Terdiam menatap layar ponselnya, masih berada di kamar terduduk di atas ranjang ketika hari sudah malam. Seharusnya ia sudah tidur, bahkan lampu sudah mati menyisakan kegelapan di kamar itu. Tapi April masih belum dapat tertidur karena pikirannya dipenuhi kesalahan Om Tio yang tidak bisa ia maafkan.
Beberapa panggilan tak terjawab dari Om Tio ketika April sedang berbicara serius dengan Nopa, kini pria itu pasti marah dan bertanya-tanya mengapa ponsel April terus-menerus sibuk ketika ia menghubungi. Bahkan pria itu mengirim sebuah pesan dengan nada ketus, April menanggapinya biasa saja. Karena gadis itu sudah mengetahui bagaimana sifat asli Om Tio yang lebih buruk dari pada hanya posesif san tempramental. Tidak bisa setia!
Drrrtttt.... Drrrtttt...
Ponsel April kembali berbunyi, awalnya ia hanya menatap datar ke arah layar ponselnya itu yang bertuliskan nama Om Tio sedang menghubunginya. Seolah tak ingin lagi berurusan dengan pria itu dan seakan semua hal yang dulunya membuat April kagum padanya kini hilang sudah.
Tapi pada akhirnya April harus menjawab telepon tersebut dan memastikan apa yang dikatakan oleh Nopa benar atau tidak, April menggeser layar dan menempelkan benda itu ke daun telinganya. Terdengar suara ketus dari Om Tio dengan nada khawatir sekaligus marah, namun April tak terpengaruh. Gadis itu hanya diam menunggu Om Tio selesai berbicara dan mencerca dirinya, April bahkan belum berkata apapun atau sekedar menyapa setelah menjawab panggilan dari Om Tio.
"Kenapa nomornya sibuk? Kamu ngapain?! Siapa sih yang habis telpon, masa nggak tahu kalau Om nelpon?!" Cecar Tio, April masih diam.
Menunggu sampai tidak ada suara Om Tio terdengar di sana, lalu gadis itu menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Membicarakan masalah ini membuat dadanya terasa sakit, rasanya April tak sanggup untuk mengetahui kebenarannya. Tapi jika tidak ditanya sekarang, sampai kapan ia bisa tahan dibohongi terus-menerus?
"Om Tio sudah selesai ngomong? Sekarang giliran April yang ngomong ya." Ujar gadis itu, suaranya tidak terdengar seperti biasanya. Membuat Tio mengernyitkan kening karena heran.
"Pertama, ini 'kan nomor Om Tio. Bukan nomor April, jadi kalau sibuk. Om pasti tau siapa yang nelpon ke sini.."
"..kedua, yang barusan nelpon itu Nopa. Dan ketiga, kenapa aku nggak tau kalau Om nelpon berkali-kali. Karena aku lagi mikir, kenapa Om Tio bisa tidur bareng Nopa." Kata April, di akhir kalimat suaranya terdengar bergetar. Pertanda gadis itu akan menangis sebentar lagi, April bahkan tidak dapat melanjutkan bicaranya setelah mengucapkan kalimat yang sangat menyayat hatinya itu. Tio mendengarnya dengan baik, bahkan ikut terdiam saat marah dan takut bercampur menjadi satu. Takut gadis itu akan menjauhinya dan mungkin malah akan meninggalkan dirinya, sungguh ia benar-benar marah kepada Nopa. Wanita itu terlalu jauh ikut campur dalam hubungan pribadinya.
"April ngomong apa?"
"Om nggak usah bohong!" Cecar April, gadis itu berusaha mati-matian menahan kesedihannya karena ia berpikir untuk apa menangisi seseorang yang telah menghianatinya.
Untuk pertama kalinya Om Tio terdiam setelah dicerca oleh April, Om Tio tidak mengelak dan juga tidak mengakui hal itu.
Itu artinya semua itu benar, hati April semakin terasa sakit setelah mengetahui kebenarannya.
"Om Tio, April sadar kok kalau April cuman anak kecil yang nggak bisa ngapa-ngapain. April juga sadar kalau April itu nggak setara sama Om Tio, salah April yang sudah terlalu jauh sama Om Tio. Harusnya April nggak kenal sama Om dan harusnya April dengerin apa kata temen-temen April.."
"...jadi, April minta maaf kalau April punya salah sebelumnya. April nggak bisa lagi ngelanjutin hubungan ini sama Om Tio, April harap Om bisa ngerti." Kata April panjang lebar, terdengar helaan nafas kasar di sambungan telepon. Pria itu benar-benar tidak bisa merelakan April pergi begitu saja meski dirinya yang salah dalam situasi ini.
"Nanti biar Om yang ngomong ke Nopa!" Balas Tio mengalihkan pembicaraan.
"Nggak usah repot-repot, Om! Yang sudah ya sudah, April mau tidur dulu. April capek, besok sekolah. Bye Om Tio!" Seru April meski dirinya sendiri tidak rela untuk berpisah dari pria itu, tapi keputusan April sudah bulat.
Pada akhirnya ia mematikan sambungan telepon meski Om Tio masih terus berbicara seolah pria itu tidak terima ditinggalkan, April mematikan ponselnya dan mengeluarkan kartu milik Om Tio. Meletakannya begitu saja di atas meja belajar lalu berusaha untuk tertidur meski sulit, ada banyak hal yang berputar di kepala April dan membuat kepalanya terasa pusing. Berbagai macam benturan antara kedua sisi dimana sisi yang lain dalam dirinya masih sangat menginginkan Om Tio bersamanya, tapi di sisi yang satunya April benar-benar merasa tersakiti dengan semua keadaan ini. Egois, yang rasakan dari diri Om Tio. Pria itu terlalu overpossessive terhadap dirinya tapi ternyata Om Tio malah bermain di belakang April. Sangat menyakitkan..
April bahkan tidak tahu kalimat maaf apa yang harus ia katakan kepada teman-temannya karena tak mendengarkan perkataan mereka, kini April berusaha kembali kepada Nita dan Amy setelah sekian lama berusaha menjauhi kedua orang itu hanya karena Om Tio.
April menyesal..
Berharap teman-temannya mau memaafkan dirinya dan kembali berteman seperti dulu lagi, latihan voli bersama dan jalan-jalan bersama seperti dulu. April rindu hal-hal itu karena terlalu terbuai akan segala pesona Om Tio, yang ternyata tidak setulus yang April kira. Perasaan April terasa perih terus memikirkan semua ini..
Sementara Tio, di dalam rumahnya membanting ponsel miliknya ke atas lantai. Hancur berantakan menjadi keping-keping kecil, pria itu berjalan mondar-manir ke sana dan ke sini seraya memijit dahinya sendiri ketika sakit kepala menyerangnya.
Atas semua kejadian ini tentu saja Tio menyalahkan Nopa, jika saja wanita itu tidak datang malam itu mungkin April tidak akan berburuk sangka dan memutuskan hubungan secara sepihak. Meski Tio tidak akan pernah merelakan April begitu saja, gadis itu adalah miliknya dan selamanya akan tetap seperti itu. Meskipun Tio harus mengurung gadis itu di dalam kamar dan mengikatnya di atas ranjangnya sekali pun, Tio tidak perduli.
Tio terduduk di atas sofa sembari tertunduk lesu, dada bidangnya naik turun karena amarah yang semakin menjadi. Beruntung wanita itu tidak ada di sini sekarang ini, karena jika iya. Tio tidak akan segan-segan melakukan sesuatu yang merugikan Nopa dan nama baik wanita itu, karena Tio masih memiliki sesuatu yang dapat membuat Nopa malu seumur hidupnya.
Besok akan ia datangi wanita itu ke rumahnya sejauh apapun akan Tio datangi, tapi pertama ia harus berusaha kembali menarik perhatian gadis itu begitu pun dengan cintanya. Tidak sesulit yang Tio bayangkan, karena April adalah pribadi yang lembut dan tidak tega kepada siapa pun. Dan Tio harus menyerang perasaan gadis itu...