Chereads / Raissa / Chapter 25 - Kencan kah ini?

Chapter 25 - Kencan kah ini?

Raissa sedang asyik melamunkan makanan yang akan dia makan ketika suara klakson mobil mengagetkannya. "Siapa sih klakson aku?" sambil mengernyit marah Raissa menoleh, kerutan di keningnya seketika hilang. "Raissa!! mau pulang?" seru si empunya mobil yang tak lain adalah Aditya. "Eh Bapak, kirain siapa, hampir saya semprot heheheh.." kata Raissa. Aditya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Ayo masuk, saya antar kamu pulang. Ayooo.. cepat, nanti aku menghalangi mobil lain!" kata Aditya setengah memaksa. "Baik boss!" kata Raissa lalu dengan segera membuka pintu penumpang dan duduk di sebelah Aditya. Dalam hati bertanya mimpi apa semalam sampai sore ini bisa naik Ferrari merah mentereng begini. Setelah Raissa memasang sabuk pengamannya, Aditya melajukan mobilnya. "Mmmm.. sebenarnya saya sedang mencari makanan sih pak, siang tadi tidak sempat makan karena kasus Raihan dan Farhan, tapi kalau bapak mau mengantar saya pulang nanti saya makan di rumah saja." kata Raissa blak-blakan. "Hmmm kebetulan saya juga tidak sempat makan siang, sebenarnya saya mau mengajak kamu makan juga, tapi sudah keduluan sama kamu." kata Aditya. "Eh perasaan saya belum ngajak bapak makan bareng saya deh pak?!" kata Raissa pelan dan bingung. "Tapi kamu mau ngajak kan sebenarnya?? ya sudah, sekarang, saya sebagai seorang laki-laki, saya yang akan mengajak kamu makan. Bagaimana? mau makan dimana?" kata Aditya. Raissa makin bingung, tapi bukan Raissa namanya kalau tidak memanfaatkan momen, jarang-jarang ditraktir makan bos. "Ayo pak, saya sudah lapar. Sekedar informasi, biasanya kalau cowok mengajak saya makan, pasti ke tempat yang spesial gitu pak, kayak fine dining gitu, candle light dinner, yah yang mirip-mirip itu deh pak. Tapi sekarang berhubung saya sudah terlalu lapar, kita makan fast food saja ya Pak? saya sedang kepingin burger pak, dengan jamur portabelo, kentang goreng, minuman soda yang bisa diisi ulang gratis, ditutup dengan es krim dan brownies.. uuuhhhggg.. sedaap!" kata Raissa sambil membayangkan makanan yang sudah lama tidak disantapnya sejak bekerja ke Jakarta karena burger itu lumayan mahal dan daripada menghabiskan uang untuk memanjakan selera, lebih baik uangnya ia gunakan untuk keperluan lain. Aditya hanya tersenyum geli. "Boleh, apa sajalah asal cepat, dan sekedar informasi saja, biasanya kalau saya mengajak seorang wanita makan, saya akan membawanya ke restauran mewah untuk fine dining, bisa di hotel atau di restoran mana saja yang menyediakan pelayanan tersebut, sebelum makan, si wanita saya jemput dulu, lalu saya beri hadiah, entah bunga, sampanye atau kalung, tergantung kesukaannya. Lalu kami berangkat ke restoran . Sampai disana pun tidak langsung makan, ngobrol dulu kesana kemari, sambil minum anggur. Lalu makan, sudah menunggu lama, makannya cuma sedikit, harganya selangit, pulang ke rumah seringnya masih lapar. Jadi kalau kali ini saya mengajak kamu ke restoran fast food yang kamu mau, saya benar-benar berterimakasih. Sudah murah, tidak lama, kenyang lagi! Terimakasih yaa.." kata Aditya. Raissa hanya bisa menganga, lalu menutup kembali mulutnya. Terlihat ingin membalas tetapi kehabisan kata-kata. Akhirnya Raissa hanya membalas, "sama-sama" yang disambut dengan gelak tawa Aditya. Melihat Aditya tertawa, Raissa menjadi sebal. "Lain kali bapak mengajak saya makan, saya tidak akan mau kecuali saya diperlakukan sama seperti kepada wanita-wanita yang bapak ceritakan tadi!!!" Kata Raissa mendengus sebal, lalu tiba-tiba tersadar. "Eh maksud saya bukan begitu pak, Ummm..maksudnya.. eh apa ya maksudnya?" kata Raissa jadi salah tingkah, lalu melihat plang nama restoran burger yang dituju Raissa mengalihkan pembicaraan, "Itu dia Restorannya pak!"kata Raissa sambil menunjuk. "Ya, aku sudah lihat, semangat sekali, sudah lapar ya?" tanya Aditya. "Ya pak, banget! bapak juga bukannya belum makan? bapak ini kok bisa sih melewati acara makan, sudah tahu punya masalah lambung." kata Raissa benar-benar ingin mengalihkan perhatian Aditya dari komentarnya yang tidak seharusnya ia lontarkan. "Kan aku punya perawat cantik yang selalu siap sedia mengurusku kalau aku sakit." Kata Aditya percaya diri. "Oh ya? memangnya siapa yang mau mengurus bapak kalau sakit?" kata Raissa sambil berjalan mendahului Aditya ke tempat pemesanan makanan. "Benar nih, tidak mau mengurus saya kalau sakit? nanti makannya bayar sendiri ya?" kata Aditya bercanda. "Loh kan bukan saya yang bilang tidak mau mengurus bapak kalau bapak sakit. Saya bersedia loh pak, ikhlas lahir batin!" jawab Raissa cepat. "Ckckck.. sudah pesan dulu apa yang kamu mau, sebanyak apapun yang kamu mau!" kata Aditya. "Siap pak, bapak mau saya pesankan juga?" tanya Raissa. "Apa yang kamu pesan, saya pesan juga!" kata Aditya mantap, padahal sebenarnya Aditya baru pertama kali makan disini, jadi tidak tahu menu dan makanan apa yang harus dipesan. "Betul ya pak, harus habis ya.. saya makannya banyak loh! Kuli kan makannya tidak ada yang sedikit!" kata Raissa mengingatkan Aditya. "Tidak masalah, silahkan pesan." jawab Aditya sambil berpikir gadis sebesar Raissa makannya sebanyak apa sih? Dan Aditya dibuat melongo setelah mendengar pesanan Raissa. "Mbak, saya pesan Burger dengan jamur portabelo dua, kentang goreng yang diatasnya ditabur keju, mayonaise dan saos juga dua, Soda dengan es sedikit saja dua, onion ring dua paket, ayam goreng 5 pc, brownies dengan es krim dua, sundae coklat dua.." kata Raissa, "Oh ya, tolong dibungkus Burger keju, dobel keju dan dagingnya ya mba." tambah Raissa lalu melihat ke arah Aditya yang tertegun, " yang dibungkus saya saja yang bayar ya pak, buat makan besok pagi hehehe." kata Raissa. "Oh..., jangan khawatir, semuanya saya yang bayar." kata Aditya segera. "asiik, terimakasih pak!"jawab Raissa. Aditya mengeluarkan ponselnya dan membayar semuanya dengan QRIS yang sudah disiapkan pihak restoran untuk memudahkan pembayaran. "Ini nomornya, nanti makanannya akan diantar." kata pelayan restoran tersebut. Aditya mengambil nomornya dan meminta Raissa untuk memimpin di depan mencari tempat duduk. "Disana di dekat jendela saja ya pak?" tanya Raissa. Aditya mengangguk lalu mengikuti Raissa. "Aduh, semoga tidak lama ya masaknya, lapar sekali!" kata Raissa. "Mana bisa cepat, yang dipesan banyak sekali!" kata Aditya. "Ini restoran cepat saji pak, mau banyak atau sedikit kurang lebih waktunya sama saja!" kata Raissa. Aditya mengangkat tangan, Ternyata Raissa gadis yang galak kalau sedang lapar. "Sambil menunggu, ceritakan tentang Farhan dan Raihan, bagaimana kelanjutannya?" tanya Aditya. "aduh kasihan pak! semoga gurunya segera tertangkap! memalukan sekali guru yang seharusnya jadi panutan malah merusak mental dan tubuh anak didiknya!!" kali ini Raissa benar-benar emosi. "Raihan dan Farhan keduanya anak baik, pasti trauma sekali, ternyata guru mereka itu yang bernama pak Sugeng itu sudah tua, mempunyai rambut dan kumis putih seperti prof. Bambang, makanya keduanya sangat takut dengan prof. Bambang. Perjalanan kedua anak itu masih panjang, selain penyembuhan luka fisik, mereka juga harus bertemu dengan psikiater anak untuk menyembuhkan traumanya." lanjut Raissa. Aditya mengangguk, "ngomong-ngomong soal psikiater, menurutmu temanmu Liza akan membutuhkannya juga kan? Bagaimana kabarnya hari ini?" tanya Aditya. Raut wajah Raissa berubah sedih. "Masih belum sadar terakhir kutanya kabarnya. Semoga besok sudah sadar, besok pulang dari klinik, aku mau ke RS menjenguk Liza. Sudah ada kabar kah mengenai si topi biru?" kata Raissa. "Polisi masih terus mencari menurut Briptu Agus." kata Aditya. "Ya, dia juga bilang begitu padaku." kata Raissa. "Oh, kalian berhubungan juga?"tanya Aditya. " Hanya soal kasus ini, bukan secara pribadi." kata Raissa. Aditya kembali mengangguk. Saat itu seorang pelayan laki-laki mendorong sebuah kereta yang berisi pesanan mereka lalu meletakkannya di meja. Meja mereka seketika penuh. "Kamu habis tidak makan ini semua?" Tanya Aditya. "Jangan khawatir, bisa dibungkus kok" kata Raissa sambil tersenyum manis, "Selamat makan!"Raissa membuka burgernya dan memakannya dengan lahap. "Selamat makan!" jawab Aditya dan mulai menggigit burger yang dipesannya. Rasanya enak juga dan cocok di lidahnya, Aditya mulai memakan lebih lahap. Satu demi satu makanan yang mereka pesan menghilang dari meja. Tanpa terasa semuanya sudah masuk dalam perut mereka, kecuali makanan yang akan dibawa pulang Raissa. "Huaahh.. kenyang! terimakasih Pak Aditya!" kata Raissa. Aditya geleng-geleng kepala lagi. "Hebat kamu Sa, wanita yang kukencani paling banyak makannya hanya dua macam atau tiga macam dengan dessert." katanya takjub melihat Raissa. "Tapi ini kan bukan kencan pak?" kata Raissa kaget. "Aku yang antar jemput kamu, aku yang bayar makanannya, hmm.. ini kencan menurut kamusku." kata Aditya. "Hei, tapi kan aku tadi bapak paksa ikut masuk mobil bapak, bukan kencan dong ini!" protes Raissa. "Oh iya, kamu maunya yang seperti aku ceritakan waktu di mobil tadi ya.. baiklah kalau begitu aku akan melakukannya dengan benar kali ini. Raissa, maukah kau kencan denganku?" kata Aditya tiba-tiba sambil menatap serius pada Raissa. Raissa bengong. Otaknya berpikir keras, jantungnya deg-degan. Dalam hatinya bertanya mengapa begitu mudah menolak Briptu Agus tetapi tidak dengan Aditya. Mulutnya ingin berkata iya, tetapi otaknya berkata tidak, karena berkencan dengan Aditya sudah pasti hanya mendatangkan masalah. "Aku.. tapi.. bapak kan boss saya?"kata Raissa bingung. "Tidak masalah dengan Alex dan Asya? apakah akan jadi Masalah untukmu?" tanya Aditya sambil mengangkat bahu. "Tidak juga,.. tetapi.. ah sudahlah, hidup hanya sekali, toh ini hanya kencan, bukan mau menikah kan? baiklah, aku mau kencan dengan bapak dengan syarat seperti yang bapak ceritakan di mobil tadi ya? janji? oh ya jangan di Minggu ini, jadwal libur saya Selasa depan lepas jaga malam. besoknya masuk sore, jadi pulang agak malam tidak kenapa-napa." jawab Raissa. "Siap perawat cantikku. Selasa depan kalau begitu. Siap-siap ya, nanti kujemput." kata Aditya. "kita mau kemana?" tanya Raissa. "Rahasia, pokoknya dandan formal saja." jawab Aditya. "Baiklah.." jawab Raissa. Lalu mereka membereskan meja mereka dan membuang sampah bekas makanan mereka. Aditya mengantar Raissa sampai ke rumah susun. "Mau kuantar sampai atas?" tawar Aditya. "Tidak usah, ini bukan kencan, ingat kan?" kata Raissa. "Oh ya, selasa depan ya." kata Aditya. Raissa mengangguk. "Selamat malam, hati-hati mengemudi."kata Raissa sambil melambaikan tangan. Aditya balas melambai lalu berlalu dari hadapan Raissa. Aditya kembali melajukan mobilnya keluar dari kompleks rumah susun, sedangkan Raissa menaiki tangga hingga ke lantai 4. dalam benak keduanya sama-sama berkata, "Apa yang barusan saja kulakukan?!?!?!?"