Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 43 - EP. 043 - Saksi

Chapter 43 - EP. 043 - Saksi

Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349

Di salah satu kapal yang bersandar di dermaga pelabuhan Kaliko, seseorang berpakaian ninja sedang berdiri di atas dek utama. Dia memandangi langit malam dan suasana sepi Desa Kaliko. Tiba-tiba, seekor burung Elang menghampirinya. Elang itu membawa catatan di kakinya. Ninja hitam tersebut segera membaca tulisan yang dibawa Elang.

"Aissh… Sial! Kenapa harus malam ini, sih?" gerutu pria Ninja tersebut.

Seusai makan malam, Raja Ehren segera menuju ke kamarnya di istana Amayuni. Sambil berganti pakaian, dia memandangi deretan lemari di kamarnya. Dia langsung memeriksa isi lemari kamarnya begitu usai.

"Tidak apapun yang mencurigakan di sini", batin Raja Ehren.

"Tempat yang jarang aku kunjungi. Tempat yang tak terduga. Di manakah itu?" batin Raja Ehren.

Raja Ehren langsung teringat dengan perkataan Selir Adeline saat makan malam. Beliau duduk di atas lantai kayu sambil bersandar di dinding. Duduk menghadap jendela yang menampilkan kegelapan malam. Angin malam mengusap pipinya dengan rasa dingin. Sambil duduk, beliau mengingat-ingat kembali tempat yang mungkin dia abaikan.

Rembulan malam bersinar terang. Namun sayangnya, Rembulan itu tertutup oleh awan hitam yang berjalan pelan. Di bawah awan hitam, seorang dayang berdiri di halaman istana Amayuni sendirian. Tidak satupun orang selain dirinya di sana. Yang ada hanyalah daun-daun beterbangan diterpa angin malam. Yang ada hanyalah kengerian dan keheningan yang seram.

Awan hitam terus berjalan dan perlahan memperlihatkan wajah rembulan. Cahaya bulan mulai menyinari wajah seorang dayang yang ketakutan. Dayang itu masih ragu untuk memilih. Memilih masuk ke istana Amayuni atau langsung pulang saja untuk menghindari amarah. Setelah berpikir cukup lama, dayang itu memutuskan untuk masuk ke istana Amayuni.

"Tok… tok… tok… Yang Mulia, ada seseorang mencari anda!" panggil seorang penjaga mengetuk pintu kamar Raja Ehren.

"Siapa?" tanya Raja balik.

"Seorang dayang istana. Dia tidak mau memberitahukan namanya", jawab penjaga.

"Baiklah. Suruh dia menunggu di ruang kerja. Sebentar lagi aku mau ke sana", perintah Raja.

"Baik Yang Mulia", kata penjaga.

Tak berselang lama, Raja membuka pintu ruang kerjanya. Di sana, seorang dayang perempuan sudah duduk menunggu. Begitu Raja datang, dia langsung berdiri dan memberikan hormat.

"Anda yang dari dapur istana? Silakan duduk", sapa Raja Ehren.

"Sebenarnya, saya masih ragu harus menyampaikan hal ini atau tidak", kata dayang itu.

"Tidak apa-apa. Sampaikan saja apa adanya. Saya siap untuk mendengar fakta apapun", kata Raja Ehren.

"Apapun? Sebenarnya, saya tidak tahu apakah informasi ini berguna atau tidak? Dulu pada tahun 1345 saat Yang Mulia masih ditahan, pernah ada dayang istana yang kabur", kata dayang itu.

"Saat aku masih ditahan, aku belum pernah dengar cerita ini. Ok, lanjutkanlah!", kata Raja Ehren.

"Waktu itu pernah ditemukan jasad seorang dayang di daerah Terra Nullius. Sebenarnya, dayang itu tidak bisa dikenali karena wajahnya sudah bengkak terendam air. Namun dari seragamnya, sudah jelas kalau dia dayang dari istana kerajaan Tirtanu. Untuk memeriksa identitasnya, Ratu Alatariel mengumpulkan semua dayang di aula utama untuk ditanyai. Tapi ternyata, ada satu dayang yang tidak mau datang ke aula. Kami memanggilnya, Bu Dianti. Saat dia ketahuan karena tidak datang, dia kabur", kata dayang itu.

"Berarti itu sudah lama, ya… dan lucunya tidak ada satu orangpun yang memberitahukan hal ini padaku. Terima kasih. Boleh tahu namamu?" kata Raja Ehren kesal.

"Nama hamba Adara, Yang Mulia", kata dayang itu.

"Baik. Terima kasih, Bu Adara. Sambil keluar, tolong panggilkan penjaga di depan. Minta dia untuk masuk ke sini", ucap Raja Ehren.

"Baik, Yang Mulia", kata Bu Adara.

Bu Adara keluar dari ruang kerja Raja Ehren. Dia merasa lega karena Raja tidak marah dan menghukumnya. Di depan pintu sudah ada dua penjaga yang menunggunya. Dia meminta penjaga untuk segera masuk karena Raja memanggilnya.

"Saya hadir, Yang Mulia", sapa penjaga itu.

"Tolong panggilkan Jenderal Calvin ke sini!" kata Raja Ehren.

Sudah tengah malam, Raja masih ingin tahu lebih lanjut tentang siapa pelaku teror ketuk pintu dan penjual bahan baku sarin di Tirtanu. Beberapa saat kemudian, Jenderal Calvin datang di ruangan Raja. Dia segera menyapa Raja setelah berada di dalam ruangan.

"Apa saja yang terjadi saat aku dipenjara?" tanya Raja Ehren.

"Ada banyak hal yang terjadi. Semuanya bisa anda periksa di catatan laporan kerja", kata Jenderal Calvin.

"Tahun 1345, pernah ada dayang yang kabur dari istana kan?" tanya Raja.

"Benar, Yang Mulia", jawab Jenderal Calvin.

"Siapa namanya?" tanya Raja.

"Bu Dianti dari Desa Ranu", jawab Jenderal Calvin.

"Lalu, dayang yang meninggal?", tanya Raja Ehren.

"Namanya Bu Hala, dari Desa Ranu juga. Dia meninggal karena sarin lalu jasadnya di buang ke perbatasan dekat dengan Terra Nullius", kata Jenderal Calvin.

"Baiklah. Tolong panggilkan Bu Dianti!" perintah Raja Ehren.

"Maaf. Tapi itu mustahil", kata Jenderal Calvin.

"Mustahil? Kenapa?", tanya Raja.

"Karena Bu Dianti sudah meninggal dunia tahun lalu. Kami sudah berusaha mencari Bu Dianti ke manapun. Saat kami menemukannya, ternyata Bu Dianti sudah tak bernyawa", kata Jenderal Calvin.

Wajah Raja Ehren yang cerah penuh harapan menjadi suram seketika. Jika Bu Dianti masih hidup, dia mungkin tahu tentang Bu Hala yang meninggal karena diracuni sarin. Mungkin, Bu Dianti juga sempat melihat pelaku. Kini harapan yang mulai muncul telah sirna.

"Baiklah. Tolong cari tahu tentang apa yang diketahui, Bu Dianti. Tolong cari tahu juga tentang siapa yang menjual sarin atau bahan baku sarin", perintah Raja Ehren.

"Baik, Yang Mulia", kata Jenderal Calvin.

Desa Kaliko, Tahun 1349

Sebelum ada warga yang meninggal, Desa Kaliko sudah sepi. Sesudah ada warga yang meninggal, Desa Kaliko lebih sepi lagi. Tidak ada satupun warga yang mau keluar rumah setelah mega merah menghilang. Para warga takut meninggal karena menjadi korban teror ketuk pintu.

Tim Akas sudah tiba di Desa Kaliko sejak senja. Mereka bersembunyi di beberapa tempat. Raefal di balai desa Kaliko. Xavier bersembunyi di rumah penduduk. Yudanta bersembunyi di dekat pelabuhan. Sedangkan, Jenderal Yoshi bersembunyi di dekat hutan. Saat mega merah menghilang, mereka mulai keluar.

Jenderal Yoshi berkeliling ke sekitar hutan Desa Kaliko. Konon, itu adalah tempat meninggalnya warga desa yang diperiksa di Varignan. Malam kali ini terasa sangat gelap. Jangankan manusia, bulan pun juga tidak terlihat. Jenderal Yoshi terpaksa menyalakan obor untuk penerangan.

"Sssrrrkkkkk", suara misterius terdengar.

Jenderal Yoshi langsung berhenti setelah mendengar suara misterius itu. Mendengar suara yang mestinya tidak terdengar, membuat siapapun yang mendengarnya kaget dan takut. Jenderal Yoshi mulai merinding tapi dia berusaha untuk tetap waspada.

"Sssrrrkkkkk", suara misterius terdengar lagi.

Jenderal Yoshi segera berbalik badan. Namun tidak ada siapapun di belakangnya. Dia memeriksa di samping kiri dan kanan, tapi tidak ada apapun di sampingnya.