak membebani satu sama lain dan juga bisa bersikap rasionalitas ketika putus kalau salah satu dari mereka meminta lebih atau menginginkan hal yang diluar kesepakatan. Wanita yang menjadi kekasihnya tidak dipilih dari penampilannya.

Pria bangsawan itu hanya memilih wanita yang paling tidak banyak keinginanya dari semua orang yang di sekitarnya. Kesepakatan utama adalah mereka takkan mencari peluang serta berjanji untuk tidak meminta cinta dan bergantung masa depan padanya.

Namun begitulah, sekarang Pangeran Lucius Artorius seperti sedang mencibir, sambil memberikan perintah untuk memandikannya kepada pelayan yang ada di depannya. Pelayan itu sangat tidak biasa sejak awal. Dia sangat kasar sehingga dia tidak pernah bisa menunjukkan rasa hormat yang tepat untuk tuannya.

Sikap acuh tak acuh serta tidak tertarik pada statusnya sebagai keluarga kerajaan atau parasnya yang tampan adalah hal unik yang justru menarik minat sang pangeran untuk mulai mendekatinya. Selain itu, rekomendasi Albert juga sebenarnya bertentangan saat menyebutkan bahwa Zophie orang yang tulus dan bijaksana.

Sang pangeran menyadari bahwa gadis itu diam-diam menunjukkan emosinya setiap kali dirinya memberi perintah untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin pelayan itu lakukan, dan mencoba untuk menghindari melakukannya kapan pun pelayan itu bisa.

Wajahnya yang tampak diliputi oleh rasa amarah tatap melakukan hal tersebut. Tapi, pria bangsawan itu tidak tersinggung sama sekali dan justru malah merasa senang.

"Kapan gadis ini akan menyerah saat dia tidak bisa melakukannya? Mari kita lihat apa yang akan terjadi," pikirnya lalu menyerahkan diri kepadanya, tetapi tiba-tiba, dia merasakan sentuhan di tempat yang penting.

"Aww, Yang Mulia. Maaf itu kesalahan yang tidak di sengaja. Aku tidak bermaksud sama sekali. Mohon maafkan diriku," tuturnya begitu polos.

Zophie bisa mencuci rambut majikannya dan menyeka punggungnya yang lebar dengan pahatan otot di sana, bahkan dadanya jelas terasa kokoh di setiap sentuhan jarinya. Tapi, masalahnya adalah apa yang terjadi selanjutnya. Bagaimanapun juga, perut yang keras seperti batu itu sudah habis di gosoknya, dan dia bahkan tidak bisa berpikir untuk berani turun jauh ke bawah sana.

Hingga saat ini, Pangeran Lucius Artorius yang dianggapnya angkuh masih menutup mulut. Tapi, semakin lama dia menunggu maka air akan semakin dingin. Tidak dapat mengandalkan perasaan ragu miliknya, gadis itu lantas memejamkan matanya dengan kuat seiring tangannya mulai mengusap melalui spons itu dengan panik.

Pria bangsawan itu tentunya punya perasaan. Dia merasa bahwa Zophie menyentuh sesuatu yang penting. Tidak peduli seberapa ahli Joseph dalam menyeka. Pelayan itu akan menyentuh sesuatu yang cukup sensitif.

Mood sang pangeran berubah masam setelah pelayan itu membuat keributan di tengah jalan dengan kalimatnya seolah dia baru saja menyentuh benda paling kotor di dunia. Dia pikir gadis itu akan berhenti pada saat ini atau mungkin dia akan melarangnya tetapi, sepertinya sang pangeran berubah pikiran. Menatap ekspresi wajah Zophie yang menyimpan banyak kebencian menjadi alasan utama bangsawan itu tidak jadi menegurnya.

Sang pangeran hanya merespom, "Pengampunan? Kau mengatakan sesuatu yang lucu. Tentu saja, di situ juga, kau perlu membersihkannya. Ayo cepat. Airnya sudah mulai menjadi dingin." Kata-kata sang pangeran memperkuat ketetapan hati Zophie untuk melakukannya.

Pikirannya kembali menyebrang ke segala arah, "Ya, aku tahu. Itu tidak bisa dihindari. Itu yang harus aku lakukan, selama mendapat gaji dua kali lipat dan berbagai bonus. Sekarang, urus pria ini dengan baik. Ayolah Zophie ini semua demi masa depan untukmu, seseorang yang membayar utang demi kebebasanmu. Semangat kamu bisa melakukannya, tapi tidak, aku sepertinya tidak bisa."

Suara pangeran tiba-tiba kembali terdengar, "Beri aku spons itu dan turunlah, bawakan aku makan malam. Jika harus menunggu dirimu untuk membersihkannya, maka sepertinya ini tidak akan selesai hingga besok pagi."

Ketika kulitnya tampak biru dan putih, seolah-olah dia terlihat mati, pria itu lantas mengizinkannya untuk berhenti, sebab dia takut pembantunya itu akan berhenti bernapas. Segera setelah itu terjadi, wajahnya yang tadinya terlihat sekarat langsung bersinar. Pelayan itu langsung mengulurkan spons padanya sembari matanya yang masih tertutup rapat dengan etika tersopan yang telah dia pelajari.

Dengan perasaan senang, Zophie bahkan menyahut, "Aku akan mengambilkan makananmu secepat yang aku bisa. Yang Mulia jangan khawatir karena dirimu tidak akan kelaparan. Di dalam pengawasanku seharusnya itu tidak terjadi. Aku akan kembali secepat kilat."

**To Be Continued**