Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Meet by Accident (Indonesia)

🇮🇩stardust_moon
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.3k
Views
Synopsis
Biasanya pertemuan pertama itu selalu diawali dengan yang manis dan mengesankan. Namun tidak dengan pertemuan Kalu dan Arthur. Jika bukan karena Kalu yang pingsan dalam keadaan mabuk, mungkin ia tidak perlu bertemu dan memiliki urusan dengan Arthur. Kecupan pertama mereka ternyata membuat Arthur terus kembali bertemu dengan Kalu tanpa direncanakan sama sekali. Ketika dua insan saling mencintai, tanpa mereka sadari maka disitulah mereka akan selalu dipertemukan dengan cara-cara yang unik. Kecupan dimalam itu, bukanlah yang terakhir. Melainkan yang pertama dan akan selalu ada dikemudian hari.
VIEW MORE

Chapter 1 - Putus dan clubbing

Plak!

Sebuah tamparan mendarat dengan sempurna di pipi kanan seorang laki-laki. Perempuan yang menamparnya itu menahan semua tangis dan emosinya. Apa yang dia lakukan dilihat oleh pengunjung kafe.

"Lo apa-apaan sih?! Main tampar-tampar saja?!" Seorang perempuan lainnya berusaha melindungi laki-laki tersebut.

Tapi dia tidak menggubrisnya. Dia masih menatap tajam laki-laki yang ada di hadapannya ini. Beberapa menit, dia mengalihkan tatapan tajamnya kepada perempuan tadi.

"Luna," panggil lelaki tersebut.

Pemilik nama itu melangkahkan kakinya mendekat.

"Kecurigaan dan feeling gue memang gak pernah salah, Yon. Gue sudah pernah nanya sama lo perihal ini. Disaat itu, gue akan berbesar hati melepas lo kalau memang lo jujur. Tanpa perlu membuat lo malu seperti sekarang. Tapi lo malah terus menutupi itu."

"Lo pikir disaat gue menanyakan hal ini, gue gak tahu apa-apa? Gue tahu, Yon. Gue hanya mau dengar dari mulut lo langsung," sambung Kalu dengan nada pelan namun tegas.

Dion, laki-laki itu diam tak berkutik. Lalu Kalu menatap perempuan yang ada di samping Dion.

"Dan lo. Gue kasihan sama lo. Sebegitu bodoh dan gak punya harga dirinya ya, sampai bisa-bisanya dan mau-maunya lo jadi selingkuhan?"

Kalu mengucapkan kalimat itu dengan nada yang pelan. Namun dia menekan setiap kata-katanya. Sampai membuat perempuan yang ada di hadapannya ini terlihat sedikit ketakutan. Kalu tidak peduli jika perkataannya ini menyinggung perasaan kedua orang tersebut. Toh mereka yang lebih dahulu memulai menyakiti perasaannya. Bahkan mereka juga tidak memikirkan perasaan Kalu ketika melakukan sebuah perselingkuhan. Jadi mengapa Kalu harus memikirkan perasaan mereka atas ucapannya?

Kalu kembali menatap Dion.

"Mulai hari ini. Gue gak mau punya hubungan apa-apalagi sama lo. Even as a friend. Dan mulai detik ini, gue harap gue gak akan pernah bertemu kalian berdua lagi."

Setelah mengatakannya, Kalu langsung pergi meninggalkan kafe tersebut. Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang terhadap dirinya. Perselingkuhan antara Dion dan Nindi sudah terdengar lama di telinga Kalu. Sejak satu bulan lalu lebih tepatnya. Selama ini dia diam karena Kalu ingin Dion yang mengatakan hal tersebut secara langsung. Kalu bahkan sudah berjanji, jika memang Dion mengakui hal itu, dia tidak akan pernah membencinya seperti sekarang. Putus adalah satu hal yang pasti Kalu pilih. Sebab mau bagaimana pun yang namanya perselingkuhan itu dilakukan secara sadar. Hanya saja bedanya jika Dion mau mengakatan hal itu secara langsung, Kalu akan dengan mudah memaafkannya.

Tetapi Dion memilih pilihannya seperti ini. Maka keputusan yang Kalu ambil juga dengan cara yang baru saja dia lakukan. Ditambah lagi yang membuatnya marah serta kecewa adalah saat salah satu teman Kalu, memberikan informasi bahwa foto skandal milik Dion dan Nindi tersebar. Awalnya Kalu denial. Dia tahu Dion selingkuh, tapi dia sama sekali tidak percaya jika hubungan perselingkuhan Dion dan Nindi bisa sampai sejauh itu.

Semua perasaan emosi menumpuk menjadi satu saat ini. Perasaan sakit di dalam hatinya makin menjadi ketika Kalu mengingat semuanya. Air mata yang dia tahan, kini menetes juga. Dengan cepat, Kalu langsung berlari ke dalam kamar mandi yang ada di kantornya. Dia mengeluarkan semua perasaannya melalui tangisan. Dadanya terasa sesak. Cara Dion menyakiti perasaannya benar-benar sempurna.

Di tengah itu, Kalu terpaksa harus menenangkan diri dan meredakan isak tangisnya ketika ada satu panggilan telepon di ponselnya. Itu dari atasannya, pak Jason.

"Halo? Kenapa, Pak?" tanya Kalu.

["Kaluna, bisa ke ruangan saya sekarang?"]

"Baik, Pak."

Kalu langsung menghapus sisa-sisa air matanya. Dia keluar dari bilik kamar mandi dan berdiri di hadapan kaca. Mata dan wajahnya masih merah. Kalu membasahi wajahnya dan mengeringkannya dengan tisu kering yang ada di dekat wastafel. Setelah memastikan jika wajahnya sudah tidak begitu merah, Kalu langsung beranjak menuju ruangan pak Jason.

Ketika Kalu baru saja duduk, pak Jason menyerahkan sebuah amplop.

"Ini apa, Pak?" tanyanya dengan sedikit bingung.

"Silakan dibaca sama kamu," ujar pak Jason.

Kalu pun membuka amplop tersebut yang di dalamnya terdapat sebuah surat. Kalu membaca surat itu secara perlahan. Matanya membulat sempurna saat membaca setiap kalimat di dalamnya.

"I—ini maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Kalu lagi.

"Saya rasa kamu gak mungkin lupa kalau ketika kamu baru saja kerja di sini, kamu juga menandatangi surat kontrak kamu sebagai karyawan. Dan tepat hari ini, kontrak kerja kamu sebagai karyawan di sini sudah habis, Kaluna." Jelas pak Jason.

"Ta—tapi pak. Bukannya kalau kontrak habis, bisa diperpanjang atau dijadikan karyawan tetap ya?"

Pak Jason mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap, "Ini yang mau saya bicarakan sama kamu."

"Awalnya memang saya sudah mau menetapkan kamu sebagai karyawan tetap di sini. Tetapi, beberapa hari kemarin, ada kandidat yang melamar di posisi yang kamu tempati. Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya merasa bahwa kandidat yang satu ini mempunyai satu skill yang belum kamu kuasai, Kaluna."

Kalu rasanya ingin menutup kedua telinganya sekarang juga. Kalimat terakhir yang dikatakan oleh pak Jason mengarah pada sebuah perbandingan. Yang mana, Kalu paling tidak suka jika dirinya dibanding-bandingkan dengan siapa pun. Itu adalah hal yang paling Kalu benci.

"Saya rasa kamu mengerti maksud saya, Lun." Lanjut pak Jason.

Kalu menghembuskan napasnya yang berat. Sulit rasanya ketika kita sedang bersedih, namun dipaksa untuk menunjukkan senyuman. Tetapi Kalu tetap melakukannya. Dia hanya bisa memberikan senyuman sebagai jawaban.

"Gaji kamu bulan ini sudah ditransfer langsung ke rekening kamu. Ada juga bonus bulanan dan hasil proyek kamu kemarin. Semuanya sudah ditransfer. Sekali lagi, saya mau mengucapkan terima kasih banyak atas kerja keras kamu di perusahaan ini. Saya yakin kamu akan bisa jauh berkembang di luar sana. Kamu punya banyak potensi, Kaluna." Ujar pak Jason.

Nampaknya kalimat itu sama sekali tidak berarti untuk Kalu. Dia tidak merasakan senang atau pun hangat oleh pujian yang diberikan. Dia menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Terima kasih juga karena bapak sudah mengizinkan saya untuk bekerja di sini," balas Kalu.

Setelah itu, Kalu keluar dari ruangan pak Jason. Dia memilih untuk merapihkan semua barang-barangnya dan berpamitan dengan temannya yang lain besok saja. Sebab hari ini, suasana hatinya benar-benar kacau. Jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Kalu mengikuti kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya.

Dalam kesendiriannya, Kalu memilih melamun. Dia membuka aplikasi mobile banking dan benar saja. Saldo tabungannya bertambah cukup banyak. Ralat. Sangat banyak. Harusnya Kalu senang. Tetapi kesenangan itu harus dia kubur ketika menyadari bahwa ini adalah uang gaji dan bonus terakhirnya. Dia memijat kepalanya yang terasa pusing. Semuanya seakan menumpuk di waktu yang bersamaan. Membuat Kalu benar-benar kebingungan untuk bertahan dan mencari jalan keluar dari hal-hal yang sedang dialaminya.

Kalu mengirim pesan kepada salah satu temannya yang berisi, "kalau pusing pikiran cara ngeredainnya gimana? Selain minum obat."

Tidak berlangsung lama, temannya itu membalas.

[Clubbing. Minum alkohol. Dijamin.]

Kalu hanya berdecak membacanya. dia sedang tidak berpikir akan ke mana dan melakukan apa untuk meredakan pusingnya. Kembali ke apartemen adalah hal yang tidak mau Kaluna lakukan, sebab jika dia pulang, justru malah akan membuatnya memikirkan kejadian hari ini. dia membaca ulang balasan pesan dari temannya itu.

Tangannya membuka safari. Dengan fokus, Kaluna membaca dan melihat apa yang ia cari. Ia melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Tapi masa gue ke klub sih? Gue kan belum pernah kesana," ujar Kalu dengan pelan.

"Tapi gue juga gak mungkin disini terus. Kafe ini bentar lagi tutup. Dan gak mungkin juga gue balik ke apartemen," lanjutnya.

Setelah dengan banyak pertimbangan dan sesuai dengan motto hidupnya yang selalu ingin mencoba hal baru, Kalu memantapkan dirinya. dia sudah tau akan pergi ke tempat clubbing yang mana. Sebelum pergi kesana, Kalu merapihkan dirinya. Menyisir rambut, memakai parfum yang banyak sebab dia memilih untuk tidak mengganti pakaiannya dan memakai make upnya meski tipis.

Dan malam ini, untuk pertama kalinya. Kaluna Purnama, melangkahkan kakinya ke dalam sebuah klub ternama. Dan untuk pertama kalinya, dia akan meminum alkohol. Semoga dia baik-baik saja.