Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 19 - EP. 019 - Nama

Chapter 19 - EP. 019 - Nama

Di perjalanan, dia melihat ada rombongan tentara kerajaan lewat. Mereka menaiki kuda dan mendahului Alatariel. Namun, Alatariel tidak mempedulikannya. Yang dia pikirkan hanyalah mendapatkan air.

"Ada apa ini?" pikir Alatariel.

Sekarang adalah musim semi. Air sungai mulai mencair dengan warna jernih. Alatariel segera mengambil air dua ember. Ternyata ada banyak warga yang mengambil air di sungai.

"Pak, tadi saya lihat ada banyak tentara waktu saya berjalan kemari. Ada apa ya, Pak?" tanya Alatariel.

"Ooh… Itu tentara Kerajaan Kepanu. Mereka menjaga perbatasan. Hubungan Kerajaan Tirtanu dan Kepanu memburuk. Akibatnya, penjagaan di perbatasan di perketat. Semua warga Tirtanu yang melewati perbatasan Kepanu akan ditangkap", jawab salah satu warga.

"Apakah warga Kepanu boleh masuk ke Tirtanu?" tanya Alatariel.

"Tentu saja tidak. Kalaupun berhasil kabur, warga Kepanu belum tentu bisa pulang", jawab warga itu.

"Waduh, kalau begitu ceritanya kita tidak bisa mencari herbal di Gunung Neji lagi, dong?" kata Alatariel.

"Lebih baik kita cari herbal di sekitar sini saja. Biar lebih aman. Kerajaan Kepanu juga melakukan razia penduduk ilegal. Jika ada orang yang tidak punya identitas dan dia tinggal di Kepanu maka dia akan ditangkap", kata warga itu.

Perkataan warga itu berhasil membuat Alatariel bergidik ngeri. Jangankan identitas, namanya sendiri saja dia lupa. Kakek dan Nenek yang merawatnya hanya memanggil dengan sebutan "Nak". Jadi, dia masih belum ingat namanya hingga sekarang.

Tanpa sebuah nama maka seseorang bukanlah manusia seutuhnya. Panggilan terindah dan termanis adalah nama. Semua manusia senang jika dipanggil dengan namanya.

Alatariel, Nek Hansa, dan Kakek makan malam bersama layaknya sebuah keluarga bahagia. Walaupun sederhana, semuanya terasa indah. Alatariel sudah sembuh. Kakek dan Nenek juga sehat dan tidak kesepian lagi seperti dulu.

"Kakek, tadi ada tentara Kerajaan yang lewat. Kata warga yang saya temui di sungai tadi, sekarang daerah perbatasan diperketat. Jadi mulai besok, kita tidak bisa ambil tanaman herbal di Gunung Neji agar tidak ditahan", lapor Alatariel.

"Tidak apa-apa. Lagi pula sejak bertemu denganmu, kami sudah tidak pernah ke Gunung Neji", hibur Kakek.

"Maaf sudah sudah merepotkan Kakek dan Nenek", kata Alatariel memelas.

"Kedatanganmu adalah berkah bagi kami. Tak perlu minta maaf", balas Nenek.

"Oh ya, Nek. Saya masih belum ingat nama dan masih belum punya tanda identitas. Saat ini ada razia. Warga yang tidak punya tanda identitas Kepanu akan ditangkap", kata Alatariel.

"Baiklah, Nenek akan memberimu sebuah nama. Tanpa nama, seorang manusia bukanlah manusia seutuhnya. Karena kamu gigih dan pantang menyerah, kuberi nama Grizelle artinya wanita pejuang yang cerdas", kata Nek Hansa.

"Tanda identitas di Kepanu terbuat dari kayu redwood. Akan Kakek buatkan untukmu", kata Kakek.

"Terima kasih, Kakek. Terima kasih, Nenek", kata Grizelle alias Alatariel.

Alatariel melihat banyak tentara yang mengejarnya. Seragam tentara itu berbeda-beda. Saat salah satu tentara mengayunkan pedang kearahnya, dia terbangun. Ternyata itu hanya mimpi. Tak disangka, pertemuan Alatariel dan para tentara kerajaan membuatnya mimpi buruk.

Matahari terbit dengan sangat indah di musim panas. Grizelle alias Alatariel bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Sesampainya di pasar, dia sangat kaget.

Grizelle kaget, ada banyak tentara di pasar. Mereka memeriksa identitas semua orang yang ada di pasar. Hanya orang yang punya identitas Kepanu yang diperbolehkan masuk pasar. Orang yang tidak punya identitas, langsung ditangkap.

Orang yang tidak punya identitas ditali dengan tambang menjadi satu. Satu tambang berisi 10 orang. Lalu orang-orang itu diseret dengan kuda. Jika tidak ingin jatuh terluka, orang itu harus kuat berlari mengimbangi kecepatan kuda.

"Seingatku, tadi sudah aku bawa, di mana ya?" pikir Alatariel.

Dia mencari tanda identitas yang berbentuk persegi dari kayu redwood. Dia meraba seluruh badan dan kakinya tapi tidak ada. Dia juga membongkar isi tasnya tapi di tasnya juga tidak ada. Grizelle memutuskan untuk pulang lagi karena mungkin tanda identitasnya tertinggal.

Benar, tanda identitas Grizelle tertinggal. Grizelle segera mengambilnya dan kembali ke pasar. Sebelum masuk pasar, para tentara memeriksa tandanya dan mempersilahkan Grizelle masuk.

Benar, para tentara mengira Grizelle warga asli Kepanu karena tanda identitas Grizelle terlihat asli walaupun sebenarnya tidak. Keterampilan kakek dalam memahat kayu memang luar biasa. Berbekal tanda buatan kakek, Grizelle bisa berjualan di pasar dengan tenang.

Sepulang dari pasar, Grizelle menceritakan pengalamannya di pasar. Grizelle juga menceritakan mimpi buruknya yang hadir di setiap malam. Yaitu saat dia diserang banyak tentara dengan seragam yang berbeda-beda.

"Sepertinya kamu masih belum bisa membedakan mimpi dan masa lalu. Jika masih bisa menceritakan mimpi dengan jelas, berarti itu bukan sekedar mimpi. Mungkin itu pengalaman masa lalumu yang sesungguhnya", kata Nek Hansa.

"Sayangnya, saya masih tidak ingat. Saya juga masih tidak paham maksudnya apa", kata Grizelle.

"Cobalah untuk menerima masa lalumu. Walaupun pahit. Walaupun sakit. Cobalah juga untuk memaafkannya. Masa lalu itu untuk dimaafkan, bukan dilupakan", kata Kakek.

Masa lalu itu untuk dimaafkan, bukan dilupakan. Kata-kata itu masih terngiang di telinga Grizelle saat berbaring di atas kasurnya. Dia ingin tidur, tapi terlalu takut untuk bermimpi buruk. Namun karena terlalu lelah, dia akhirnya memberanikan diri untuk memejamkan mata.

Grizelle belum bisa tidur walau memejamkan mata. Dia masih bisa mendengar suara jangkrik dan suara angin yang menabrak pepohonan. Entah bagaimana awalnya, suara angin dan jangkrik berubah menjadi suara pedang dan suara anak panah yang membelah angin.

----------------

Grizelle melihat ada banyak prajurit. Prajurit itu ada yang berbaju biru dan ditutupi zirah. Ada juga yang berbaju merah dan tertutup zirah. Jumlah prajurit yang berbaju biru lebih sedikit tapi mereka berhasil menguasai pertempuran.

"Oh, aku bermimpi lagi", kata Grizelle dalam hati.

Grizelle memberanikan diri untuk menunduk. Ternyata dia berada di atas kuda putih. Dia juga memakai baju biru dilengkapi zirah. Dia kaget dan kebingungan. Begitu dia mengangkat kepalanya, dia langsung melihat sebuah pedang mengarah ke matanya. Grizelle segera menutup mata dan pasrah.

Grizelle segera membuka mata. Dia melihat badannya yang terikat tali tambang. Baju yang dipakai Grizelle berwarna putih dan dipenuhi banyak noda darah. Bingung, Grizelle segera mengangkat kepalanya dan melihat ada banyak prajurit berbaju biru berjalan membawanya ke sebuah tempat.

Prajurit itu membawanya ke sebuah halaman yang di sana sudah berdiri seseorang pria. Tinggi pria itu sekitar 180 cm. Dia berdiri di tengah teras bangunan. Pria itu terlihat sangat mencolok dengan pakaian yang berbeda dengan orang-orang di sampingnya.

Grizelle tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria 180 cm di depannya. Pria itu juga mengatakan sesuatu, tapi Grizelle tidak bisa mendengarnya. Hanya ada 2 kata yang bisa dia tangkap, yaitu Rin dan Sarin.

Entah apa pidato yang dikatakan pria 180 cm. Namun setelah pria itu diam dan duduk, para prajurit berbaju biru segera memukuli Grizelle. Grizelle merasakan rasa sakit yang sangat nyata. Padahal dia tahu ini hanya mimpi.

---------------------

Tak kuasa menahan rasa sakit setelah dipukuli, Grizelle terbangun. Dia segera menengok ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa sekitarnya. Ternyata benar, dia bermimpi buruk lagi. Jantungnya masih berdebar. Keringat dingin membasahi seluruh bajunya. Grizelle masih ketakutan walau dia tahu itu hanya mimpi.

Grizelle memberanikan diri untuk duduk dan memeriksa jam pasir. Ternyata masih pukul 02.00 dini hari. Dia kembali berbaring. Namun kali ini, dia benar-benar takut untuk kembali tidur. Grizelle takut kalau tiba-tiba, dia meninggal sungguhan saat tertidur.

Kematian membuat Grizelle teringat sesuatu. Dia ingat kalau dia belum berterima kasih pada kakek dan nenek yang merawatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dan berdiri. Dia membuka jendela kamarnya. Jam pasir itu benar, sekarang masih malam hari. Ribuan bintang bersinar dengan indahnya malam itu.

"Wah, Sudah lama aku tinggal di sini. Namun kini aku baru sadar kalau ada banyak bintang di sini. Rasanya belum pernah aku melihat bintang sebanyak ini", ucap Grizelle pada dirinya sendiri.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk Kakek dan Nenek? Aku bisa saja tertangkap razia sewaktu-waktu", kata Grizelle.

Setelah berpikir cukup lama sambil memandangi langit, akhirnya Grizelle memutuskan untuk memasak menu sarapan untuk nenek. Grizelle segera menuju dapur dan mengambil bahan makanan. Dia segera mengambil pisau dan refleks dia memainkan pisaunya. Gerakan refleks itu cukup mengagetkan Grizelle.

Grizelle segera mengambil bawang merah dan berniat memotongnya. Entah bagaimana ceritanya, satu bawang itu langsung terpotong tipis dan rapi hanya dalam selang waktu 3 detik saja. Grizelle kaget. Saat memandangi pisau ditangannya, dia tiba-tiba teringat adegan dalam mimpinya. Adegan saat dia juga memakai seragam yang sama dengan para tentara kerajaan.

"Siapa aku sebenarnya?" kata Grizelle.