Pagi hari saat April selesai mandi dan mengenakan seragam sekolahnya, gadis itu melirik ke arah ponsel dan kartu yang tergeletak di meja belajarnya saat April mengambil tas. Lalu mengabaikan benda tersebut dengan perasaan yang benar-benar terluka, pagi-pagi sekali April berangkat ke sekolah karena ingin menghindari Om Tio yang semalam berkata ingin mengantarnya ke sekolah seperti biasa. April beralasan kepada Ibunya bahwa ia memiliki tugas tambahan di sekolah yang membuatnya harus tiba pagi-pagi sekali di sana, April membawa sepeda motornya sendiri. Agar kelak jika Om Tio menjemputnya, April bisa melarikan diri dari pria itu.
"Ma, April berangkat!" Seru April lalu melajukan sepeda motornya menuju ke sekolah.
Di sepanjang perjalanan, April sempat merasa was-was. Khawatir jika Om Tio muncul secara tiba-tiba karena biasanya tempat ini selalu menjadi tempat dimana April selalu berselisihan dengan pria itu, beruntung setelah April tiba di sekolah pria itu tidak ada. April juga yakin pasti sekarang Om Tio sedang menuju ke rumahnya untuk mengantar April ke sekolah, seakan tidak ada yang terjadi di antara mereka. Tapi April sudah bertekad tidak akan lagi menerima pria itu apapun yang terjadi, April menuju ke kelasnya. Masih tidak ada satu orang pun di sana. April tetap duduk di kursi dan mejanya menunggu Amy dan Nita datang.
Cukup lama April berada sendiri di sana sampai satu per satu teman sekelasnya mulai datang dan tempat yang semula sunyi itu menjadi ramai. Tak lama kemudian yang April tunggu akhirnya datang juga, semalaman April bersedih dan menangis seorang diri tanpa seorang teman yang mau mendengar kesedihannya. April segera beranjak dari duduknya dan menghampiri kedua gadis yang mulai memasuki kelas tersebut, langkah Amy dan Nita terhenti tiba-tiba saat April menghalangi jalan mereka. Nita ingin mencerca gadis itu. Tapi saat melihat ke arah raut wajah April yang seolah senyumannya dipaksakan dan kedua mata yang bengkak seperti sehabis menangis.
Amy dan Nita melihat satu sama lain...
Pada akhirnya April menceritakan semua kejadian yang ia alami selama bersama dengan Om Tio, dengan isak tangis Amy dan Nita melihatnya terasa iba. Amy segera memeluk sahabatnya itu karena merasa tidak tega melihat April yang dulu periang kini menjadi sesedih itu hanya karena seorang pria, sementara Nita juga ikut bersedih dan menyalahkan Om Tio. Sudah ia duga dari awal jika Om Tio bukanlah pria yang baik dan April bukan satu level dengan pria itu, mendengar Om Tio yang telah tidur dengan mantan kekasihnya semakin membuat Nita yakin jika malam hari itu wanita yang pulang pagi telah terjadi sesuatu.
"Aku pernah lihat perempuan pulang pagi-pagi sekali dari rumah kontrakan Om Tio, dari malem perempuan itu nungguin Om Tio. Pas pagi-pagi aku lihat, tampilannya kacau banget, rambutnya aja kusut sana sini. Terus pakaiannya nggak bener lagi pakenya!" Seru Nita semakin membuat April sedih.
"Udah deh, Nit! Nggak usah ditambah-tambahin!" Cecar Amy seraya mengelus pelan bahu April.
"Ya maaf! Aku 'kan cuman ngasih info, kali aja April belum tau." Sahut Nita, kedua sahabatnya itu merasa turut sedih atas kejadian yang menimpa April dan berharap gadis itu tidak akan mengulangi kebodohannya lagi.
"Sabar ya, Pril! Aku nggak tahu gimana rasanya sakit hati karena aku nggak permah pacaran, tapi ngelihat kamu sesedih ini. Kayanya sakit banget ya? Jadi kamu jangan ngulangin kesalahan kaya gitu lagi ya!" Kata Amy memberi nasihat, April yang sedang sedih hanya bisa mengangguk tanpa bisa berjanji pada dirinya sendiri. Ketiga orang itu akhirnya berpelukan bersama, menjadikan pengalaman April sebuah pelajaran hidup bagi mereka semua. Bahwa pria tak selalu menjadi prioritas utama dalam kehidupan meski sangat dicintai sekali pun, karena tidak semua pria itu sempurna begitu pun juga dengan wanita. Tidak ada yang tahu apa kekurangan dari seseorang. Bagaimana jika pria itu egois dan posesif seperti Om Tio?
Mereka bertiga kembali ke sebuah pertemanan, dimana hanya ada teman dan sekolah yang ada di pikiran mereka. Tidak ada pria dan tidak ada cinta, meskipun sampai detik ini wajah Om Tio masih terbayang di benak April. Gadis itu berusaha untuk melupakan Om Tio dan belajar untuk hidup tanpanya, masih berusaha menghindari Om Tio dengan cara tidak mengenakan ponsel sama sekali hari ini. Saat pulang sekolah pun April masih was-was, melajukan sepeda motornya dan menggunakan jaket yang menutupi hingga bagian kepalanya. April berhenti di sebuah toko yang menjual kartu prabayar demi mengganti kartunya yang masih ada pada Om Tio.
Lagi pula, April memang berniat untuk tidak lagi berhubungan dengan Om Tio dan menyimpan kontak pria itu di ponselnya. Setelah itu April buru-buru pulang ke rumah, masih takut jika ia bertemu dengan Om Tio di jalan.
"Pril, tadi pagi Om Tio ke sini!" Seru Ibu April saat gadis itu baru saja tiba di rumah dan memakirkan sepeda motornya.
"Oh, iya. Terus mama bilang apa?" Sahut April seolah tidak ada yang terjadi di antara Om Tio dan dirinya, April hanya tidak ingin membuat kedua orang tuanya terlalu berpikir atas perpisahan Om Tio dengannya.
Karena kedua orang itu pasti akan bertanya apa penyebabnya dan April tidak mungkin mengatakan kebenaran bahwa pria itu telah tidur dengan wanita lain, hal itu pasti akan membuat kedua orang tua April sangat terkejut.
"Mama bilang aja April pake motor sendiri." Jawab Ibunya, pantas saja pria itu tidak menjemput April dan muncul di sekolahnya saat jam pulang tadi.
April lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri setelah mengganti pakaian, memasukan kartu yang tadi ia beli ke ponselnya. Meskipun begitu, kartu Om Tio masih ia simpan kalau-kalau pria itu masih membutuhkannya. April tidak seperti Om Tio yang bisa berbuat seenaknya membuang barang milik orang lain.
Hari ini, April ingin kembali latihan voli. Tapi ia kembali mengurungkan niat itu karena Om Tio pasti mencarinya di sana juga, kota ini terlalu sempit untuk menghindari pria itu. Pada akhirnya April hanya bisa terdiam di rumah sambil mengutak-atik ponselnya, memberi kabar kepada teman-temannya tentang nomor barunya ini sambil melihat-lihat sosial media miliknya. Betapa terkejutnya April ketika menyadari akun milik Nopa telah menghilang, mungkin wanita itu telah memblokir April. Entahlah, April sudah tak perduli lagi.
Malam tiba, seusai makan malam gadis itu berniat untuk belajar. Tapi tiba-tiba suara motor sport berhasil membuat April terkejut setengah mati dan membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya, pria itu benar-benar nekat sekarang.