Keesokan harinya, Dio kembali bisa mengenakan seragam sekolahnya setelah selama hampir tiga bulan belajar di rumah. Pemuda itu tampak bersemangat dan tak berhenti mengulas senyum di wajah tampannya.
"Aku tak menyangka kau ternyata masih memiliki hati, Sebastian." Ucap Donna saa menyantap sarapannya, senyum tipis terulas di wajah cantiknya.
"Aku bukan manusia yang tak punya hati, apalagi Claudio juga adalah putraku. Kenapa aku tak bisa menjadi ayah yang baik sesekali?" sahut Sebastian enteng.
"Selamat pagi, Pa, Ma." Sapa Claudio menuruni anak tangga.
"Pagi," sapa Donna. Sementara Sebastian hanya melirik sekilas dan kembali menikmati omlette-nya.
"Pagi, Pa," sapa Dio.
"Hmm," sahut Sebastian singkat.
"Kau sangat tampan, Dio. Mama hampir tak mengenalimu dengan seragam itu…" Goda Donna dengan senyum lebar.
"Makasih, Ma dan juga Papa."