Raisha baru saja selesai membersihkan diri, ia melihat Revan sedang berdiri di balkon kamar, memandang hamparan laut di depannya. Kacamata hitam bertengker manis di hidung mancungnya. Kemeja yang ia gunakan juga di biarkan kancingnya terbuka hingga tubuh sixpacknya terlihat.
Untuk pertama kalinya Raisha melihat apa itu roti sobek yang selalu di tuliskan dalam novel cinta. Tanpa sadar Raisha berdiri di dekat pintu penghubung dan menatap suaminya yang uchhh sangat seksi sekali. Kemeja yang di gunakannya melambai lambai ke belakang karena tertiup angin.
Pipi Raisha bersemu merah dan ia tersenyum penuh kekaguman dan terpesona. Ia tidak menyangka menikahi seorang pria yang begitu tampan nan seksi. Sungguh ini adalah sebuah keberuntungan untuk dirinya. Tak heran Revan menjadi incaran para wanita di rumah sakit bahkan termasuk kategori Dokter tertampan.
"Puas mengagumiku?" seruan itu menyadarkan Raisha yang segera memalingkan wajahnya karena malu. Ia berpura-pura hendak menyimpan handuk ke keranjang.
"Berpura-pura tidak melihatnya," kekeh Revan.
Revan berjalan masuk dan menarik lengan Raisha hingga menghadap ke arahnya, terlihat kedua pipi Raisha memerah. Ia merengkuh pinggang Raisha dan menempelkan tubuh mereka.
"Semua ini milikmu, kau boleh menyentuhnya kapanpun kau mau," seru Revan.
"Ma..maksud apa sih Van," seru Raisha berpura-pura tak paham.
"Aku tau sejak tadi kamu melihat apa," goda Revan.
Revan mengambil tangan Raisha dan menyimpanya di dada telanjangnya yang sangat bidang dan hangat. Bahkan terasa ada sengatan kecil saat tangan itu menyentuh kulit keras nan kekar di depannya.
"Sentuhlah sepuasmu," ucap Revan.
Raisha masih tertegun menatap dada bidang nan keras di hadapannya. Ia menggerakkan tanganya menyusuri dada hangat itu, kemudian ia menempelkan kepalanya di dada bidang Revan.
"Rasanya begitu nyaman dan hangat, ini akan menjadi tempat favoritku," ucap Raisha membuat Revan tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
"Sore ini apa rencanamu?" tanya Revan.
"Kamu yang mengajakku kemari, kenapa bertanya kepadaku? Kau harus jadi guide yang baik yah," kekeh Raisha.
"Ah baiklah," serunya diiringi senyumannya yang merekah.
♥
Malam menjelang, Van mengajak Raisha dinner di resto yang ada di bibir pantai dengan pemandangan yang begitu indah. Gemuruh ombak menjadi sound pengisi dalam acara dinner mereka yang romantis.
Sebotol anggur merah menemani kenikmatan dinner malam ini, dengan menu seafood spesial dari resto itu.
"Ini sangatlah enak," seru Raisha menyuapkan potongan makanan ke dalam mulutnya.
"Cobalah ini juga, ini rasanya sedikit pedas," seru Revan menyuapi Raisha.
"Emmm enak," ucap Raisha dan kini bergantian Raisha yang menyuapi Revan.
Revan memang begitu mencintai Raisha, ia tidak pernah tanggung-tanggung memberikan seluruh perhatiannya untuk Raisha dan berusaha untuk membahagiakannya.
Keutamaannya adalah pasien juga Raisha.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Raisha saat melihat Revan terdiam dan hanya memandang wajah Raisha.
Mereka telah menyelesaikan makan mereka dan kini duduk santai menikmati udara pantai dengan segelas anggur yang begitu nikmat.
"Kenapa?" tanya Van.
"Tidak ada, hanya saja penasaran dengan apa yang ada di kepala suamiku ini, sampai dia tidak melepaskan pandangannya dari wajahku," ucap Raisha.
"Apalagi kalau bukan dirimu, istriku. Aku tidak menyangka sekarang kita telah menikah dan menjadi sepasang suami istri," ucap Van mengambil tangan Raisha dan mengecupnya.
"Aku juga masih merasa semua ini adalah mimpi," kekeh Raisha.
Tak ada yang bisa di sembunyikan lagi raut bahagia dari pasangan yang saling mencintai ini. Pernikahan adalah impian mereka dari sejak lama, tetapi mereka harus sabar dan menunggu waktu yang tepat untuk menikah itu datang. Dan kini saatnya.
♥
Mereka kembali ke dalam kamar mereka dan tanpa di sangka-sangka Revan langsung memeluk Raisha dari belakang dan mengecup pundak istrinya.
"Apa ini tanda kamu menginginkan sesuatu?" tanya Raisha dengan kekehannya.
"Kamu sudah tau," seru Revan yang malah mengubur wajahnya di cekukan leher Raisha.
Raisha terkekeh dan merasa kegelian dengan apa yang di lakukan Revan kepadanya.
"Van," kekehnya.
Revan membalikkan badan Raisha hingga kini mereka berdua saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Raisha tersenyum manis dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Revan.
Revan merengkuh pinggul Raisha dan sedikit meremasnya.
"Bolehkah?" tanya Revan.
"Apa?" seru Raisha pura-pura tak paham tetapi bibirnya bergetar ingin tersenyum.
"Kamu sudah sangat memahaminya. So, kediamanmu aku anggap setuju," seru Revan.
"Bukankah aku sudah menjadi milikmu seutuhnya," ucap Raisha.
Dan tanpa menunggu lama lagi, Revan membawa Raisha jatuh ke atas ranjang king size tanpa menindih tubuhnya. Van merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Raisha. Ia memberikan kecupan pada kening, hidung kemudian bibir Raisha.
Setelahnya ia kembali mengangkat kepalanya dan tatapan mereka kembali terkunci satu sama lain. Van tersenyum penuh kharisma dan ketampanan di bawah sinar lampu kamar.
Revan menundukkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya di cekukan leher Raisha. Raisha hanya mampu memejamkan matanya dan meremas rambut suaminya saat sensasi aneh yang baru ia rasakan menyerang dirinya. Rasa asing yang menggelikan dan mendambakan.
Tangan Revan pun tak tinggal diam, tangannya membelai kepala, pipi dan leher Raisha bagian lainnya dan terus turun ke bagian lainnya.
"Van..."
"Sebut namaku terus," gumam Revan
Revan semakin turun mencumbu Raisha dan tangannya bergerak cepat melepaskan pakaian tidur yang di gunakan Raisha.
Revan pun mulai melancarkan aksinya, ia memberikan pelayanan yang sangat indah dan tak terlupakan pada malam pertama mereka untuk Raisha. Ia ingin Raisha selalu mengingat dan mengenang hal indah ini. Ia ingin memberi kesan yang sangat romantis, lembut dan sangat di nikmati oleh istrinya itu.
Malam pertama yang berkesan....
♥