Musim Panas, Tahun 1350
"Siapa aku sebenarnya?" kata Grizelle.
Grizelle kaget dengan tangannya yang ternyata jago menggunakan pisau. Dia merinding saat ingat bahwa dia juga memakai seragam biru yang sama dengan tentara kerajaan. Tak mau pusing terlalu lama, Grizelle lanjut memasak untuk sarapan nanti.
Grizelle lupa bahwa dia adalah seorang Alatariel Artanis Rin yang kemampuan memasaknya level dewa. Grizelle juga lupa bahwa seragam biru adalah seragam dari Tim Akas dan Tim Araukaria. Mereka adalah pasukan elit dari Kerajaan Tirtanu.
Nenek bangun dari tidurnya. Dia segera ke kamar mandi lalu lanjut ke dapur. Untuk pergi ke dapur, nenek harus melewati meja makan. Ternyata, Grizelle sudah menunggu nenek di meja makan. Ada banyak makanan lezat yang tersaji di atas meja.
"Selamat pagi, Nenek. Saya sudah siapkan menu sarapan spesial untuk nenek", kata Grizelle.
Tak berselang lama, Kakek Oba ikut menyusul ke meja makan. Walaupun heran dan kaget, mereka duduk dan mulai makan. Ternyata masakan Grizelle sangat lezat. Makanan lezat ini berhasil membuat Kakek Oba dan Nek Hansa tersenyum riang.
"Nenek Hansa, Kakek Oba. Terima kasih sudah merawat Grizelle dengan ikhlas selama ini. Maaf saya tidak bisa membalas kebaikan Kakek dan Nenek. Sebagai tanda terima kasih, ini saya siapkan sarapan hari ini" kata Grizelle.
"Kami senang bisa membantumu. Bukankah sesama manusia harus tolong menolong", kata Kakek.
"Lagipula, obat yang dipakai untuk merawatmu berasal dari hutan. Kami tidak mengeluarkan uang terlalu banyak untuk merawatmu. Jadi, santai saja", kata Nenek.
"Saya tidak tahu kapan saya akan tertangkap razia. Jika suatu hari saya tidak pulang, itu artinya saya sudah tertangkap. Kakek dan Nenek tidak perlu mencariku", kata Grizelle.
Setelah sarapan, Grizelle segera berangkat ke pasar untuk berjualan tanaman herbal. Untungnya kali ini dia membawa tanda identitasnya. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Semuanya berjalan dengan mulus dan aman.
Saat Grizelle berada di pos pemeriksaan depan pasar di suatu hari, ada dua tentara yang memperhatikannya dari kejauhan. Dua prajurit itu bukan petugas pemeriksa tapi memakai seragam yang sama dengan petugas pemeriksa.
"Bukankah dia Ratu Alatariel dari Kerajaan Tirtanu?" kata salah satu tentara.
"Sepertinya bukan. Ratu tidak akan memakai baju seperti itu?" jawab yang lain.
"Tapi wajahnya persis. Siapa tahu dia sedang menyamar? Seingatku, Ratu Alatariel pernah datang ke Kepanu tahun 1346 untuk mengobati pasien wabah penyakit menular. Baru 4 tahun yang lalu masak sudah lupa?"
"Tapi dia hanya berjualan tanaman herbal seperti biasa".
Penasaran, salah satu dari tentara yang berbincang itu menghampiri Grizelle. Dia datang untuk membeli tanaman herbal. Grizelle senang dapat pembeli baru. Dia memperlakukan pembeli itu sama seperti pembeli yang lain walau dia tentara pemeriksa.
"Anda Ratu Alatariel ya?" tanya tentara itu.
"Bukan. Saya Grizelle. Saya tidak punya cukup uang dan kenalan untuk jadi ratu. Ada yang mau beli dagangan saya saja, saya sudah bersyukur", jawab Grizelle.
"Tapi wajah anda persis dengan Ratu Alatariel Artanis Rin. 4 tahun yang lalu, beliau pernah tinggal di sini selama 3 bulan", kata tentara.
"Mungkin anda salah lihat. Jika saya seorang ratu, saya tidak akan berjualan herbal seperti ini", kata Grizelle.
Setelah bercakap agak lama, akhirnya tentara itu kembali ke posnya. Grizelle pun kembali berjualan seperti biasa. Saat hari sore, Grizelle pulang ke rumah Kakek Oba dan Nenek Hansa.
Tanpa sepengetahuan Grizelle, ada dua tentara yang mengikutinya. Tentara itu adalah tentara yang mengenali Alatariel tadi pagi. Mereka ingin tahu, apakah dia Ratu Alatariel atau orang yang berbeda.
"Kita amati saja dulu. Setelah itu baru lapor ke atasan", kata salah satu tentara.
Tidak ada hal mencurigakan yang dilakukan Grizelle. Dia menyortir herbal, menyiapkan makanan, makan malam, cuci baju, dan tidur. Semua itu terlihat dari jendela rumah. Dua tentara yang mengikuti Grizelle juga bisa melihatnya.
Keesokan harinya, Grizelle berangkat lagi ke pasar. Tidak ada tentara yang mengikutinya hari ini. Tentara itu sudah kembali ke pos dan melaporkan keberadaan Alatariel pada atasannya. Grizelle berjualan seperti biasanya.
Saat waktu tidur malam tiba, Grizelle teringat perkataan seorang tentara yang membeli dagangannya.
"Siapa aku sebenarnya? Apakah aku Ratu Alatariel Artanis Rin? Sepertinya tidak mungkin. Jika benar, aku tidak akan tinggal di sini sekarang. Lagipula, hubungan Kepanu dan Tirtanu sedang tidak baik. Entah apa yang terjadi pada Ratu Tirtanu jika tertangkap di Kepanu", pikir Grizelle.
Tiba-tiba Grizelle teringat mimpinya. Dia ingat bahwa pria 180 cm itu menyebut kata Rin dan Sarin.
"Rin dan Sarin. Apakah Rin itu namaku? Apa aku benar-benar seorang Alatariel Artanis Rin?", pikir Grizelle.
Tiba-tiba kepala Grizelle terasa sakit. Kepalanya sakit saat dia mencoba mengingat masa lalu. Dia memutuskan untuk berbaring dan menutupi kepalanya dengan bantal. Kemudian, Grizelle tertidur.
Hari libur sudah tiba. Grizelle bertugas mencari air. Kakek dan Nenek bertugas untuk mencari tanaman herbal. Saat ini musim panas, ada banyak sumur kering termasuk sumur kakek. Grizelle memutuskan untuk mencari air di sungai.
Alangkah kaget Grizelle, sungai di sana sudah diblokade oleh tentara kerajaan. Ada tali pembatas di tepi sungai. Di sekitar tapi ada banyak gerobak yang didalamnya terisi gentong air dari tanah liat. Di sana ada banyak warga yang membentuk satu barisan dengan rapi.
"Apakah ada pemeriksaan identitas di sungai?" pikir Grizelle.
Grizelle memeriksa saku bajunya. Untungnya dia masih membawa tanda identitas. Dia mengalungkan tanda identitasnya di leher agar selalu terbawa di manapun dia berada. Grizelle pun ikut masuk dalam baris antrian.
"Kami hanya ingin mengambil beberapa gentong air untuk istana Kepanu. Anda bisa mengambil air sungai setelah ini. Tolong tetaplah mengantri! ", ucap salah satu prajurit.
Sepertinya, prajurit itu adalah ketua tim. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak ikut mengambil air. Dia hanya berpidato dan memastikan agar warga tidak mengambil air sungai sebelum mereka selesai.
Warga Kepanu mengikuti arahan dengan baik. Mereka bersedia untuk menunggu. Pemandangan di dekat sungai sangat indah. Beberapa warga menunggu sambil menikmati pemandangan yang damai dan tenang.
Tiba-tiba air sungai yang awalnya banyak, sekarang mulai surut. Seorang warga yang berada di antrian paling depan mulai sadar. Dia menyadari bahwa semakin lama, air semakin sedikit.
"Bolehkah saya mengambil air, sekarang?" kata seorang warga di antrian paling depan.
"Tunggu kami masih belum selesai", kata prajurit itu.
"Airnya tinggal sedikit, kami harus mengambilnya sekarang", kata warga sambil berjalan maju. Namun, prajurit itu menahannya.
"Tunggu sebentar", kata prajurit.
"Tunggu apanya? Tunggu sampai airnya habis. Bodoh amat, aku ambil air sekarang!" teriak warga itu.
Teriakan seorang warga itu membuat warga lain menoleh ke arah depan. Warga lain baru tahu kalau air mulai surut. Mereka melihat seorang warga berusaha melepaskan diri dari tangan prajurit untuk mengambil air. Panik lah warga.
"Air sungai bukan milik raja. Air sungai milik Tuhan. Untuk dipakai semua orang. Apa hak anda melarang kami!" teriak warga kedua.
Warga kedua berusaha membantu warga pertama melepaskan diri. Dia mendorong prajur hingga jatuh. Semua warga akhirnya menyerbu sungai tanpa memperdulikan antrian. Aksi dorong mendorong pun terjadi.
Grizelle pun ikut maju. Dia tidak memikirkan hal lain. Dia fokus mengambil air. Sulit rasanya bagi Grizelle untuk maju ke depan. Untuk maju, dia harus menerobos ratusan warga dan pasukan kerajaan.
Satu per satu warga ikut menyerang prajurit. Beberapa prajurit mulai mengayunkan tongkatnya. Terdengar suara-suara tulang yang dipukul. Jumlah warga lebih banyak dari prajurit. Warga berhasil menjatuhkan beberapa prajurit ke dalam sungai.
Kerusuhan pun terjadi. Situasi sangat kacau. Tiba-tiba sebuah pedang mengarah ke Grizelle yang berdiri di tepi sungai. Grizelle berusaha menangkis dengan ember namun sayangnya gagal. Pedang itu melukai lengannya.
Grizelle melihat semua kekacauan yang terjadi di sekelilingnya. Air jernih sungai berubah jadi merah darah. Ada suara teriakan. Ada suara deburan air sungai. Ada warga yang jatuh ke tanah. Ada warga yang jatuh ke sungai. Ada prajurit yang dikeroyok warga. Beberapa warga mendorong gerobak air dan memecahkan gentong di dalamnya.
Tidak ada lagi warga yang berniat mengambil air. Sekarang yang ada hanyalah pertarungan antara warga dan prajurit kerajaan. Ember-ember mulai pecah. Air semakin surut. Namun warga sudah tak peduli lagi. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara mengusir para prajurit dari sungai.
"Kalung identitas ku?" Grizelle menyadari sesuatu.
Grizelle segera menjauh dari kerumunan. Dia naik ke atas sungai dan bersembunyi di atas pohon. Lalu dia memeriksa seluruh badannya untuk mencari kalung tanda identitas.
"Kalung identitasku hilang? Matilah kau", kata Grizelle.