Chereads / FOURTH FLOOR NABWI / Chapter 8 - Awasi Dia

Chapter 8 - Awasi Dia

Dari balik jendela besar di ruangannya, Shua memperhatikan setiap penghuni asrama yang tengah berlalu-lalang di bawah sana. Beberapa orang ada yang sedang menghabiskan sore harinya dengan bermain bulu tangkis. Beberapa yang lainnya duduk santai sambil saling bercerita entah tentang apa di gajebo yang tersedia di depan asrama.

Hampir setiap sore Shua akan menyempatkan diri memperhatikan setiap penghuni asrama. Dari tempatnya berdiri sekarang, dia berharap ada salah satu diantara para penghuni asrama yang bisa melihat keberadaannya saat ini.

Terhitung, sudah hampir satu minggu asrama diisi oleh penghuni baru. Akan tetapi, setiap hari Shua melakukan survei terhadap para penghuni, dia sama sekali belum menemukan apa yang dia cari.

Atensi Shua tiba-tiba teralihkan pada sosok Vildana yang baru saja memasuki area asrama bersama dua temannya. Awalnya dia tidak begitu menaruh perhatian lebih pada Vildana karena dia merasa Vildana sama seperti para penghuni yang lainnya.

Namun, perasaan itu dari kemarin seperti diusik dengan beberapa kali dirinya mendapati Vildana memperhatikan ruangannya dengan tatapan berbeda. Dan sekarang pun dia merasakan hal yang sama.

Shua merasa Vildana saat ini tengah memperhatikan dirinya. Dia tidak begitu yakin. Hanya saja, dari balik jendela yang sengaja tidak diberi tirai itu dia bisa melihat Vildana yang juga tengah menatapnya saat ini.

Beberapa kepingan mengenai Vildana yang sudah dia kumpulkan sejak kemarin, Shua mencoba untuk menarik sebuah kesimpulan sementara. Ya. Hanya sementara. Dia hanya ingin memastikan apakah Vildana benar-benar memperhatikan dirinya dan ruang rahasianya atau tatapan itu hanya sebuah tatapan dari rasa penasaran biasa seperti penghuni yang lainnya.

Rasa penasaran Shua akhirnya bermuara pada pemanggilan Everilda dan Lynelle ke ruangannya. Sebelum para penghuni asrama melakukan piket sore, sepertinya Shua harus bertemu dengan kepala dan pengawas lantai 4.

Everilda dan Lynelle yang mendapat pesan untuk segera menghadap pun hanya bisa saling bertanya. Shua tidak akan mungkin menyuruh mereka menemuinya jika tidak ada hal yang sangat mendesak. Tetapi, sampai mereka berdua berdiri di depan meja kerja Shua pun mereka tidak bisa menerka alasan Shua memanggil keduanya.

"Kalian tidak sedang lalai, kan, memperhatikan para penghuni asrama?"

Everilda dan Lynelle saling pandang sejenak saat mendengar pertanyaan Shua barusan.

"Hm … sejauh ini kami masih dengan hati-hati memperhatikan para penghuni baru, Shua," jawab Everilda.

Shua mengalihkan pandangannya ke Lynelle. "Kamu yakin, Lyn?"

Lynelle sedikit kelabakan mendapat pertanyaan mendadak sekaligus ambigu dari Shua. Dia tidak bisa memahami kenapa Shua bertanya seperti itu kepadanya.

"Hm … aku juga rasa sejauh ini masih aman terkendali, kok," jawab Lynelle meskipun sedikit ragu.

Sebelah alis Shua terangkat. Tatapannya semakin menyiratkan sebuah keraguan besar terhadap jawaban Lynelle barusan.

"Aku kok nemuin ada yang sedang memperhatikan ruangan ini, ya?"

Everilda menatap Lynelle untuk meminta penjelasan dari ucapan Shua. Sementara Lynelle malah mengerutkan dahi sebagai bentuk kebingungannya yang semakin menjadi.

"Maksudnya apa, ya, Shua?" Akhirnya Lynelle mengeluarkan isi kepalanya.

Shua bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan ke arah jendela besar tempatnya tadi memperhatikan penghuni asrama di luar sana. Untuk beberapa detik dia mencari keberadaan Vildana, tetapi ternyata gadis itu sudah tidak ada di sana.

"Aku lihat ada seorang penghuni yang beberapa kali memperhatikan ruangan ini. Mungkin aku lihat orang itu sekitar tiga atau empat kali," ucap Shua lagi.

"Mungkin dia hanya penasaran sama ruangan ini karena memang dilarang untuk dimasuki para penghuni. Anak-anak baru biasanya kan seperti itu, Shua," balas Everilda.

"Tapi, sepertinya dia beda dari penghuni yang lain. Kamu juga pernah mergokin dia, Lyn," tambah Shua.

Lynelle mengerutkan dahi. Kepalanya berusaha mencari orang yang dimaksud Shua. Tetapi, ada lebih dari 10 orang penghuni yang dia pergoki kedapatan memperhatikan ruangan rahasia.

"Aku tidak ingat siapa dia, Shua. Aku beberapa kali mendapati orang yang memang tidak sengaja memperhatikan ruangan ini."

"Tidak sengaja?" ulang Shua. Dia berbalik dan menatap serius ke arah Lynelle dan Everilda. "Tapi, menurut aku orang itu bukan hanya sekadar tidak sengaja, Lynelle."

Merasa suasana di antara mereka perlahan jadi tegang, Everilda mengambil inisiatif untuk mencari orang yang dimaksud Shua dan memberinya perhatian lebih agar tidak penasaran dan mencari tahu soal ruang rahasia milik Shua.

"Jalankan tugas kalian lebih baik lagi. Aku rasa gelombang kali ini ada hal yang beda," ujar Shua lagi.

Everilda dan Lynelle hanya mengangguk sebagai balasan. Lynelle juga merasa hal yang sama seperti yang dikatakan Shua tadi. Di gelombang kali ini dia merasa sering mendapati penghuni yang tertarik dengan keberadaan ruangan rahasia. Apalagi, dia sempat memergoki salah satu penghuni yang secara terang-terangan begitu memusatkan perhatiannya terhadap ruangan ini. Akan tetapi, dia tidak ingin cepat-cepat menyimpulkan dan memberi akibat tidak baik pada ruangan ini apalagi kepada Shua.

Lynelle rasa, dia harus benar-benar memperhatikan orang itu lagi. Dia harus cari tahu apakah orang itu benar-benar menaruh perhatian lebih pada keberadaan ruangan rahasia atau hanya sekadar penasaran sama seperti penghuni yang lainnya.

"Oh, iya, Eve, kirimkan daftar penghuni lantai 4 setelah ini. Aku mau memastikan sesuatu dari para penghuni kali ini," pinta Shua sebelum dirinya menyuruh Everilda dan Lynelle pergi.

***

Shua sedang membaca satu-persatu profil penghuni lantai 4 yang sudah dikirimkan Everilda tadi. Terhitung ada 60 mahasiswa yang menjadi penghuni lantai 4 kali ini.

Awalnya Shua hanya membaca singkat profil dari beberapa penghuni. Tetapi, jarinya berhenti menggeser tombol mouse saat profil yang dilengkapi foto milik Vildana muncul di layar komputernya.

Shua semakin menajamkan penglihatannya. Kepalanya kembali memastikan mengenai orang yang beberapa kali dia temui di depan ruangan rahasia adalah orang yang sama dengan yang tengah dia baca profilnya saat ini.

"Vildana Amanta," eja Shua.

Semakin lama dia melihat foto Vildana, dia semakin yakin bahwa orang yang selama beberapa hari ini mengusiknya adalah Vildana, ketua blok 4.

Shua meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja dan langsung menghubungi Everilda. Tidak perlu waktu lama hingga Everilda kembali berhadapan dengannya.

"Kamu tahu Vildana Amanta?" tanya Shua langsung.

"Vildana?" beo Everilda sembari mengingat-ngingat lagi siapa sosok yang baru saja disebutkan Shua. Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya dia tahu siapa itu Vildana. "Oh, itu ketua blok 4, Shua. Kenapa? Ada apa dengan Vildana?"

"Awasi dia," pinta Shua.

"Kenapa dengan Vildana, Shua? Apakah dia melakukan kesalahan?"

"Belum. Tapi mungkin akan melakukan kesalahan. Beberapa kali aku mergokin dia memperhatikan pintu ruangan ini. Jadi, mulai sekarang kamu perhatikan dia mengenai apapun yang dia lakukan. Kalau ada yang aneh, segera lapor."

Everilda lagi-lagi hanya bisa mengangguk. Sepertinya setelah ini dia harus bertemu dengan Lynelle dan menanyakan soal Vildana karena beberapa hari ini Lynelle yang lebih banyak berinteraksi dengan penghuni lantai 4.

Pekerjaan yang begitu menumpuk di tempat kerja membuat Everilda jadi kurang memperhatikan penghuni lantai 4. Selama seminggu belakangan ini, Everilda mengalihkan semua tanggung jawabnya ke Lynelle. Itulah kenapa dia tidak begitu tahu dengan apapun yang terjadi di asrama terutama lantai 4.