"April! Om Tio nungguin di teras depan dari tadi, kamu nggak keluar?!" Seru Ibunya, April yang menyembunyikan wajahnya di bawah bantal merasa kesal dan membuang bantal itu begitu saja hingga terjatuh ke atas lantai. Padahal April sudah berusaha keras untuk menghindari pria itu seharian ini, dan sekarang Om Tio sudah berada di luar menunggu dirinya tanpa kenal kata menyerah. Terkadang April merasa bingung, pria itu sebenarnya masih waras atau tidak. Dan April tidak mungkin memberitahu Ibunya bahwa dirinya dan Om Tio sudah berakhir sehingga ia tidak ingin menemui pria itu.
Hal itu tentu saja akan membuahkan berbagai macam pertanyaan yang akan dilayangkan kedua orang tuanya kepada April, hingga akhirnya gadis itu memilih mengalah dan keluar dari dalam kamarnya setelah satu jam lamanya membiarkan Om Tio menunggu di luar. Dengan langkah malas April keluar dari dalam rumahnya menuju teras, di sana sudah ada pria itu duduk di kursi menunggu dengan setia. April melirik ke arah meja dan melihat secangkir teh sudah tersaji di atas meja, Ibunya pasti yang telah membuatkan pria itu secangkir teh.
Menyadari kehadiran April, Tio tersenyum ke arah gadis itu yang membuat April merasa jengah. Ia mendatangi Om Tio hanya karena merasa tidak enak dengan kedua orang tuanya, dan Om Tio menggunakan hal itu dengan sangat baik.
"Om tadi pagi ke sini!" Ujar pria itu untuk pertama kalinya April mendengar suaranya kembali setelah seharian ini kehilangan suaranya.
"Hmm..." sahutan April bernada cuek, ia membuang muka melihat ke arah jalanan yang sepertinya lebih menarik dari pada melihat pria yang telah menghianatinya itu. Om Tio melihat gadis itu hanya mengenakan tanktop dan celana pendek, di malam seperti ini April mungkin akan masuk angin.
"Nggak masuk angin pake baju kaya gitu?" Ujar Om Tio lagi masih berusaha menarik perhatian April.
Sontak saja April melirik tajam ke arah pria itu, seolah Om Tio kembali menunjukan taringnya dengan mengatur cara berpakaiannya. Padahal April sudah ingin tidur dan setelan ini yang biasa ia kenakan jika ingin tidur, April sama sekali tidak ingin bertemu dengan Om Tio.
"Ini kartu Om!" Ucap April seraya meletakan benda mungil ke atas meja memberikannya kepada pria itu.
"Oh, iya. Kartu April belum Om kasih ya!" Kata Tio seraya mengambil kembali kartu tersebut dari atas meja.
"Nggak usah, nggak perlu! Aku udah ganti nomor!" Balas April dengan ketus.
"Ya bagus itu, nanti call Om ya?!" Sahut Tio.
"Nggak bisa." Jawab April.
"Kenapa?"
"Itu nomor pribadi." Sahut gadis itu.
"Kemarin juga nomor pribadi tapi Om dikasih."
"Om! Bisa nggak? Nggak usah basa-basi lagi? Om ngapain ke sini? Aku sudah nggak mau lagi sama Om!" Cecar April nafasnya terasa berat saat mengucapkan hal itu, sementara Tio hanya tersenyum kecil menanggapinya. Karena pria itu tahu, April tidak benar-benar bisa menjauhi dirinya.
"April ngerti kok, April masih kecil. Nggak kaya mantan-mantan Om yang udah dewasa dan biaa ngelakuin apa aja, makanya aku memilih untuk mengalah!" Kata April panjang lebar.
Tio mengamati wajah gadis itu lamat-lamat, benar apa yang Tio pikirkan. Gadis itu tidak benar-benar serius ingin berpisah darinya, atau hanya April yang labil.
"Emangnya Om pernah minta yang macem-macem?" Tanya Tio, April menggeleng lemah.
"Justru karena Om nggak pernah minta macem-macem ke April, makanya Om minta ke perempuan lain 'kan?" Sahut April, harus Tio akui gadis itu mulai berani berbicara sekarang.
"Boleh Om jelasin dulu kejadian yang sebenarnya ke April? Yang nggak Nopa ceritain." Kata Tio, April mengangguk lemah. Mungkin ada beberapa bagian yang sengaja tidak Nopa katakan kepada April untuk membuat dirinya panas.
"Oke. Malam itu Om pulang dari sini, Om sama sekali nggak tahu kalau dia ada di rumah dan tiba-tiba datang berkunjung. Mau nggak mau Om terima, nggak mungkin Om langsung ngusir orang gitu aja. Terus, lama-kelamaan dia makih deketin Om ketika Om biasa aja. Ngeraba sana sini, Om akui Om cuman cowok biasa yang juga bisa naik..." jelas Tio panjang lebar, di bagian ini mulai membuat perasaan April menjadi panas.
"...akhirnya Om kalah, nggak bisa nahan hawa nafsu. Dan itu cuman Om lakuin satu kali selama berhubungan sama April. Jadi Om mohon, jangan hancurin apa yang sudah kita bangun hanya karena satu kesalahan." Kata Tio.
Di detik ini juga April kembali merasa bingung, jika kepalanya bisa ia lepas saat ini juga untuk diletakan di dalam kulkas untuk mendinginkan pikiran maka akan April lakukan. Ternyata ada dua versi dari cerita kegiatan percintaan itu, April tak tahu mana yang harus ia pilih. Tapi merasa bahwa ia dan Om Tio sudah terlalu dekat dan Nopa hanya orang lain yang datang ke kehidupan mereka, sepertinya April percaya kepada Om Tio. Lagi pula, pria itu telah mengakui kesalahannya sebagai lelaki yang normal dan tidak tahan godaan. Om Tio juga tidak pernah berbuat yang aneh-aneh terhadap April.
"Aku bingung, Om!" Seru April seraya memijit kepalanya sendiri.
"Nggak usah bingung, sini duduk di deket Om! Perasaan nggak pernah duduk di situ, kenapa jauh-jauh dari Om. Sini!" Ujar Tio sembari merentangkan kedua tangannya seolah menunggu April, hal inilah yang membuat gadis itu akhirnya bisa luluh. Remaja yang masih memiliki sifat labil sangat mudah bagi Tio untuk meyakinkan gadis itu, ternyata memacari seorang gadis remaja tidak sesulit wanita dewasa pada umumnya. Karena Tio dengan mudah dapat memasuki isi kepala gadis itu tanpa harus menggunakan amarah agar pasangannya mau menurutinya. April beranjak dari duduknya berpindah duduk di sebelah Om Tio, tempat dimana biasanya April duduk jika berbicara panjang lebar dengan pria itu.
Dan pada akhirnya, April menjadi luluh.
Ia kembali kepada Om Tio meski pria itu sudah menyakitinya satu kali, April memang tidak pernah mengindahkan semua saran dari Nopa dan hanya mementingkan perasaannya sendiri. Dengan senyum puas Tio memeluk April ke dalam dekapannya, gadis itu telah kembali kepadanya dengan mudah tanpa harus bertengkar hebat dan saling mencaci maki seperti hubungannya yang sudah-sudah. Semakin membuat Tio makin menyayangi April lebih dari apapun, sangat mudah untuk menarik hati gadis itu. Dan Tio hanya berharap hal itu sama mudahnya dengan mempertahankan April di dalam hidupnya.
Karena sepertinya Tio telah menemukan cinta terakhirnya yang ada di dalam diri gadis itu, tanpa April sadari jika cinta dari Om Tio bisa berkembang menjadi obsesi dan posesif yang berlebihan. April mungkin juga tidak menyadari jika pada akhirnya dirinya kembali pada Iblis Pengekang itu.