Chereads / Meet by Accident (Indonesia) / Chapter 2 - Kiss for Stranger

Chapter 2 - Kiss for Stranger

Sebuah mobil mercy berwarna hitam nan mengkilat itu melaju dengan kecepatan standar di malam hari. Seorang laki-laki dengan jas berwarna navy baru saja menutup iPadnya dan hendak memejamkan matanya sejenak di bangku belakang. Ketika dia sedang memijit pelipisnya sambil berusaha memejamkan matanya, mobil yang dikendarai oleh supirnya itu mendadak berhenti.

"Kenapa pak Adi?" tanyanya.

"Anu, mas Arthur. Itu kayanya ada perempuan tiduran di jalan. Makanya saya berhenti mendadak. Biar saya cek dulu, Mas," jelas supirnya. Belum sempat Arthur menjawab, pak Adi sudah turun dari mobil untuk memastikan.

Tidak lama, pak Adi mengetuk kaca mobil dan membuat Arthur membukanya.

"Mas, nganu itu kayaknya pingsan gak ya? Soalnya saya panggil-panggil malah gak bangun loh mas," lapor pak Adi.

Hal tersebut membuat Arthur mau tidak mau ikut turun dan memeriksanya. Seorang perempuan tergeletak beberapa sentimeter dari mobilnya. Arthur mencoba untuk memastikan apakah perempuan ini benar pingsan atau yang lainnya.

"Iya, pingsan," ujar Arthur.

"Terus gimana toh, Mas?"

"Udah biarin aja pak. Kita pulang aja. Jalanan ini luas, cukup pastikan mobil kita gak kena dia," jawab Arthur dengan acuh. Namun sepertinya jawaban Arthur tidak bisa membuat pak Adi menurut seperti biasanya.

"Mas maaf. Tapi gak tega, Mas. Apalagi ini perempuan, di jalanan kaya gini. Takutnya kenapa-kenapa lho, Mas," balas pak Adi.

Arthur terdiam sejenak. Kepalanya sudah dibuat pusing oleh pekerjaannya seharian penuh. Dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Harusnya Arthur tidak menghiraukan ucapan pak Adi. Tetapi hati nuraninya masih tergerak.

"Tolong bukain pintu mobil," ujar Arthur yang langsung membungkukkan badannya dan langsung menggendong perempuan itu dengan gaya bridal untuk masuk ke dalam mobilnya.

Sepuluh menit berlalu, mobil mercy hitam itu sudah berhenti di pekarangan rumah yang mewah. Selama perjalanan tadi, perempuan itu berkali-kali menyandarkan kepalanya pada tubuh Arthur. Namun berkali-kali juga Arthur tidak membiarkan hal itu terjadi. Dan sekarang, dengan terpaksa Arthur harus membiarkan perempuan asing ini beristirahat di rumahnya.

"Ini biar saya yang urus," ujar Arthur kepada Pak Adi.

Dia menjatuhkan tubuh perempuan asing ini di kamar tamu. Arthur tidak melihat tanda-tanda jika perempuan ini akan sadar. Dia tidak sengaja menghirup aroma alkohol. Dan bisa dipastikan, bila perempuan yang belum diketahui namanya ini sedang berada dalam kondisi mabuk. Namun, siapa yang mabuk dengan baju ala kantoran seperti ini?

Ketika Arthur hendak pergi, perempuan itu menahannya secara tiba-tiba dengan cara menarik pergelangan tangannya. Membuat Arthur sedikit terkejut. Saat Arthur akan melepas tangannya, perempuan itu justru malah semakin menarik tangan Arthur. Membuat Arthur kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kini dia berada di atas perempuan itu. Untung saja, tangannya bisa menahan tubuhnya. Sehingga kini ada jarak di antara wajah mereka.

Perempuan itu membuka matanya perlahan. Sorot mata yang sayu itu membuat Arthur sedikit tertegun. Persis. Iya, mengingatkannya akan satu hal.

"Jangan pergi," keluh perempuan itu.

Arthur tidak menjawab. dia masih dengan posisinya. Memperhatikan perempuan tersebut.

"Di sini," lanjutnya. Lalu, perempuan itu menaruh telapak tangannya pada pipi kanan Arthur. Mengusapnya dengan lembut. Arthur berusaha menepisnya, tetapi perempuan itu jauh lebih keras kepala.

"Kiss me."

"Bite me."

"Eat me."

Arthur tidak menghiraukan ucapan perempuan itu, "lo mabuk."

Perempuan itu menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil, "If you don't want it. Let me be the first."

"What would you do?" tanya Arthur dengan suara beratnya.

Kini kedua pipi Arthur sudah ditangkup oleh perempuan itu. dia menarik wajah Arthur dengan perlahan. Wajah mereka sangat dekat. Bahkan kedua hidung mereka sudah menempel satu sama lain. Harusnya Arthur bisa melawan. tetapi ketika dia menatap mata itu, dia seakan terhipnotis.

Arthur memiringkan wajahnya. Dan perlahan, bibirnya mendarat sempurna pada bibir perempuan itu. Mereka berdua memejamkan matanya. Kecupan yang cukup lama itu berubah menjadi sebuah lumatan kecil.

Perempuan itu meremas rambut Arthur, membuat Arthur makin menindihkan tubuhnya dengan tubuh mungil perempuan itu. Kedua tangannya sudah tidak lagi menjadi penopang tubuhnya.

"Nghh..." suara itu terdengar ketika Arthur mulai mencium leher perempuan itu.

Arthur sempat terkejut ketika perempuan asing ini membuka tiga kancing kemeja yang digunakan. Padahal Arthur sama sekali tidak berniat ke arah sana. Matanya tidak sengaja melihat gundukan yang kencang itu. Tetapi dengan cepat dia mengalihkan pandangannya.

Perempuan itu kembali melumat bibir Arthur. Sama halnya dengan Arthur. Dia tidak melakukan penolakan. Setelah beberapa saat, mereka berhenti untuk saling mengambil dan mengatur napas yang sudah mulai habis.

Arthur yang biasanya selalu menatap dengan tajam, kini memberikan tatapan lembut kepada perempuan tersebut.

"No one love me..." itulah kalimat yang keluar dari bibir perempuan itu. Wajahnya seketika menunjukkan raut yang sedih.

Arthur mengusap setetes air mata yang keluar dari mata perempuan itu. dia masih diam dan memilih untuk mendengarkan kalimat apa yang selanjutnya akan terucap.

"Kenapa buat ngerasa bahagia harus sesusah ini..."

"Happiness is simple," jawab Arthur.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "it's a bullshit. Kenapa setiap habis merasa senang, pasti langsung sedih. Tapi kalau sedih, buat merasakan senang tuh susah."

Arthur belum paham konteks apa yang dibicarakan oleh perempuan ini. Namun yang jelas, dia tau jika seseorang dalam keadaan mabuk, semua perkataan yang menunjukkan isi perasaannya adalah jujur. Arthur mengusap lembut rambut perempuan itu. Dia masih fokus pada kedua mata itu.

"Tell me your name," ujar Arthur.

"Kalu."

Deg. Arthur yang semula 'terhipnotis', mendadak langsung menjauhkan tubuhnya ketika perempuan tersebut menyebutkan namanya. dia seakan baru menyadari bahwa yang saat ini sedang bersamanya bukanlah orang yang selama ini dia tunggu.

Arthur berdiri dan merapihkan kemejanya yang sudah sedikit berantakan. Kaluna, dia terduduk dan langsung menahan tangan Arthur ketika lelaki itu hendak pergi.

"Mau ke mana..." tanya Kaluna.

Arthur langsung menepis tangan Kaluna dengan kasar, "tidur."

Sebelum pergi, Arthur kembali kepada Kaluna. Dia melihat jika tiga kancing kemeja perempuan itu masih terbuka. Arthur tidak mau jika besok pagi terjadi kesalahpahaman yang malah akan membuatnya rugi. Dengan terpaksa, dia memasang kembali kancing tersebut. Kaluna yang masih dalam keadaan mabuk itu hanya bisa menatap Arthur dari tempatnya. Arthur yang tidak sengaja menatap mata itu, langsung membuang pandangannya.

"Itu bukan dia, Thur," batin Arthur.

Setelah selesai, tanpa mengucap apapun lagi Arthur langsung pergi dan menutup pintu kamar tamu. Ia memilih kembali ke kamarnya dengan perasaan yang kacau. Jika tadi pikirannya dibuat pusing oleh pekerjaan. Saat ini, pikirannya dibuat kacau karena mata milik Kaluna. Perempuan asing yang tanpa Arthur sadari, akan ikut andil dalam kehidupannya nanti.