Chereads / Raissa / Chapter 75 - Pesta Lajang 1

Chapter 75 - Pesta Lajang 1

Tak terasa waktu cepat berlalu, Raissa sudah terbiasa dengan bodyguardnya. Karena keadaan sudah semakin kondusif, bodyguardnya mulai berani meninggalkannya sendiri saat bekerja di klinik, hanya mengantar jemput kemanapun Raissa ingin pergi tentu saja sebelumnya sang bodyguard sudah mengamankan lingkungan sekitar tempat tujuan Raissa. Aditya menolak membebas tugaskan para bodyguardnya Raissa karena Aditya tahu Arganta masih belum menyerah, ia hanya sedang menunggu, Man Aditya adalah orang yang sabar, ia seperti buaya, mengintai di air tenang dan saat kita lengah, ia menyerang secepat kilat. Kepolisian juga dibuat bingung dengan kasus pengeboman yang merenggut nyawa Bripda Anton. Mereka masih belum menyerah tetapi sedang menghadapi jan buntu. Briptu Shinta dan Briptu Agus mengetahui siapa dalangnya berkat bantuan Agustine, tetapi tentu saja penglihatan Agustine tidak dapat dipakai untuk sidang pengadilan. Dan mereka tetap memutar otak bagaimana caranya supaya mereka dapat menjebak si pelaku pengeboman, beserta dalangnya sekalian. Belum lagi masalah si topi biru yang selalu menghilang. Sekali waktu Briptu Agus pernah nyaris menangkapnya, sepertinya si topi biru sudah sangat kalut dan ingin melihat Raissa dari dekat, sehingga ia nekat merusak pagar pembatas antara gedung dan tanah kosong yang saat ini sedang dibangun untuk rumah sakit. Sayangnya Si topi biru sangat lihai dan cepat, dibalik material bangunan ia menghilang tak berjejak. Padahal tempat itu sudah dikepung polisi. Briptu Agus stress luar biasa. Entah mengapa ia selalu curhat dengan Peni. Keduanya semakin dekat, tetap belum ada kejelasan status diantara mereka. Agustine sendiri tidak mau memberi tahu Briptu Agus bahwa Peni lah jodoh sebenarnya untuk adiknya itu, tetapi ia pantang memberitahu sebelum adiknya itu sendiri menyadarinya atau minimal bertanya pada Agustine. Peni sendiri tidak pernah memaksa Briptu Agus mengenai kejelasan status mereka. Ia hanya menjalani saja 'persahabatan' ini tanpa mengeluh atau tepatnya Peni takut kebenarannya tidak sesuai harapan.

"Huaaaaahhh, hari terakhirku kerja dengan status belum menikah, besok aku sudah mulai cuti." kata Asya dengan sedikit lelah. "Semangat Sya, jangan stress, semua pasti baik-baik saja." kata Raissa. "Hei, jadi gimana rencana pesta lajangnya? jadi disini saja?" Tanya Peni. "Ya, aku terlalu lelah kalau harus pergi-prgi keluar. Lagipula aku tidak menangisi masa lajangku, aku senang akhirnya aku menikah dengan seseorang yang kucintai." kata Asya. "Hadeeuhh yang lagi bucin!! Asya .. pesta lajang kan bukan buat menangisi melepas masa lajang doang, bisa juga untuk merayakan dirimu naik ke fase selanjutnya dalam sebuah hubungan. Lagipula kamu senang pesta!" kata Peni. "Heh.. tunggu giliranmu yaaa.. nanti yang kamu inginkan hanya tidur dan membiarkan semua kerepotan ini berlalu!" kata Asya kesal. "Tenang..tenang.. gimana kalau kita bikin temanya pajamas party aja.. jadi kita bisa rileks sama-sama disini, maskeran, luluran, bikin diri kita makin glowing khususnya buat calon manten. Kalo pesta kan malah bikin capek manten. Gimana?" kata Raissa. "Ide bagus!! ajak juga Liza, Karina, dan Aleisha. Pasti seru deh!" kata Peni yang sejak Aditya menjadi ketua dewan seperti sudah tidak ada lagi jarak kasta diantara mereka. "Aku setuju, apa saja yang membuatku rileks, aku sambut dengan tangan terbuka!" kata Asya. "Deal!! serahkan pada kami untuk detailnya! kamu tenang aja." kata Raissa yang langsung menelepon Karina. Karina langsung menyambut dengan gembira rencana tersebut. "Good idea Sa, aku punya terapis yang bisa membantu kita rileks dan glowing waktu hari H, ia juga bisa mengurus kuku kita semua supaya jadi cantik waktu hari H, gimana?" tanya Karina. "Setujuuu!!" sambut Raissa. "Baiklah, aku akan memberitahukan Aleisha, kau beritahukan Liza dan Peni ya Sa " kata Karina. "Siaaapp!" kata Raissa. Setelah itu Raissa langsung melapor pada Asya dan Peni. Asya merasa lega Karina sukarela menyediakan terapis untuk keperluan pesta lajangnya dan ia merasa lebih bersyukur lagi pada Raissa karena berkat Raissa dirinya bisa lebih cepat diterima oleh Aleisha, Lydia dan Karina. Belum lagi paman dan bibi Alex yang lain. Dalam hal bergaul memang Raissa lebih luwes dari Asya. Karena itu Saya merasa beruntung mempunyai teman seperti Raissa, apalagi sebentar lagi mereka juga akan jadi saudara.

Pesta Lajang untuk Asya diadakan dua hari sebelum pesta pernikahan Asya dan Alex, karena Asya ingin semalam sebelum pernikahan ia habiskan dengan orangtuanya. Raissa dan yang lain menghormati keputusan Asya, bagaimanapun orangtualah yang telah membesarkan dan mendidik Asya hingga menjadi seorang wanita anggun dan pintar memasak. Raissa, Peni dan Liza secara khusus meminta Mira agar hari itu mereka semua masuk shift pagi. Untungnya Mira mengabulkan permintaan ketiganya. Ketiganya pun bergegas menuju mobil yang akan mengantarkan mereka ke apartemen yang di tempati Raissa ,Asya dan Peni saat ini. Hari ini giliran Soni yang menjadi driver sekaligus bodyguard Raissa. Marco dan Soni bergantian setiap 24 jam menjaga Raissa. Akhirnya mereka sampai di apartemen. Begitu masuk mereka langsung dihadapkan dengan Asya yang sedang menjadi bridezilla. "Kenapa kalian tidak ada yang mengangkat teleponku?" tanya Asya dengan muka geram dan cemas campur aduk. Raissa, Peni dan Liza mengecek ponsel masing-masing, dan menemukan Asya menelpon tidak sampai satu menit lalu. "Kami sedang di lift Sya, tidak ada sinyal!" jawab Raissa mencoba menenangkan Asya yang panik. "Ada apa sih Sya?" tanya Liza. "Aku lupa mengambil gaun seragaman kalian semua di penjahit. Harus diambil sekarang sehingga bila ada perbaikan masih ada waktu besok untuk perbaikan sebelum lusa hari H! aku tidak ingin ada kejutan-kejutan tak menyenangkan!!!" kata Asya setengah berteriak. "Sabar..sabar.. kita telepon Aleisha dan Karina, siapa tahu merek masih di jalan." kata Raissa meraih ponselnya. "Mereka baru saja sampai disini dan mendapatkan izin naik kemari dariku." sahut Soni dari belakang Raissa lalu dengan santai menambahkan, "jangan lihat aku, aku tidak bisa kesana dan meninggalkan kalian disini tanpa perlindungan." kata Soni. "Urrrgggghhh.. aduh bagaimana ini!! Aku juga tidak ingin menyusahkan pak Soni atau Aleisha atau Karina!!" kata Asya dengan air mata setengah menggenang. Raissa, Peni dan Liza saling berpandangan karena mereka tak pernah melihat Asya kalut seperti ini. "Aduh, Bram masih di lapangan, baru crew change besok jadi saat ini tidak bisa dimintai tolong ..." kata Liza menggaruk kepalanya. "Hiks ... Aku juga tak mungkin menyuruh Alex, atau Aditya. Keduanya juga sibuk!! Hiks.." air mata mulai menuruni pipi mulus Asya. "Cup..cup..cup.. jangan menangis.. masih ada satu lagi!! ayo kita minta bantuan Briptu Agus!!" kata Peni nyengir. Asya mendongakkan kepala, "memangnya ia tidak sibuk?" tanyanya. "Yaahh kita tidak tahu kalau tidak ditanya kan?" kata Peni lalu segera menjauh dan menelpon Briptu Agus. "Haiiii semua, siap berpesta? lohh ada apa kak Asya?" tanya Aleisha yang baru masuk bersama Karina diikuti dengan dua orang terapis. Raissa menjelaskan singkat tentang seragam mereka yang lupa diambil. "Wah, aku bisa menelepon sopirku untuk mengambilnya, tapi agak lama karena dia sedang ada di rumah dan kami kemari menyetir sendiri." kata Aleisha yang dibarengi anggukan Karina. "Tidak perlu sis... Briptu Agus akan mengambilkannya kebetulan alamat penjahitnya akan dilewatinya. Namun ia baru bisa kemari sekitar jam 8 nanti malam setelah selesai urusannya. Tidak apa-apa kan? lagipula kita juga mau berluluran ria dulu kan sekarang..." kata Peni. Aleisha dan Karina yang sudah mengerti Peni selalu mencari kesempatan dalam kesempitan untuk bertemu Briptu Agus akhirnya mengalah dengan keinginan Peni. Asya pun tenang dan senang. Akhirnya pesta lajang versi Asya pun dimulai. Para terapis mulai bekerja. Soni diungsikan sementara ke balkon supaya para wanita tidak sungkan. Tentu saja perbekalan pria itu berjaga cukup lengkap dan cukup hingga tengah malam, makan malam dan cemilan sudah disiapkan begitu pula dengan minuman dan buah-buahan segar. Lift dan tangga darurat akses ke apartemen mereka sudah terkunci dan kuncinya hanya bisa dibuka oleh Soni. Ia sudah diberitahu kalau Briptu Agus akan datang pukul 8 malam nanti. Soni asyik menyeruput teh serai hangat disertai camilan pisang goreng, sesekali pandangannya awas menyapu sekitar balkon. Tidak melihat hal yang mencurigakan, Soni kembali asik dengan minuman dan sebuah buku yang dibawanya untuk dibaca melewati waktu. Soni tidak sadar dirinya sedang diperhatikan. Sementara itu para wanita didalam bersama calon manten sedang asyik luluran dan bercanda tawa mengenai malam pertama, tentu saja Karina paling semangat membahas ini karena hanya ia yang sudah menikah dari antara mereka semua. Tetapi berhubung sebagian besar mereka adalah perawat, tentu saja seputar seksologi dan anatomi alat kelamin pria bukan sesuatu yang baru buat mereka. Alhasil mereka berlomba-lomba menceritakan kisah lucu pertama kali berhadapan dengan pasien pria dan alat kelaminnya, tentu saja tanpa nama dan tempat untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan pasien tersebut. Aleisha dan Karina dibuat tertawa lepas sampai sakit perut dan membuat masker yang mereka gunakan pecah dan harus diulang kembali penggunaannya.